"Iordan?", jawab Vondra ragu.
"Hm namanya terdengar sangat tua. Dan namamu terkesan dari negeri Orava itu", ucap nenek itu menyendokkan sup ke dalam mangkuk kayu.
"Aku memang dari Orava", jawab Vondra,
"Haha, memang jodoh tidak kemana ya",Nenek itu menyajikan sup dengan warna kemerahan.
Wangi yang hangat segera menyeruak, masuk ke hidung Vondra."Harumnya!", puji Vondra melihat sup didepannya, tersenyum sumringah.
"Ini Bob Chorba", ucap nenek itu tersenyum sebelum kembali ke tungku.Bob Chorba, salah satu sup khas Vulkan. Sup kemerahan yang di isi kacang, bawang, paprika, tomat, wortel, dan kentang.
Sederhana bukan?
Yang membuatnya tidak biasa adalah nenek itu menyajikan yogurt yang bermaksud untuk dicampur."Kenapa kalian suka sekali dengan yogurt?", tanya Vondra terkekeh melihat kubangan putih kecil ditengah warna merah itu.
Saat sedang terkekeh, pintu kayu dibuka.
Pria itu kembali, dengan 2 ember air di tangannya.
"Terima kasih, Iordan. Letakan 1 di sana, dan 1 lagi untuk minum", pinta nenek itu sembari mengeluarkan roti dari tungku pemanggang.
Disebut dengan nama begitu, sosok itupun menaikan satu alis dan menoleh ke Vondra seperti meminta penjelasan.
Tidak tau harus menjawab apa, Vondra pun membuang muka sambil mengulum bibir tidak mau disalahkan.Apa boleh buat.
'Pria' itu meletakan 1 ember di dekat tempat mencuci piring, satu lagi ia tuangkan ke dalam teko minum disebelahnya.
Seusai di isi, ia berbalik dan beralih untuk menuangkan air ke cangkir Vondra.
Kepalanya mendekat ke Vondra yang menahan nafas, bau darah semalam masih bisa tercium darinya.Mata ungunya itu seperti bersinar-sinar, tidak salah lagi ia monster yang semalam.
Tapi kenapa berbentuk seperti manusia biasa?Kalau dilihat dari jarak sedekat ini, barulah Vondra sadar bahwa ini hanya sebuah penyamaran.
Tidak ada sehelaipun rambut di wajahnya, rambut di kepalanyapun terkesan kaku juga kasar, dan lubang hidung itu terlihat pendek.Apa ia tidak bernafas?
"Kenapa kau berani memberiku nama 'Iordan'?", tanyanya pelan sembari mendorong cangkir itu ke Vondra.
Suara yang enak didengar ini sama seperti yang ia dengar kemarin, semakin mengonfirmasi.Gadis itu pikir ia akan marah dan mengancamnya.
Sepertinya tidak."Jadi...apa? Mau kusebut namamu Ujang?", tanya Vondra tanpa pikir panjang, malah terkesan menantang.
Mata monster itu membulat karena terkejut.Selama 200 tahun ia hidup tidak ada yang berani menantangnya seperti itu.
Setiap gadis yang ia temui pasti berbibir manis dan penuh keanggunan. Tapi lihatlah gadis ini.
Menatapnya tepat di mata, dan membalas kata-kata sesuka hatinya."Wow...", pekik monster itu pelan, "Benar-benar kau...".
"Sudah siap!", seru nenek itu memotong percakapan diantara mereka yang kian memanas. Ia meletakan semangkuk sup Bob Chorba lagi ke meja, sepertinya untuk Iordan."Ayo dimakan! Istrimu sudah lama menunggu lho!", ledek nenek itu senyum-senyum malu ke Iordan.
Vondra melongo, membatin bahwa nenek-nenek sialan itu semakin memojokkannya dan pasti ia akan dibunuh setelah ini.
Tapi apa boleh buat, seharusnya ia mengatakan kejadian sesungguhnya sejak tadi.
'Iordan' melirik nenek itu diam, mulutnya terbuka seperti hendak berbicara. Tapi begitu melihat Vondra yang menutup mata membuatnya mengubah dialog yang tadi hendak ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Since Many Gyrs Ago
RomanceCerita panjang banget. Abad dimana perbudakan adalah hal yang marak, pembunuhan adalah hal yang biasa, dan perang yang tidak dapat dihindari. Disela kekacauan dunia itu, hadirlah seorang budak berambut pirang bernama Vondra. Ia tidak dijual oleh ora...