Kepalanya terus tertunduk dalam masih terduduk di tanah. Suasana awkward dan menegangkan terjadi bersamaan.
Kehadiran sang pangeran memang menyelamatkan dari anjing-anjing lapar tadi. Walau tidak akan berani menatap apa yang dilakukan pangeran Earl tapi Eva merasa seperti dikuliti hidup-hidup.
Ketika mendengar bunyi ketukan sepatu melangkah gadis itu semakin tertunduk dalam sambil mencengkram dress miliknya yang sudah terlihat kotor dan lusuh.
Saat matanya menangkap ujung sepatu yang mengkilap berdiri di depannya, perlahan kepala Eva terangkat menatap penuh ketakutan ke arah pangeran yang menatapnya dingin.
Lagi. Rasa merinding terasa di seluruh tubuh dan merasa dikuliti hidup-hidup oleh tatapan dari pemilik mata hijau seperti danau tenang.
Hanya menganggukkan kepala, Eva mencengkram dress miliknya mengangkat tubuhnya dan langsung berlari.
"Begitukah caramu berterima kasih?" tegur suara yang begitu tenang, tapi juga ancaman baginya.
Mampus!
Langkah Eva terhenti dan kian menunduk dan terus mencengkram pakaian yang ia kenakan. Menelan ludah berkali-kali dengan ketakutan. Apa dia berbuat kesalahan?
"M-maaf," ucap gadis itu terbata-bata dan membalikkan tubuh dan terus menunduk.
"Maaf?"
Eva langsung mengangkat kepala dan menatap sang pangeran beberapa detik dan kembali menunduk dalam karena tidak berani menatap mata jernih tersebut.
"M-maaf saya bersikap sangat lancang dan kurang ajar. T-terima kasih telah menyelamatkan saya."
Setelah mengatakan kalimat panjang itu Eva menggigit lidahnya dengan ketakutan luar biasa dan terus menunduk.
Dengusan seolah mengejek itu membuat tubuh gadis pemalu itu seperti melayang karena begitu takut.
Apa dia akan dipecat sekarang? Apa dia akan diusir? Di mana lagi dia harus tinggal jika itu terjadi?
"M-maafkan saya, Tuan. Saya akan melakukan apa saja agar Tuan bisa memaafkan saya." Meletakkan tangan di dada Eva menunduk dalam dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh karena dia beneran takut diusir, dia memang mau mati tapi tidak sekarang.
Suasana hening di antara keduanya kembali tercipta.
"Antarkan kembali kuda ini ke kandangnya," perintah Earl membuat Eva otomatis mengangkat kepala disertai dengan mata melotot tajam.
Mampus part dua!
Dia beneran takut dengan kuda karena setiap saat merasa jika kuda itu akan menendangnya.
"Cepat!"
Perintah mutlak dengan alis hitam sang pangeran yang menyatu mengatakan apa yang harus dia lakukan.
Dengan tubuh gemetaran Eva mendekat ke arah kuda yang berdiri gagah sama seperti pemiliknya.
"Binatang itu punya insting siapa yang takut padanya atau tidak, jadi mereka akan menendang yang takut pada mereka."
Penjelasan itu membuat Eva refleks mundur.
Earl kembali berdecak sebal, laki-laki itu terlihat mengelus-elus kudanya dan membisikkan sesuatu membuat Eva kian waspada.
"Snowy, tendang saja manusia yang tidak tahu terima kasih." Earl membicarakan kalimat tersebut sambil menatap Eva seolah mengejek gadis itu.
Eva menatap lawan memberi tatapan memohon.
"S-Snowy?" gumam gadis itu.
"Ya, ada yang salah?" Alis rapi dan teratur Earl terangkat bertanya sambil meremehkan Eva.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL PRINCE AND HIS INNOCENT MAID
RomanceKehadiran Eva Mariette meluluhlantakkan kesempurnaan seorang Earl DeMorant, sang putra mahkota. Earl yang serius, Earl yang tenang tapi berbahaya, Earl yang hidup dalam kesempurnaan diusik oleh kehadiran seorang pembantu polos nan lugu. Eva yang c...