BAB 2 [LOID]

421 56 2
                                    

[AU] WASTED NIGHTS

Kehidupan yang baik adalah sebuah proses, bukan suatu keadaan yang ada dengan sendirinya. Kehidupan itu sendiri adalah arah, bukan tujuan

—Carl Rogers

๑۩۞۩๑

Hongaria, Csongrád, Szeged
2 Tahun Lalu

Pada awal musim panas di bulan Mei, serangkaian kejadian seperti penyerangan pada orang-orang sipil berlangsung di Hongaria. Berita dimuat dengan deskripsi mengerikan seperti menjelang kiamat.

Bahan bakar, kebutuhan pangan, dan kebutuhan-kebutuhan bagi keluarga di Hongaria menjadi krisis utama setelah penyerangan, dan trauma yang tak pernah dikira akan membekas di tengah penduduk yang meyakini bahwa Hongaria adalah negara yang paling aman.

Di sekitar Sungai Tisza ditemukan korban baru pada tengah malam. Teror mengenai pembunuhan yang menyerang orang-orang sipil kembali tidak terkendali. Korban baru adalah Yuri Briar, pria asal Jepang yang bekerja selama lima tahun di Hongaria, sedangkan rekan pria itu tewas di tempat kejadian.

"Robert, korban kali ini masih hidup. Dia dipindahkan ke bangsal khusus," korban yang hidup tak pernah lama. Kami selalu kecolongan—entah dokter, entah perawat, semuanya bekerja sebagai mata-mata untuk melenyapkan siapa pun yang masih hidup dalam penyerangan itu. Yuri Briar harus dijaga, sebisa mungkin kami berusaha tidak kecolongan lagi. "Tapi mungkin kita tidak bisa pergi ke sana, karena kita tidak diizinkan untuk menginterogasi korban—kau tahu, trauma yang dialami tidak bisa disepelekan."

"Toh tidak butuh waktu lama dia akan mati."

"Tapi, kau tak berhak mengatakan seperti itu," Sylvia Sherwood, mata birunya yang sipit itu selalu mengintimidasi, mendekati dengan puntung rokok yang dibuang di antara tanah berpasir di sekitar Sungai Tisza. "Aku mendapatkan perintah dari markas WISE, kau yang mengurus ini, Robert. Cari apa pun seperti siapa tersangka dan anggota mana yang memulai penyerangan. Parlemen meminta tolong WISE agar Hongaria tetap terkendali."

"Ha?"

"Urus Yuri Briar untuk markas."

WISE tidak suka misi yang turun diabaikan apalagi ditolak. Saat itu juga, aku tidak bisa mengelak dari perintah tersebut yang turun secara langsung untuk mengurus Briar, sebagai dokter spesialis kejiwaan pria itu. Satu yang paling aku benci adalah menggunakan nama Loid Forger dan profesi asliku dalam misi kali ini.

"Aku tidak suka kau berlagak sebagai Pemimpin WISE, Sylvia."

"Kau pikir aku senang anggota WISE menyebutkan identitas asli mereka?" Sylvia mungkin benar, risiko terbesar jika ketahuan, WISE tak mau tahu lagi, itu artinya WISE siap mendepak anggota mereka kapan pun tak terkecuali diriku. "Jika kau gagal di misi kali ini, WISE jelas akan kehilangan anggota berbakat sepertimu."

"Apa kau pikir WISE takut kehilanganku?" Sylvia tidak menyadari, WISE sudah tidak membutuhkanku—WISE sudah membuangku. "Mereka tidak membutuhkanku lagi Sylvia, ini adalah misi terakhirku sebagai Robert."

Sylvia sekian banyak agen wanita yang mahir untuk menutupi apa yang dia rasakan dan apa yang dia pikirkan. Raut wajahnya tak terbaca, tetapi aku tahu, kalau Sylvia benar-benar menyayangkan bahwa pada akhirnya WISE membuang salah satu anggota mereka—sementara ini bukan yang pertama bagi mereka. Namun karena tak seperti Sylvia yang lahir tanpa nama dan tanpa orangtua, aku sendiri, Loid Forger, hidup sebagai anak satu-satunya keluarga Forger yang terlupakan akan kontribusi mereka pada Jerman. Anak yang tak dianggap dan sudah pasti dinyatakan telah tiada. Walaupun begitu, agen-agen yang masih memiliki nama keluarga berhak memiliki kesempatan untuk menjadi warga sipil dan tak terus-terusan terlibat dengan WISE.

"Ya, WISE tak harusnya membuangmu saat kau bahkan tak mengajukan surat pensiun. Kau masih muda, masih berhak untuk terus melanjutkan misi bersama kami. Aku tidak tahu, mengapa Pemimpin melakukan hal itu."

"Kau tenang saja, aku akan membicarakan masalah ini dengannya."

Sylvia menghela napas. "Aku bicara begini bukan berarti aku takut kehilanganmu, Robert." Sylvia tergelak sembari melihat kembali korban yang kemudian diangkut ke dalam ambulans. "Hanya sedikit disayangkan, aku lagi-lagi kehilangan rekan kerjaku—kenangan bersama kalian—melakukan misi dengan kalian—semuanya menjadi bagian yang pada akhirnya harus dilupakan."

"WISE bertujuan untuk itu. Kita tidak perlu terikat oleh apa yang disebut sebagai kenangan."

๑۩۞۩๑

Sebab trauma yang dialaminya dalam penyerangan tengah malam, Yuri Briar menjadi tidak percaya pada siapa pun.

Mata kanan Yuri terluka, dokter memberikan kabar terburuk bahwa pria itu mengalami buta permanen. Ia terlalu syok—lebih dari itu Yuri justru memikirkan seseorang dari negaranya, yaitu keluarga satu-satunya, bagaimana jika Yor Briar mendengar bahwa dia terluka. Yor sudah pasti akan terbang ke Hongaria untuk melihat kondisi adiknya, sementara Yuri tidak ingin hal itu terjadi.

"Aku mendengar dari berita di televisi, jika yang melakukannya kelompok teroris. Ada banyak kesimpulan seperti mereka terdiri dari pemberontak tak masuk akal. Aku tidak tahu yang mana, tapi mereka cukup kejam, kakakku mungkin dalam bahaya jika dia mendengar kabarku yang mengenaskan di negeri orang."

Yuri terlihat ingin menangis, tetapi dia menganggap tangisan itu sama sekali tak berarti. Dia terlalu mengkhawatirkan kakaknya, alih-alih mengkhawatirkan dirinya sendiri yang terluka parah.

Berselang beberapa hari, Yuri mengalami kritis. Mentalnya rapuh, dia memikirkan banyak hal termasuk kakaknya jika mengetahui kondisinya yang sekarang tak berdaya. Ia jelas tak ingin menyusahkan kakaknya, tetapi bagiku keluarga tetaplah keluarga. Bagaimanapun kondisinya, kakaknya pasti mengerti.

Yuri akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada hari ke-18 setelah penyerangan. Dia di bawah kuasa WISE, Yuri tak dikremasi atau dikembalikan ke keluarganya. Tubuhnya diawetkan dalam pendingin raksasa yang dimiliki oleh WISE, sedangkan markas mulai menurunkan perintah baru padaku, bahwa nama Yor Briar masuk ke dalam perlindungan di tengah surat wasiat Yuri Briar yang berisi banyak bukti, menceritakan apa yang diketahuinya mengenai dalang di balik banyaknya kengerian di Hongaria.

Setahun kemudian aku pergi ke Jepang dengan identitas asli sebagai Loid Forger, sang Spesialis Kejiwaan, membawa misi yang besar, sebelum akhirnya nanti aku diperkenankan pensiun, karena alasan konyol WISE.

Seperti yang diceritakan oleh Yuri Briar, bahwa kakak perempuannya adalah wanita cantik. "Yor bukan wanita yang lemah. Karena kematian orangtua kami, dia ingin lebih bisa melindungiku, dan mengambil banyak kelas bela diri. Aku pikir dia bisa menjaga diri, tapi melawan teroris sesuatu yang berbeda dan tak harus dia lakukan."

Kepedulian dan saling melindungi memang haruslah dimiliki setiap anggota keluarga. Aku sendiri, tak pernah memilikinya. Mereka mungkin saja tak tahu bahwa aku masih hidup. Rasa iri yang diselimuti oleh ketidakpuasan samar itu menjadi hal yang paling menyesakkan. Aku tak pernah memiliki pikiran bahwa keluarga cukup penting bagi makhluk hidup di dunia ini. Tapi mendengar Yuri bercerita mengenai hubungannya dengan sang kakak. Aku juga ingin merasakan hidup di bawah kasih sayang dan perlindungan yang tak pernah sama sekali kurindukan.

"Aku pikir Dokter akan sangat bahagia jika menikah dengan Kakak saya."

"Tidak, aku mungkin saja bakal jadi suami yang buruk untuk Kakakmu. Aku tidak ingin membuatnya menderita."

Jauh melelahkan untuk pura-pura jatuh cinta dan merasa senang pada hubungan lawan jenis. Aku justru lebih suka terjun di tengah lautan perang Afghanistan daripada menelusuri lika-liku percintaan. Akan tetapi selama setahun, saat tak dapat mengalihkan pandangan sedetik pun dari kabar atau memata-matai Yor Briar. Saat itu pula, aku justru menjadi ingin terikat dan mengenalnya, seperti Yuri yang terkagum-kagum oleh kepribadian Yor Briar. 

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG

WASTED NIGHTS [LOID X YOR]Where stories live. Discover now