CATATAN & PROLOG

1.1K 66 0
                                    

[AU] WASTED NIGHTS

๑۩۞۩๑

CATATAN PENULIS:

Halo, ItsmeKABU di sini.

Aku jarang menyapa di bab yang aku update tiap harinya, karena aku memang jarang bisa merangkai kalimat untuk menyapa atau mempromosikan sesuatu. Kehidupanku seputar menulis dan bekerja.

Untuk pembaca-pembaca lamaku, terima kasih banyak sudah mengikutiku sampai ke sini. Selain itu pembaca-pembaca baru yang menyukai karya-karyaku di Fandom SPYxFamily, aku juga sungguh berterima kasih. Awalnya aku tidak yakin dapat membuatnya, tetapi saat ini jauh lebih ketagihan menciptakan karya-karya lainnya.

Selain memberikan vote pada cerita-cerita di sini. Kalian juga bisa mendukungku dengan memberikan secangkir kopi di Trakteer agar diriku jauh lebih bersemangat membuat karya lainnya (link trakteer ada di BIO).

CATATAN WASTED NIGHTS:

Judulnya diambil dari salah satu judul lagu One Ok Rock. Cerita ini berpusat di sekitar Loid dan Yor, sebagai tokoh utama yang nantinya akan punya ikatan kuat dan menjadi partner secara tak terduga.

Seperti sebelum-sebelumnya, aku selalu menyelipkan PERINGATAN kalau-kalau beberapa bab menimbulkan ketidaknyamanan bagi pembaca. Dan sudah pasti, cerita-cerita di akun ini baik dibaca bagi yang sudah berusia sekitar 18+, bukan hanya karena adegan erotis (seks) di dalamnya—yang biasanya aku selipkan, kadang juga tidak, tergantung alur atau situasi di dalam cerita—bahasa kasar, darah, pembunuhan, penyiksaan, ketelanjangan, dll.

Maka dari itu, jika kalian mencari cerita di mana di dalamnya HANYA ADA seks dan BDSM, sepertinya bukan di sini, karena aku lebih mengedepankan pengembangan karakter serta lika-liku kehidupan mereka nantinya, jikalau memang perlu dibumbui dengan adegan ranjang, aku menulisnya dengan lembut di dalamnya. 

๑۩۞۩๑

"Kau dipecat!" suara atasanku menggelegar seperti petir di siang bolong. Anggapan itu memang cocok karena suaranya sangat nyaring. Sudah pasti, kalau kau tidak cakap, kau tidak akan dibutuhkan oleh mereka. "Pergi dari sini sekarang. Kali ini kesalahanmu tidak dapat ditoleransi."

Tidak dapat ditoleransi atau memang kau menginginkan ada tempat kosong bagi keponakanmu? Hal-hal semacam itu tidak dapat dibantah. Sesuatu seperti menempatkan keluargamu alih-alih membuat mereka menderita di luar karena ketidakcakapan yang mereka lakukan sendiri. Aku tahu semuanya—aku tahu segala hal mengenai, "kau perlu menjadi baik agar kau bisa menjilat".

Saat membereskan barang-barang di atas meja setelah mematikan komputer, Camilla, bisa disebut sebagai teman baik selama bekerja di Balai Kota, menghampiri dengan kesedihan dan kebencian yang tidak terelakkan untuk atasan yang kini sedang bertelepon dengan—siapa yang tahu itu, dan aku tidak peduli. Camilla berujar. "Aku akan membantumu mencarikan pekerjaan baru. Jangan khawatirkan itu, Yor."

"Aku akan menerimanya selama atasanku tidak berengsek. Pekerjaan apa pun bahkan menjadi seorang pembunuh sekalipun—" Camilla memukul dengan keras pundakku. "Aduh, sakit."

"Bagaimana bisa kau menjadi seorang pembunuh, Yor!"

"Kenapa tidak? Aku sangat senang kalau tugas pertamaku adalah membunuh si perut buncit itu," Camilla melirik sebentar, lalu terbahak-bahak. "Apa kau setuju padaku, Milly?"

"Baiklah, apa aku perlu menyewamu sebagai klien pertama?" inilah yang aku sukai dari Camilla, dia selalu tahu bagaimana caranya meredahkan kemarahanku karena si buncit itu. "Hati-hati di jalan, Yor. Aku akan mengunjungimu nanti."

"Aku harap kau membawa makanan yang banyak, Milly, saat kau berkunjung nanti. Kau tahu, aku jatuh miskin karena tidak ada pemasukan sebentar lagi."

Cepat atau lambat persediaan makanan akan habis. Di dalam lemari es tidak tersisa apa pun kecuali hawa dingin dan tentu saja berbalok-balok es di wadahnya—tentunya tidak akan membuatku kenyang.

Sekeluarnya dari Balai Kota, aku membeli tiket untuk pulang ke Tokyo. Aku tidak perlu tetap berada di sini—sebuah kota yang menyesakkan, meskipun Tokyo masih tak terlalu baik, setidaknya kampung halaman akan membuatku jauh lebih tenang setelah ketidakadilan yang terjadi padaku hari ini.

"Selamat tinggal apartemen kecilku."

Setelah menghubungi agen pindahan, malam itu juga aku pergi ke Tokyo dengan kereta malam, dan sepanjang perjalanan, hujan mengiringi kepergianku. Sementara di gerbong kereta tersebut tidak terlalu banyak penumpang. Atau, apakah ini bukan akhir pekan? Tidak ada alasan bagi orang-orang untuk pergi ke luar kota di hari-hari padat penuh pekerjaan.

Pukul satu pagi, kereta tersebut berhenti. Saat itu juga aku menyusuri peron yang sepi. Tidak terdengar kecuali suara peluit begitu kereta diizinkan untuk kembali melaju meninggalkan tempat tersebut.

128 Park Avenue tidak jauh dari stasiun tempatku turun. Setidaknya butuh lima belas menit untuk berjalan kaki.

Hanya kau lelah, kau tidak boleh menghabiskan uang terakhirmu untuk mengendarai taksi yang tarifnya jauh lebih tidak manusiawi ketika malam tiba.

Dengan langkah yang sudah berat, apartemen tersebut akhirnya terlihat, menjulang tinggi di antara apartemen-apartemen kelas menengah lainnya. Tempat tinggal keluargaku ada di lantai empat. Sejak kematian orangtuaku, aku tinggal di sana sendirian, sedangkan adikku, Yuri, bekerja dan menetap di Hungaria.

"Pulang ke rumah memang yang terbaik, daripada menghabiskan uang di apartemen sewaan yang harganya makin tidak masuk akal."

Saat akan menaiki lift, aku melihat seseorang bermantel hitam dan bertopi Panama berdiri di depan pintu. Wajahnya tertutupi oleh masker senada mantelnya. Suaranya berat seperti sedang membicarakan sesuatu.

"Aku mengerti," katanya. "Besok, aku akan menghubungimu kembali."

Begitu masuk ke dalam lift, tujuan kita sama, menuju lantai empat. Aku sudah lama tidak pulang ke rumah, jadi aku tidak tahu kalau punya tetangga baru sekarang. Namun bisa saja dia suami dari tetanggaku, yang terakhir kali aku mendengar bahwa dalam waktu dekat putri pertama mereka akan segera menikah.

Ayolah, Yor. Itu tidak penting! Kau tak harus memikirkan dia siapa! 

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG

WASTED NIGHTS [LOID X YOR]Where stories live. Discover now