BAB 4

264 39 2
                                    

[AU] WASTED NIGHTS

๑۩۞۩๑

"WISE sudah membuangmu!"

Mata Loid terbuka lebar karena terkejut. Dia terbangun dengan perasaan tidak nyaman setelah mengalami mimpi buruk. Namun, apakah dibuangnya dia dari WISE termasuk dari mimpi buruk? Entah sejak kapan dia menjadi terikat dengan organisasi rahasia tersebut, amat sangat disayangkan kalau sebentar lagi dia tidak bisa bekerja dengan rekan satu tim yang semuanya layak untuk dia dikagumi.

Dalam pertemuan terakhir dengan Sylvia untuk mencari informasi tentang Yuri Briar dan keterlibatan pria itu dengan keluarga Desmond, tanpa sadar hal itu membuat Loid memikirkan mengapa WISE mengusirnya. "Untuk apa aku harus memikirkannya di tengah situasi seperti ini." Loid bergumam gelisah.

Setelah menarik napas dalam-dalam dan mendengar suara dering dari jam di sebelahnya, Loid duduk dan menatap jendela. Sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai karena sepertinya dia tidak menutup jendela kamarnya lebih rapat, lalu membiarkan angin masuk.

Loid keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk membuat kopi pahit sebelum beraktivitas di rumah sakit. Ia menerima pesan suara dari Fiona mengenai pertemuannya dengan atasannya di WISE sekitar sore hari. Akan tetapi Loid masih memiliki jadwal praktik hingga larut malam. Dia mungkin akan terlambat. Bagaimanapun juga, sebaiknya Loid mementingkan situasi di mana dia sebagai warga sipil.

Telepon di rumahnya kemudian berdering. "Ya?" dia mengangkatnya, menebak sebentar siapa yang sudah menghubunginya sepagi ini. "Yor, apa kau mau sarapan bersamaku?"

"Sup yang kemarin masih ada."

"Yor, sup itu sudah tidak enak."

"Jadi, kau tidak mau makan bersamaku? Yuri tidak pernah menolak masakanku," Loid menelan ludahnya. Dia hanya akan makan masakan yang sama, seandainya dia mengalami krisis pangan di medan perang. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk datang ke sini."

"Aku segera ke sana," kata Loid yang mengambil cangkir kopinya, lalu pergi ke rumah sebelah.

Sikap yang benar untuk menyenangkan hati Yor. Selama ini dia tidak pernah gagal membuat perempuan yang ditemuinya luluh akan sikap pengertiannya. Ia pasti bisa membuat Yor memercayainya, dan dengan begitu tugas untuk melindungi Yor tidak lagi terasa memberatkannya.

Loid mengetuk pintu Yor. "Hai, selamat pagi." Dia menyapa dengan senyum secerah matahari, sementara wajah Yor yang muram membuat Loid nyaris tidak percaya diri. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu sampai malam, karena ada banyak urusan mendesak."

"Mungkinkah keselamatkanku tidak terlalu penting bagimu?"

"Apa?"

Yor memutar tubuhnya menghadap Loid yang bergeming. "Sementara kau pergi, akankah seorang pembunuh datang untuk membunuhku? Atau, apakah ada orang lain yang melindungiku selain kau, Forger?" Yor mungkin saja dapat menghabisi mereka dengan tangan kosong, tapi seperti yang sudah dikatakannya kepada perempuan itu awalnya, meskipun Yor menguasai ilmu bela diri, membunuh seseorang tanpa belas kasihan, sudah pasti Yor tidak pernah melakukannya.

"Kau mungkin butuh udara segar," kata Loid seraya mengambil duduk di kursi meja makan. "Kau bisa ikut denganku ke rumah sakit selama aku praktik. Ya, itu terserah kau saja."

Yor meletakkan mangkuk berisi sup yang sama, seperti menu makan mereka kemarin di meja, lalu memperhatikan Loid yang terlihat enggan untuk mencicipinya. Anak laki-laki manja di depannya terlihat berbeda dari Yuri yang makan apa saja yang dimasaknya. Yor tahu kalau masakannya tak pernah enak, tetapi Yuri menghormatinya.

"Selamat makan."

"Forger," Loid memperhatikan Yor. "Tidak, makanlah."

"Ada yang ingin kaukatakan padaku, Yor?"

"Kau tahu, sudah pasti aku selalu mengatakan hal yang sama setiap kali kita bertemu. Tapi, aku tidak pantas menyalahkanmu atas menghilangnya Yuri, semalaman aku memikirkannya, ada banyak hal yang tidak kuketahui mengenai Yuri. Selama ini aku sibuk bekerja, dan aku terlambat menyadari bahwa aku tidak pernah ada untuknya."

Loid melanjutkan sarapannya, terlihat mengabaikan isi hati Yor yang dituangkan pada situasi di mana Loid masih tidak nyaman untuk membahas masalah itu berulang kali. Tapi tidak seharusnya dia marah kepada Yor yang seorang kakak perempuan baik hati, mementingkan perasaan adiknya, kehidupan adiknya, ketimbang segala hal di atas kepentingannya sendiri.

"Tidak sepantasnya aku bicara begini kepadamu, Yor," Yor melihat Loid mendorong mangkuk sup yang sudah kosong. Pria itu tidak kelaparan, 'kan? Pikir Yor penasaran. "Tapi setiap kau membicarakan Yuri, aku sangat kesal."

Yor terkekeh. "Kau tidak pernah menjadi seorang kakak, Forger," mungkin Yor benar. "Beginilah anak pertama perempuan, dia berperan penting menjadi seorang ibu bagi adik laki-lakinya. Ya, tapi aku akan sedikit menahannya agar kau tidak merasa terbebani."

Pagi ini Loid tidak ada jadwal kecuali praktik akan dimulai sekitar pukul 13.00 – 15.00, kemudian istirahat kurang lebih dua jam sampai dia mendapatkan jadwal lagi menjelang gelap. Asistennya sudah mengirimi data pasien, dan janji temu yang tidak boleh dibatalkan begitu saja. Tapi dia mungkin bisa mengajak Yor jalan-jalan di sekitar rumah sakit sembari mencari angin.

Sampai di rumah sakit, Loid mengajak Yor masuk ke ruangannya. Selain sang asisten yang baru pertama kali melihat seorang tamu yang dibawa langsung oleh Loid, beberapa dari perawat yang ada di depan poli spesialis mempertanyakan kedekatan mereka berdua. Loid tampak perhatian di mata mereka kepada Yor. Itu tidak biasa untuk seukuran Loid yang terkadang tidak ingin berbaur terlalu lama dengan orang di sekitarnya kecuali karena pekerjaan. Meski begitu, Loid bukan pria cuek dan dingin. Ia dokter yang perhatian dan baik hati, mampu menyenangkan hati orang lain, tetapi kadang-kadang, dia terlihat memberi tembok tak kasat mata di antara mereka.

"Sepertinya aku pernah melihatnya," kata seorang perawat dari poli penyakit dalam. "Saat aku memberikan data rujukan pasien dari poliku, foto gadis itu ada di atas meja dr. Forger."

"Kau serius?"

"Iya, aku yakin gadis itu. Tapi saat itu di fotonya, dia mengenakan rambut yang disanggul dengan kimono. Hari ini dia berdandan lebih santai."

"Oh, apa maksudmu dia mengikuti kencan buta?"

Gelak tawa mereka membuat Loid keluar dari ruangan. "Kecilkan suara kalian, itu sangat mengganggu pasien."

Semua perawat menyebar ke meja poli mereka masing-masing, sedangkan Loid kembali berbicara pada Yor di dalam. "Kau tetap di ruanganku, aku perlu ke ruang praktik di sebelah untuk pengarahan sebentar sebelum praktik nanti siang. Setelah itu aku akan ajak keliling di sekitar rumah sakit," Yor mengangguk patuh. "Oh iya, sekalian aku ajak makan siang di kantin, tapi kalau ingin makan di luar, aku hanya punya waktu satu jam saja."

"Aku tidak masalah makan di rumah sakit."

"Baiklah, aku kirimkan menunya padamu agar kau bisa memilih ingin makan apa nanti."

Loid segera meninggalkan ruangan itu untuk berpindah ke ruang di sebelah. Dia sibuk pengarahan sebentar kepada semua orang yang terlibat dengan poli kejiwaan. 

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG

WASTED NIGHTS [LOID X YOR]Where stories live. Discover now