Aku bukannya tidak percaya pada Riko. Justru Riko termasuk orang paling jujur yang pernah kutemui di masa SMA. Ia orangnya serius dan jarang bercanda. Waktu mau mengaku-akui aku sebagai gandengannya saja, ia keberatan jika saja Diaz dan Vika tak memaksa. Hanya saja, aku merasa tak mungkin Rendra dekat dengan cewek lain sementara sudah ada aku. Jadi aku percaya, pasti ada alasan khusus hingga mereka kepergok sedang bersama di depan sebuah kafe. Aku tak menanyakan soal itu pada Rendra. Dia sendiri juga tidak cerita, sehingga kuputuskan untuk melupakannya.
Walau aku sudah bersikap naif, tapi tetap saja pikiranku kadang-kadang berkecamuk. Sisi hati yang lain ingin mencari tahu sebenarnya ada apa dengan mereka, tapi sisi lainnya lagi memintaku agar tak perlu mengorek sesuatu yang kemungkinan besar akan membuatku pusing kepala. Aku harus tetap tenang dan mengembangkan pikiran positif. Akan tetapi beberapa sore berikutnya, aku malah menemui hal yang mendukung perkataan Riko.
"Kal, itu bukannya pacar kamu, ya?" Kakak menunjuk dengan dagu ke pintu masuk, di mana kami baru membeli kue untuk sepupu yang akan berulang tahun.
Kepalaku menoleh dengan segera. Benar saja. Itu Rendra, masih dengan seragam sekolahnya, bersama kakak kelas cantik yang kuketahui dari Kak Junot bernama Olivia. Banyak orang menyebutnya Kak Oliv. Dia termasuk murid tenar dari kalangan kakak kelas karena penampilan menariknya. Dengan wajah ayu, rambut panjang hampir sepinggang dan berbagai aksesoris dari anting, kalung, hingga jam tangan yang selalu senada, jelas dia mudah menarik perhatian orang di sekitarnya.
"Ren, sama siapa?" Kakak yang mendapatiku diam saja iniasiatif bertanya lebih dulu. Walau baru hanya beberapa kali bertandang ke rumah dan itu pun tak lama, tapi kakak bisa dengan mudah bersikap bak kakak ipar pada Rendra.
"Eh, Kak Arin!" Rendra yang baru saja menyadari kehadiran kami langsung menyahut usai menengok. Aku memerhatikan sikapnya. Ia tidak kelihatan terkejut seperti cowok yang baru ketahuan selingkuh di depan pacar dan keluarganya. Dia tetap tersenyum dan terlihat santai seperti biasa.
"Bisa-bisanya ketemu kalian di sini. Kue ulang tahun buat siapa, nih?" Rendra cepat menghampiri kami sementara Kak Oliv mengikuti di belakangnya.
"Sepupu yang mau ulang tahun. Kamu sendiri, mau beli buat siapa?" tanya kakak balik. Aku ikut menatapnya demi mendapatkan penjelasan. Tadi sebelum pergi aku tidak berkirim pesan dengan Rendra. Aku pun tak bilang akan pergi keluar dengan Kak Arin sebelumnya. Kukira kami hanya akan sebentar. Dia juga masih latihan basket di sekolah, jadinya aku tak perlu membuat laporan.
"Samaan nih, Kak. Ada saudara yang mau ulang tahun juga," ucap Rendra sambil tersenyum padaku dan kakak bergantian. Walau aku berpikir harusnya aku sudah mulai curiga, tapi senyumnya terlihat natural. "Kebetulan Kak Oliv dekat sama saudara aku itu. Makanya kami nyari kuenya barengan," jelasnya kemudian.
"Ooh," gumamku. "Kirain kamu masih main basket. Biasanya kan, kalian selesai sampai sore." Aku mengatakan dengan nada biasa. Kak Oliv yang merupakan anggota cheerleader kadang kala juga ada di pinggir lapangan dengan para anggota lain. Namun sejauh ini aku jarang melihat kakak kelas itu berinteraksi dengan Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Croco And My Best Friend
RomansaKarena jatuh cinta pada teman baik sudah tidak ada harapan, aku mencoba peruntungan pada cinta lain yang datang. Tapi, kenapa aku malah kena jebakan? ©Francesc Indah 2022