1. Rill Mahasiswa Baru

53 6 0
                                    

Sungguh luar bisa, tepat setengah perjalanan dari upacara pembukaan MAPMABA gadis bernama Amelia Darmayanti berjalan mengendap-endap untuk masuk barisan.

Dilihatnya kakak tingkat sepertinya tidak melihat dirinya yang terlambat, buktinya sampai detik ini dia aman-aman saja berdiri di rumpunan anak-anak yang memakai atribut lengkap seperti dirinya.

Jujur saja zaman sudah maju, MAPMABA dilakukan dengan cara yang lebih manusiawi dan lebih bermartabat sekarang, intinya lebih mencerminkan citra seorang mahasiswa. Calon mahasiswa hanya mengenakan sebuah name tag sebagai tanda pengenal, kemudian mengenakan topi hitam. Karena tidak ada atribut aneh, kurang lengkap rasanya, tapi para panitia pelaksana MAPMABA serempak meminta kepada para calon mahasiswa membawa satu botol air mineral dengan merek tertentu yang sudah ditetapkan.

Sambutan ngalor-ngidul dari para PJ sama sekali tidak di dengarkan oleh Amel, dirinya lebih fokus menunduk kemudian memandangi ujung sepatunya. Dirinya juga sempat ngobrol dengan teman yang berdiri di sampingnya.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh menit akhirnya pembukaan MAPMABA telah selesai. Anak-anak di arahkan ke tempat yang berbeda oleh panitia. Kebetulan prodi manajemen digabung dengan prodi pendidikan ekonomi di halaman Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)

"Baik adik-adik, saya kumpulkan kalian di sini dengan perintah cepat saya meminta adik-adik berkenalan dengan orang yang ada di samping kanan-kiri kalian," seorang mahasiswa yang di lihat dari wajah seperti sudah lawas di kampus memberi instruksi.

"Lalu setelah ini saya akan meminta beberapa calon mahasiswa dari masing-masing prodi untuk mencalonkan diri sebagai Pak lurah dan Bu lurah."

Namanya mahasiswa mau introver atau extrovert pada saat-saat seperti ini pasti dituntut untuk lebih aktif daripada pasif. Semuanya melakukan sesi perkenalan antara teman kanan-kirinya. Kebetulan dari prodi Manajemen yang merupakan prodi dari Amel, ia sudah memiliki kenalan. Tadi saat upacara pembukaan dia memilih mengajak ngobrol anak baru daripada fokus pada acara pembukaan.

"Amel, lo mau nyalon jadi Bu lurah enggak?" tanya Sisil pada Amel.

"Sorry, enggak dulu," jawab Amel. "Kalau jadi Bu lurah pasti nanti positif jadi babunya panita pelaksana."

"Yaelah, itu kan memang niatnya gitu. Membantu meringankan tugas panitia pelaksana," timpal Sisil lagi.

"Ya itu, yang gue malesin." sahut Amel.

"Yee, dasar!" Sisil dan Amel tertawa.

****

Di ruang kelas yang memiliki pendingin ruangan Amel duduk tepat di samping jendela kaca. Sambil menggenggam pena dia mendengarkan seorang laki-laki, yang katanya perwakilan dari BEM. Pembicaraannya lumayan berbobot dan tidak membuat jenuh ataupun bosan, lumayanlah Amel jadi tidak ngantuk dan pria itu juga memiliki paras yang cukup tampan atau bahkan bisa dibilang tampan, layaknya wanita normal Amel memilih untuk menikmatinya juga.

"Manis banget," gumam Amel pelan yang jelas hanya mampu di dengar oleh dirinya sendiri.

Amel yang benar-benar tengah fokus sampai tidak sadar ada dua kakak tingkat yang mendekati dirinya.

"Amel," panggilnya setelah membaca tulisan yang ada di name tag yang Amel kalungkan.

"Kamu yang terlambat tadi?" tanya perempuan yang memakai baju kaos hitam lengan panjang.

Amel tidak terlalu lemot, dia menatap kedua kakak tingkatnya. Walaupun tidak yakin dirinya lah yang diajak bicara karena dia benar-benar fokus dengan pria yang ada di depan.

Sebelum menjawab Amel tengok kanan-kiri, sepertinya memang dirinya yang didekati oleh dua orang itu.

"Maaf, gimana?" Amel meminta pengulangan.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang