10. Menolak Fakta Seterang Ini

6 0 0
                                    

Sudah seminggu lamanya Amel dan yang lainnya kuliah dan baru kali ini bertemu dengan dosen muda yang cantik, manis, baik hati pula. Kebetulan beliau mengampuh mata kuliah dasar-dasar manajemen. Mata kuliah itu merupakan salah satu mata kuliah pokok untuk prodinya.

Seriusan sedari tadi mata Amel tak berkedip melihat orang yang berdiri di depan. Bayangkan saja Amel yang notabenenya adalah cewek sampai terkesima, kemudian apa kabar kaum Adam?

Mata mahasiswa yang ada di rungan itu sama sekali tidak bisa beralih ke lain tempat. Mereka semua merasa kagum dengan sosok di depan mereka. Soalnya yang seperti di depan itu langka. Aura intelektualnya pun memancar.

"Ja, Sisil, kedip!" posisi duduk Amel berada di tengah keduanya memberikan intrupsi.

"Bisa ya, Mel, orang kok riwayat hidupnya keren gitu," puji Sisil karena pemaparan mengenai riwayat hidup bu dosennya sungguh luar biasa.

"Besok tuh, gue kek gitu!" Amel menyahut.

Jaja mengalihkan atensinya ke mereka berdua.

"Tipe gue tuh!" ujarnya mendadak yang mendeklarasikan tipe idamannya.

"Kakak ini gimmick ya," ucap Amel sambil menepuk-nepuk pundak Jaja.

"Doain aja kek!" ujar Jaja cemberut. Teman-temannya itu emang tidak baik hati, doa dan harapan baik kan harusnya diaminkan.

"Gosipnya dia sama Kak Bian tau woy!" tiba-tiba Sisil menyahut dengan kalimat yang luar biasa membuat kedua temannya langsung memandangnya.

"Demi, Si?"

"Gosip aja," jawab Sisil.

"Rate untuk percaya gosip ini berapa persen, Sil?" Jaja perlu keyakinan ini.

"Hm... Tujuh puluh enam persen ga sih?"

Mendengar temannya yang sampai sekarang belum pernah berbohong dengannya membuat Amel menatap lurus ke depan.

"Berondong emang menggoda si, apalagi tipe berondongnya kek, Kak Bian," sahut Amel.

"Temen bangsat, bisa-bisa gak ngasih tau gue!" decak Jaja. Rasanya seperti dia sedang ditusuk dari belakang.

"Tapi gak boleh percaya seratus persen, siapa tau sisahnya buat yang lain," ujar Sisil dengan menahan tawa kecilnya agar tidak lepas.

"Gimana konsepnya yang lain cuma dapat sisahnya," Amel memutar bola matanya malas.

"Tapi jujur, misal tuh gosip bener gila sih," Jaja masih geleng-geleng kepala.

Dosen muda itu bersiap pergi dari kelasnya, sudah selesai jamnya pada siang ini. Dia harus segera pergi dari dalam kelas.

****

Jaja menyipitkan matanya, walaupun enggak penting-penting amat di hidup Jaja. Laki-laki itu perlu mengkonfirmasi lebih.

"Lo liat chattingan kakak lo sama tuh dosen?" kalimat tanyanya terdengar seperti kalimat tuduhan.

Demi apapun Amel yang masih leyeh-leyeh di bawah pohon sambil menikmati es cekeknya sampai tersedak.

"Waittt, apa maksudnya ini? Kakak?" tanya Amel memastikan pendengarannya tidak salah. Dan faktanya memang tidak salah.

Jaja menelan ludahnya, keceplosan. Tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi. Sesekali dia juga memukul pelan bibirnya sendiri.

Sisil langsung menyumpel mulut Jaja dengan roti tawar yang ada di tangannya.

"Jawab woy! Kepo ini!"

"Iya, Bian kakak gue," jawab Sisil malas. Terbongkar sudah rahasianya. Sebenarnya Sisil tidak berniat menyembunyikan fakta tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang