"Satu..."
Benar-benar cari teman, langsung ada dua peserta yang salah. Dan salah satu dari peserta itu adalah Amel.
"Lah kocak, gue kenapa berdiri," batin Amel. Dia masih syok, bagaimana bisa dia sebodoh itu.
Jaja dan Sisil sebagai teman hanya bisa mesem senang. Sepertinya memang Dewi Fortuna tidak sudi membackingi Amel hari ini.
Sialan!
"Gak usah ketawa lo berdua!" Amel memperingati kedua temannya tanpa suara hanya dengan mulut komat-kamit.
"Sekarang kalian bertiga ke sini, berdiri di depan sini," Ardi memberikan ruang untuk ketiga anak itu.
Amel dengan wajah masam dan dekilnya maju ke depan, dia pasrah.
"Astaga kamu," seru Ardi saat melihat Amel maju.
Sok asik!
"Yoi," jawab Amel.
"Mukanya yang ikhlas dong," Ardi ini lama-lama ngelunjak.
Mana ada orang ikhlas kalau mau dihukum. Kalau bukan kakak tingkat, sudah Amel jewer telinganya.
"Ikhlas kok, Kak." Amel harus tetap kalem, tidak lupa dia memasang wajah senyum.
Tetap happy kiyowo pokoknya!
Ketiga peserta yang hendak dihukum berdiri menghadap peserta yang selamat dari permainan itu. Semuanya menantikan hukuman apa yang akan diberikan kepada Amel dan dua orang lainnya.
"Hm, kalian jangan tegang, kita di sini niatnya buat senang-senang, kalem," ujar Ardi ketika melihat ketegangan terpancar jelas.
"Saya mau kasih pilihan untuk peserta yang dihukum, mereka bisa milih mau hukuman seperti apa."
"Pilih hukumannya main truth or dare atau menyebutkan sepuluh nama teman kalian?" Pilihan yang diberikan memang bukan main.
Amel sampai geleng-geleng kepala, itu yakin pilihannya seperti itu?
"Gak salah ini?" celetuk Amel.
"Iya, bener enggak salah," jawab Ardi sambil memberikan mikrofon.
"Sebutkan nama kamu, kemudian prodi kamu dan pilihan kamu," titahnya.
Menghela napas pasrah. Sebenarnya tanpa perkenalan, Amel yakin seratus persen kalau orang-orang yang ada di sini sekarang itu mengenal dirinya. Secara kan hari ini dia mendadak menjadi seleb.
"Perkenalkan nama saya Amelia Darmayanti dari prodi Manajemen, saya memilih menyebutkan nama peserta MAPMABA," tuturnya.
Amel sudah memikirkan pilihannya, alasannya kalau dia memilih truth or dare takutnya dia apes lagi. Pokoknya dia yakin dengan pilihannya.
Intinya nawaitu yakin!
"Oke, jadi Amel memilih menyebutkan nama peserta MAPMABA," sahut Ardi, "bagaimana Kak Bian, setuju?" imbuhnya.
Amel mengangkat kedua alisnya, apa-apaan itu. Kenapa meminta persetujuan Bian, padahal kan itu keputusan Amel.
Dengan tangan yang terlipat di dadanya serta tatapan lurus, Bian menjawab dengan suara kecil, "Setuju."
Kemudian dengan sadar Amel memberikan mikrofon kepada teman sebelahnya, orang itupun sama dia juga memperkenalkan diri seperti yang dilakukan Amel tadi, tapi ada satu pembeda orang itu lebih memilih truth or dare untuk dijadikan sebagai hukumannya.
Amel berdoa dalam hati, semoga orang itu tidak terlihat konyol. Kasihan kalau misalnya dia lagi apeskan?
Peserta terakhir juga melakukan perkenalkan, "Saya Faisal Akbar dari prodi manajemen dan saya memilih truth or dare sebagai hukumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
RandomAmelia Damayanti perempuan normal seperti layaknya perempuan yang lain. Dia memiliki lingkungan keluarga, pertemanan yang baik dengan bermacam pola bentuk. Di usianya yang sekarang ini dia menemukan banyak hal-hal baru yang mampu membuat pikirannya...