6. Sisil Si Anak....

10 4 0
                                    

Jaja, Amel dan Sisil belok di warung pinggir jalan. Ini sudah jam 19:00 dan mereka belum sampai ke rumahnya masing-masing. Ajakan ini terlontar dari mulut Jaja dan Amel, Sisil mau-mau saja, walaupun saat di tempat mereka menggerutu.

"Belom mandi, gue kucel banget," Amel merengek kepada kedua temannya.

"Di kira lo aja kali!" sambar Sisil.

"Isi perut dulu, biar pulang dengan keadaan hati senang," ujar Jaja.

Mereka berkumpul di warung pinggir jalan dengan penampilan dekilnya. Jaja itu gaya betul, perkara mau makan saja minta ditemani. Padahal kan mereka bisa saja makan di rumah. Beberapa jam yang lalu Sisil sempat menolak ajakan Jaja, tapi pria itu malah tetep memaksa Sisil dengan berdalih, agar pertemanan mereka semakin dekat.

Ketiganya memesan ayam penyet karena memang di situ hanya menyediakan satu menu makanan saja, yaitu ayam penyet.

Jaja dengan bola mata penuh antusias langsung mencelupkan tangannya ke air kobokan saat makanannya berada di hadapannya. Mau tidak mau Amel pun ikut. Gadis itu lapar, setelah membaca doa Amel langsung memasukkan sesuap nasi berserta ayamnya.

Jaja dan Amel kompak saling bertatapan dan menaik-turunkan kedua alisnya, tanda bahagia.

Detik berikutnya kunyahan Amel harus terhenti lantaran melihat Sisil tak bergeming dengan makanannya, gadis itu hanya menatap makanan itu penuh minat tanpa ada niat untuk di Sentuh.

"Sil, lo gak doyan? Tapi..." Amel menggantungkan ucapnya dia ragu untuk melanjutkan.

"Kalau gak doyan buat gue aja sini," Jaja hendak mengambil piring Sisil sebelum tangan Amel lebih dulu memukul punggung tangan Jaja.

Amel berdecak.

"Gue doyan, cuman..." Sisil terlihat ragu untuk jujur.

"Kenapa?" tanya Amel.

"Gue gak bisa makan pakai tangan kek kalian," akhirnya Sisil mengaku.

Dari pengakuan Sisil, jelas Amel dan Jaja dibuat ternganga.

"Maksud lo?" Beo Jaja.

"Ternyata bukan cuma anak orang tajir doang, gaya hidupnya gak bisa diajak melarat ini, mah," tidak bermaksud julit Amel hanya membatin.

"Ja, lo ajarin Ja!" titah Amel.

"Masa gitu aja perlu diajarin sih!"

Amel mendelik langsung, "Udah buruan, kasihan anak orang kalau kelaparan!"

Jaja menghela napasnya, dia akan mengajari ini. Catat, ini adalah pertama kali seumur hidupnya mengajari hal yang kurang berfaedah.

Kalau orangnya bule sih, mau-mau aja, pasti Jaja akan terlihat keren. Artinya Jaja berhasil mengenalkan culture Indonesia kepada orang asing. Lah ini?

Warga negara asli coy!

"Pantesan gue pertama kali lihat lo gak ada tampang kek orang susah,"

"Lo cuci dulu tangan lo pakai air itu, kemudian lihat nih, tangan gue. Perhatiin ya, cantik." Jaja memperlihatkan seperti apa cara makan tanpa menggunakan sendok pada Sisil.

Di samping itu Amel terkikik geli, orang tajir memang beda. The real anak emas.

****

Waktu memang terus berputar, tanpa sadar sudah menunjukkan pukul 22:00 malam. Amel masih sibuk dengan kartun Jepangnya. Durasi menontonnya tersisa lima menit tapi tiba-tiba Sisil untuk pertama kalinya menelfon.

Kesal sekaligus bingung Amel pun mengangkat panggilan Sisil.

"Halo, Sil," ucap Amel ketika tersambung.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang