02. AJAKAN YANG DITOLAK ISHA

2.1K 122 133
                                    

      Begitu sampai di depan ruangan dengan nama ‘Wakil Direktur’ Isha menatap ragu pintu di depannya.

    “Bu, ini benar ruangannya? Saya nitip saja, deh, ya? Saya cuman mau nganterin mobil aja.” Gadis itu memohon dengan puppy eyes-nya.

     “Silakan masuk, Bu. Jam makan siang sudah ditunggu oleh bapak.”

     Isha meneguk salivanya dengan susah payah. Apa-apaan ini? Dia dibuat tidak bisa berkutik karena ulah Fattah tanpa diduga.

     Resepsionis di sebelahnya mengangguk memberikan keyakinan menyapa benak Isha. Gadis itu menunduk lantas tersenyum memantapkan hatinya. Tanpa mengetuk pintu langsung masuk begitu saja.

     “Mas?” cicit gadis itu melongokan kepalanya sedikit belum berani masuk.

     “Masuk saja, Sha,” kata Fattah tanpa mengalihkan fokus perhatiannya dari laptop.

     Disuruh masuk gadis itu menurut berdiri di tengah-tengah menatap seorang perempuan yang sedang menata makanan di atas meja. Bahkan Isha tidak menyadari ada sosok selain dirinya dan sang suami.

     “Kamu boleh pergi, Vina,” katanya ketika melihat sekilas meja di depan sofa sudah penuh dengan makan siang.

      “Baik, Pak. Mari, Bu,” ujarnya menunduk sopan begitu melewati Isha yang diam saja tidak memberikan respon. Gadis itu bingung hendak melakukan apa sekarang.

      Fattah bangkit meninggalkan beberapa kertas yang berserakan di atas meja. Melangkah menghampiri Isha yang terdiam memperhatikannya. Gadis itu mematung saat tangannya disambar lalu ditarik dengan lembut menuju sofa yang tersedia.

      “Kamu belum makan, ‘kan? Sekarang makan sama aku di sini,” katanya kedengarannya tidak mau dibantah sama sekali.

     Gadis itu menatapnya diam cukup lama lalu mengangguk, menerima piring yang sudah diisi nasi oleh Fattah. Mereka memang terbalik, Fattah yang lebih sering melayani Isha daripada gadis itu. Namun, semuanya tidak dibuat runyam oleh Fattah. Pria itu begitu sabar menunggu Isha membuka hati untuknya.

     “Weekend ini kamu ada acara sama Reno, Sha?” tanya Fattah disela-sela mengambil lauk.

     “Aku mau ajak kamu ke acara opening restoran temanku,” lanjut Fattah sebelum Isha menjawab pertanyaan awal. Pria itu berharap Isha menyanggupi permintaannya yang tidak seberapa ini.

      “Memangnya diharuskan membawa pasangan, ya, Mas? Bukanya teman-teman Mas Fattah tahunya Mas masih lajang.”

     Fattah tersedak ludahnya sendiri, apa terlalu jelas dengan keinginnya itu? Isha begitu peka tanpa dia sadari.

     Seperti yang dikatakan oleh gadis itu tidak ada yang mengetahui status pernikahan Fattah selain sekertaris dan resepsionis hari ini. Namun, apa salahnya jika ingin mengajak Isha? Katakanlah Fattah bisa memperkenalkan istrinya sebagai sepupunya, ‘kan?

     Namun demikian, dari banyaknya alasan Fattah menyadari satu hal bahwa Isha menolaknya secara halus, ‘kan?

     “Lupakan saja. Lebih baik sekarang kita makan,” kata Fattah pada akhirnya.

Married With Sister [Pindah ke Fizzo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang