[11] semesta dan kesempurnaannya

59 6 2
                                    

siang ini giselle dan ningning bergabung dengan para mahasiswa lainnya untuk menonton beberapa potongan klip yang telah disiapkan oleh panitia pelaksanaan program kampus. yang konon katanya, acara ini disiapkan secara mendadak dan special untuk dilaksanakan hari ini.

"She was beautiful, but not like those girls in magazines. She was beautiful, for the way she thought, for the sparkle in her eyes when she talked about something she loved. She was beautiful, for her ability to make other people smile, even if she was sad. No, she wasn't beautiful for something as temporary as her looks. She was beautiful, deep down to her soul-- sebuah kutipan yang saya ambil dari seorang F Scott Fitzgerald,"

pada awalnya terlihat lancar dan tidak ada keanehan apapun, sampai dimana ningning, giselle, juga beberapa mahasiswa dibuat terdiam membeku saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh pria didalam video tadi.

benar, pria itu adalah jayden kairav.

ningning terdiam dengan pikirannya yang sibuk mencerna ucapan jayden melalui video itu.

"dan kali ini saya tujukan untuk seorang wanita yang sangat saya cintai, wanita itu adalah mama. saya harap, dengan untaian kata yang tak seberapa ini mampu membuatnya menebar senyum di atas sana." sambungnya.

ningning lagi-lagi hanya terdiam, hanya saja kali ini sambil mengerutkan keningnya kebingungan.

ternyata daritadi ia sudah salah paham, dan ternyata kata-kata tadi jayden berikan untuk mamanya yang sudah tiada.

betapa malunya ningning mengira bahwa untaian kata yang jayden katakan tadi untuk dirinya.

giselle menepuk paha ningning pelan, "dangg-- what the? I thought you would be the girl that he said, but that's for his mom? for real??" katanya, sambil menggeleng tak habis pikir.

ningning tersenyum kikuk. "kenapa? nggak ada salahnya kan, seorang anak mengekspresikan rasa cinta pada ibunya?"

"y-ya nggak salah, but nggak munafik deh, lo juga awalnya ngerasa kan kalo jayden bakal sebut quotes itu buat lo?"

"itu kepedean namanya!" celetuk ningning, disertai kekehan kecil yang membuat pipi chubby nya semakin terlihat menggemaskan.

"I meant-- timingnya tuh udah love and young-able, ning. plot twist banget pas jayden bilang kata-kata itu buat mamanya." kata giselle tetap denial.

ningning menggeleng pelan. "no, gue kalo jadi jayden pun bakal ngelakuin hal yang sama." katanya, mencoba meluruskan.

"without the reasons?"

"nggak, malah karena suatu alasan."

giselle menatap wajah sahabatnya itu bertanya-tanya. "ya apa??"

"karena, rasa senang emang boleh dibagi, tapi, rasa istimewa nggak boleh dibagi. khawatir orang lain ikut ngerasain, dan berujung jadi penikmat keuwuan orang lain, kayak elo."

"HELEH, GAYA LO SEBELAS DUA BELAS KAYAK JAYDEN!"

kini kalian bingung kan, ntah giselle atau ningning yang denial terhadap perasaannya.

--

JAM PULANG
06.00 p.m.

"gini banget ya gue, je. insecure gue liat temen-temen cewe lo."

ningning yang awalnya hanya membicarakan hal itu didalam hatinya kini tak sadar, kalau kalimat itu terucap begitu saja.

membuat ningning dan jayden yang sedang berkendara itu sama-sama terdiam.

[2] Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang