[4] sehari dengan jayden

181 41 8
                                    

sepasang manusia itu terus berjalan dengan langkahnya masing-masing. ningning yang dari sepanjang koridor berlari ketakutan saat ia menyadari langkah kaki dibelakang terdengar seperti terus mengikutinya, dan lelaki dibelakang tubuh mungil seorang gadis yang terlihat seperti orang kebingungan-- terlihat dari langkahnya yang sedang ketakutan seperti akan diculik di pertengahan malam.

earphone yang sedari tadi menggantung di telinganya kini ia selempangkan pada bahunya secara asal saat melihat jam ditangannya yang menunjukkan bahwa ia telat 2 menit dari jam yang sudah ditentukan.

ningning menghentikan langkahnya saat memasuki ruangan yang ditujunya. kedua mata elangnya menatap lelaki tadi yang saat ini juga masih berada tepat dibelakangnya-- tepatnya menunggu ningning membuka jalan untuknya.

gadis itu berkacak pinggang, meniup anak-anak rambut yang menghalangi penglihatannya.

"gue harus bilang berapa kali sih biar lo berhenti ganggu gue?!"

lelaki tadi menatap ningning bingung sekaligus tak terima. "maaf?"

lelaki tadi menautkan alisnya tatkala menunggu jawaban dari sang lawan bicara.

"y-ya... lo tuh bisa nggak sih stop ngikutin gue kemanapun gue pergi?! tadi di kantin, sekarang di kelas lukis-- kenapa selalu ada elo?!" ucap ningning bertubi-tubi, sambil menunjuk pada dada bidang lelaki dihadapannya.

lelaki itu kini mengangguk paham. kini ia tahu alasan dibalik gadis yang jalan didepannya tadi selalu menatapnya setiap detik. "karena saya juga anggota lukis,"

lelaki tadi mengamati nametag yang dipakai ningning diam-diam. "bahkan kalau dilihat dari tanggal bergabung, kayaknya lebih dulu saya deh, daripada kamu?" ucapnya, membuat ningning menatapnya tak terima.

"h-hah?"

"itu, liat nametag yang kamu pakai. kamu bergabung tanggal 28 sedangkan, saya 25 november-- iya sudah, saya permisi dulu ya, ningning geer." kata lelaki tadi seraya menggeser pelan bahu ningning dan melewatinya.

"ish, SOK KENAL! SOK ASIK!!" kata ningning sambil mengepalkan kedua tangannya, kesal.

lelaki tadi menghentikan langkahnya saat telinganya tak sengaja mendengar alunan nada yang familiar ditelinganya.

"kamu suka Ruth B, ning?"

"kenapa?"

"lost boy-- saya juga suka dengar lagu itu."

"kenapa?" ulang ningning, sekali lagi.

"karena enak didengar."

ningning tersenyum kecil seraya mengangguk paham sebelum ia mengubah mimik wajahnya menjadi frustasi tak karuan. "KENAPA LO HARUS JELASIN HAL-HAL YANG NGGAK PENTING KE GUE, JAYDEN?! GUE CAPEK!"

lelaki tadi, jayden kairav.

mendengar respon dari sang lawan bicara yang kelihatannya sudah berada di ambang batas kesabaran, ia kembali melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya sembari tersenyum kecil. ningning pun duduk di kursinya dengan mood yang super berantakan.

"nggak tau kenapa, lagu itu membuat saya merasa hidup tanpa harapan... saya memang menyukai kesunyian, tapi ini terlalu hening untuk dinikmati sendirian." batin jayden.

ningning kembali mengingat kejadian tadi, tepatnya bagaimana suara dan ekspresi jayden saat menanyakan soal lagu yang didengarnya tadi padanya-- benar-benar mengingatkannya pada seseorang dari masa lalunya.

menyadari hal aneh, ningning cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "nggak! nggak ada yang boleh suka sama lagu ini! LAGU INI CUMA LAYAK DIDENGAR SAMA JAY!!"

[2] Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang