01. Sebuah Janji

85 10 0
                                    


Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa dan alur cerita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

***

Biar waktu yang menjawab, kau takdir atau hanya sekedar hadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biar waktu yang menjawab, kau takdir atau hanya sekedar hadir.

───────

Naufal bukan terlahir dari keluarga Militer tetapi perjuangannya selama ini patut diacungi jempol. Ketika teman-temannya sibuk mendaftar ke perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana Naufal sudah gagal duluan karena memilih angkat senjata. Tidak mendapat restu dari orang tua bukan halangan bagi Naufal untuk menjadi tentara. Semangatnya selalu menggelora tak pernah padam ia bahkan menjadi lulusan terbaik Akabri dan penerimaan predikat Adhi Makayasa.

Perjalanan karir yang cemerlang didukung pula oleh prestasinya selama mengenyam pendidikan baik SD sampai sekarang Naufal selalu menjadi nomor satu bagi keluarga besar Megantara. Hanya satu kekecewaan yang telah dia perbuat, yaitu menjadi seorang perwira. Meskipun cita-citanya sudah tercapai dan ada titik terang dari orang tuanya yang pelan-pelan mulai menerima profesi Naufal tetap saja hal itu tidak membuat Naufal terbebas dari perjanjian yang dibuat sebagai syarat Naufal dibolehkan tidak kuliah dan bebas melanjutkan pendidikan di Akademi Angkatan Darat.

"Mohon izin, Ndan."

Teguran itu membuyarkan lamunan Naufal. Laki-laki berseragam PDL yang sedang duduk menyender pada tank dan tangan menggenggam ponsel menegakkan tubuhnya saat melihat keberadaan anggotanya.

Naufal segera berdiri. "Ada apa?"

"Siap, para pasukan sudah bersiap pulang. Izin petunjuk, Ndan."

Naufal memejamkan matanya, dia hampir lupa sedang melakukan latihan gabungan di Palembang.

"Saya akan segera ke sana." Naufal berjalan sedikit lunglai. Jika gara-gara kurang jam tidur maka tidak akan berpengaruh sama sekali, alasan utamanya adalah pesan dari sang ayah— Gumara.

Papa

Assalamualaikum Abang, sudah berapa bulan tidak pulang? masih ingat rumah gak?

Waktu kamu seminggu lagi Naufal. Segera tepati bukannya seorang prajurit pantang ingkar janji?

Muhammad Naufal Megantara! Kamu tidak sedang bertugas di pelosok kan?

Kalau memang iya nanti bilang ke saya! biar Papamu ini siapkan satelit!

Kira-kira seperti itu rentetan pesan dari Papa seorang Lettu. Naufal mengusap wajahnya gusar lalu mulai mengetikan sebuah balasan pada ponsel yang tiada henti-hentinya berbunyi begitu diaktifkan.

Papa

Waalaikumsalam

Naufal ingat.

Megantara : Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang