Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa dan alur cerita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
***
Bukan semesta yang salah, bukan waktu juga yang seharusnya di salahkan. Seharusnya aku, aku yang terlalu berharap pada sebuah angan-angan.
───────
Malam ini ramai, tapi bukan karena suara makhluk hidup melainkan suara gemercik hujan yang jatuh ke bumi. Rintik dan bunyinya selalu senada membuat siapapun jatuh cinta termasuk Jelita.
"ARGHHHH!!!"
Lewat tubuh yang basah kuyup sebab berdiri di bawah naungan hujan Jelita berteriak lantang, menegaskan pada alam semesta bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Kedua tangan berbalut jam digital pink pastel dan tangan lainnya terdapat gelang emas rantai berliontin bulan sabit bertumpu pada lutut membuat tubuhnya sedikit membungkuk. Siapapun yang melihatnya sekarang pasti langsung menarik kesimpulan bahwa Jelita sedang bersedih. Tapi untungnya tidak ada siapapun disana, jalanan satu arah yang melenggang kosong itu hanya terdapat seorang wanita saja di tengah-tengah dan pohon-pohon di sisi kanan kirinya.
"Kalau laki-laki bajingan itu gak brengsek, mana mungkin sekarang aku terjebak perjodohan sialan ini!" Jelita menatap lurus ke depan, mengabaikan tetesan air yang terus menerus mengaliri wajahnya.
Antara air hujan atau air matanya sendiri. Entahlah… mungkin kolaborasi dari keduanya.
Beberapa meter di belakang Jelita, sebuah tas tergeletak begitu saja dan isinya berceceran dimana-mana, mulai dari dompet, ponsel, alat make-up dasar, dan terakhir kunci mobil.
"Sial! sial! sial!" Kaki beralas high heels itu menghentak-hentak tanah.
"ARGHH!!!!" Layaknya orang kesurupan ia menjambak 2 sisi rambutnya sendiri tak lupa loncatan-loncatan kecil.
Angin kencang dan petir tidak menggoyahkan keberanian wanita macam Jelita berdiri di tengah jalan. Kalau perlu, mobil yang nanti akan lewat harus menabrak Jelita sampai ia amnesia, maka itu akan menjadi alasan utama perjodohan ini tidak terealisasi.
"GIMANA CARA NOLAKNYA YA ALLAH? INI YANG MINTA SESEPUH KELUARGA SOALNYA!!!" teriak Jelita, kepalanya mengadah ke atas lalu kedua tangannya berada di sisi bibir.
Tidak ada yang menyahut selain derasnya hujan yang semakin menjadi sebagai jawaban atas pertanyaan Jelita tadi. Kemudian tubuh kecil itu merosot jatuh dan terduduk lemas, sepasang matanya menyorotkan keputus asaan.
Setelahnya hanya terdengar suara air yang jatuh ke daratan. Jelita duduk melamun meratapi nasibnya, lelah berteriak, menangis, dan berlari membuat tenaganya terkuras habis. Keputusan keluarganya itu sangat mengejutkan bagi ukuran wanita yang masih dalam proses pemulihan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megantara : Our Destiny
Ficção AdolescentePerjanjian antara dua keluarga besar membawa Naufal dan Jelita pada garis takdir yang tidak terduga. Takdir yang telah mempertemukan mereka dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun bagi Jelita, mengarungi kisah asmara dalam bentuk rumah tangga, bersama...