episode 2

5 0 0
                                    

    Majalengka 2018

     Dikamar yang bernuansa warna kuning bergaris-garis putih, seorang gadis duduk didepan cermin sedang menyisir rambut yang panjangnya sebatas paha, gadis itu suka berambut panjang, dulu dia berencana ingin memanjangkan rambutnya sampai ujung kaki bahkan lebih mungkin, tapi karena gak mau menghabiskan sebotol shampo dia urungkan keinginannya, dan rambutnya juga sering rontok apalagi sehabis haid rontoknya naudzubillah. walaupun udah ganti-ganti shampo belum ada yang cocok dengan rambutnya yang bisa mengatasi rambut rontoknya itu.

Gadis itu Laila Khoirunnissa

Disaat Laila sedang menyisir rambutnya ia teringat kejadian 5tahun lalu dimana ia harus mengubur cintanya untuk selamanya karena pria yang ia kagumi sudah menikah dengan wanita lain.
Laila fikir dulu saat masih kecil ia hanya kagum biasa seperti seorang adik perempuan ke kakak laki-lakinya karna sering membantunya disaat ia lagi kesusahan ngerjain pr, jatuh dari sepeda trus ngobatin lukanya masih banyak kekaguman Laila tentang sosok laki-laki yang ia kagumi semasa kecil dan beranjak remaja ternyata kekagumannya sampai sekarang masih ada atau mungkin sudah menjadi rasa cinta? .huffft ingat Laila dia sudah punya istri. astagfirullah

tok tok tok

lamunan Laila dibuyarkan oleh ketukan pintu dari luar

"Laila?"-ternyata Rini ibunya Laila

"iya kenapa Bu?"-ucap Laila setelah membuka pintu kamarnya

"kok kamu belum sarapan ini udah hampir jam 7 loh kamu kuliahkan hari ini?"-tanya Rini

"tentu, aku kuliah hari ini jam 09.00 masuknya, kalau sarapan nanti ajalah takutnya laper lagi kalau sarapannya sekarang"-jawab Laila

"yaudah kalau gitu Ibu mau susul ayah ke cafe dulu"-Rini

"eh Iki emang udah berangkat sekolahnya kok ibu udah mau susul ayah?"-tanya Laila karena biasanya ibunya tidak akan berangkat sebelum anak laki-lakinya berangkat, biasalah anak bungsu, apalagi dia anak laki-laki satu-satunya dikeluarga Laila, ibunya itu gak mau anak laki-lakinya seperti kebanyakan ABG-ABG jaman sekarang sering boloslah, tidak mengerjakan PR, penampilan kayak habis tawuran, pokoknya ibunya selalu mewanti-wanti dan tegas sama anak laki-lakinya. kalau sama anak perempuannya juga dulu gitu tapi gak setegas ke anak laki-lakinya sekarang, cuma beberapa kali diperingati atau diingatkan mereka langsung nurut dan mandiri sebelum diceramahi.

Laila sebenernya juga terkadang kalau lagi gak mau ngerjain tugasnya langsung, pasti gak akan ngerjain, tapi kalau lagi semangat belajarnya pasti langsung ngerjain, you know lah semangat belajar itu ada naik turunnya. Dulu Laila hanya bisa masuk peringkat 10 besar terkadang 5 besar. Ibunya tidak mempermasalahkan itu, cukup memperingati anaknya supaya lebih giat lagi belajarnya yang bisa membuahkan hasil yang lebih baik lagi dari sebelumnya, peringkat berapapun yang penting hasil sendiri itu lebih baik.

"adek kamu udah berangkat dari tadi karena dia ada piket kelas, kan hari ini hari senin, masa kamu lupa biasanya adek kamu suka berangkat lebih pagi kalau hari senin terlebih lagi katanya dia ditunjuk jadi pemimpin upacara"-Rini

"waw ternyata adekku patuh juga ya dalam peraturan kelas"-Laila

"harus, kakak-kakaknya aja rajin dan patuh masa adeknya nggak, selagi itu dalam hal kebaikan harus dilakukan walaupun sepele tugas-tugasnya"-Rini menjeda ucapannya sebentar.

Laila sambil mengangguk-anggukkan kepalanya "iya betul"

"yaudah kalau gitu ibu ke cafe dulu yeah?"-Rini

"iya hati-hati ya bu"- ucap Laila setelah mencium tangan Rini

"kayak cafenya diluar kota aja tinggal selangkah udah nyampe"-ucap Rini, itu istilahnya karena cafenya tidak jauh dari rumah hanya melewati 3 rumah saja.

"ya gakpa-pa walaupun dekat tetap harus hati-hati pokoknya"-ucap Laila

"iya iya, yaudah assalamualaikum"-Rini sambil melangkah keluar rumah.

"wa'alaikumsalaam"-Laila

setelah itu Laila menutup pintu kamarnya lagi, sedari tadi mereka ngobrol, Laila hanya membuka pintu kamarnya saja tidak keluar karena takut ada orang lain apalagi laki-laki yang sewaktu-waktu bisa membuka pintu utama tanpa izin karena sudah tidak dikunci lagi, entah itu sepupu laki-lakinya atau bukan. Laila takut karena lagi tidak memakai pakaian yang tertutup, hanya baju tidur lengan pendek dan celana panjang saja dan tentu tidak memakai jilbab, terlebih lagi kan Laila lagi sisiran dan langsung buka pintu kamar gitu aja.

oh ya rumah Laila itu sederhana tidak bertingkat dan kamar Laila dekat dengan ruang tamu jadi seperti itu, kamar mandinya juga cuman satu didekat dapurnya.











🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

terimakasih buat semuanya jangan lupa simpan di perpustakaannya
maaf kata²nya klo ada yang kurang pas atau apa tinggal coment aja nanti aku koreksi lagi 😊🤗

Harapan (tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang