13. Renggang Sesaat

1.8K 240 39
                                    

p.s : sangat disarankan untuk baca ulang part sebelum-sebelumnya hihi. happy reading !

Marki menghela nafas—lumayan berat, waktu melihat adik pertama nya yang lagi duduk di teras atas sambil melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marki menghela nafas—lumayan berat, waktu melihat adik pertama nya yang lagi duduk di teras atas sambil melamun.

Sebagai kakak, Marki tau betul kalau Juna selalu seperti itu setiap kali habis berantem beneran sama Naka, Jivan, maupun Marki sendiri. Menyendiri dan merenung.

Maka dari itu karena gak mau biarin adiknya overthinking sendiri, Marki langsung menempatkan diri di sebelah Juna.

"Masih mikirin masalah tadi sore, Jun?"

Juna nengok ragu-ragu, "gue salah banget tadi ya, Bang? Gue bego banget sampe bisa kelepasan bentak Naka sekasar itu."

"Hey, tindakan lo itu gak sepenuhnya salah kok. Negur Naka yang gak bilang tentang SP nya itu gak salah. Cuma memang ya...cara menyampaikan dan kata- kata lo agak berlebihan, sih."

"I know, gue terlalu kebawa emosi sampe gak bisa kontrol diri sendiri. Pas habis gak sengaja nemu surat surat sialan tadi, gue refleks marah." Si anak kedua itu menunduk, "yakin gue habis ini Naka gabakal mau ngomong lagi sama gue dah Bang."

Kekehan kecil terurai bersamaan dengan tangan Marki yang merangkul pundak sempit adiknya untuk lebih mendekat.

"Hush ngomong nya kok gitu. Nggak kok, Naka kan bukan tipe orang yang kayak gitu, Juna."

"Gue ngerasa bersalah banget, Bang. Ganjel banget sumpah."

Junadivan menyenderkan kepala nya ke pundak Abang. Tangannya meremat handphone yang sedari tadi ada di genggaman. Marki dengan luwes menepuk nepuk lengan Juna.

Momen ini membuat Marki benar benar merasa dibutuhkan dan bisa dijadikan tempat berkeluh kesah sebagaimana peran seorang kakak untuk adik-adiknya.

"Gini aja ya Jun, kita tunggu Naka pulang dulu. Sehabis itu kita omongin masalah surat dan gimana dia di sekolah secara baik baik, okay? Oh dan gausah ngelibatin Oma dulu, kasian lagi hectic ngurusin butik."

"Iya, Bang." lalu Juna menatap Marki sebentar, "kalo gue susulin Naka aja gimana Bang? Supaya semuanya cepet kelar."

"Mau nyusulin kemana? Memangnya lo tau dia itu tadi kabur kemana?"

Kedua bahunya merosot kecewa. Benar juga, dia itu gak tau Naka pergi kemana. "Bang, kalo dia gak balik lagi ke rumah gimana? Kalo Naka—"

"Bakal pulang Juna, gak mungkin gak pulang dia tuh. Anaknya kaget tadi lo bentak, karena biasanya lo gak pernah bentak dia sampe segitu nya kan. He just need some space."

"Udah ya, jangan mikir yang aneh-aneh lagi. Sekarang jadiin pelajaran aja supaya bisa lebih kontrol emosi. Jangan sampe lo kayak gitu juga ke orang lain," lanjut Marki kemudian mengelus pundak Juna setelahnya.

Naraditra || ft.nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang