Chapter 8

13 1 0
                                    

"assalamualaikum!" salam seorang pria yang baru masuk koperasi dengan suara beratnya

melihat kedatangan orang tersebut mereka bertiga pun menjawab salam dan agak menundukkan badannya secara otomatis "waalaikumsalam"

"ada yang bisa di bantu gus?" tanya kang mamat

"owh iyya kang, ini umi minta di bawaain pewangi ruangan yang biasa di pake, nanti akang ke ndalem terus kasih yang piket ndalem aja biar mereka yang urus." jawab gus ila dengan sopan

sedangkan dinar hanya dapat menatap kebawah merasakan kecanggungan ini, karna ia hanyalah santri baru yang tak tahu menahu namun tiba tiba ia mendonggakan kepalanya karna merasa ada yang bertanya dengannya.

"dinar apa yang kamu lakukan disini?" tanya gus ila

darimana gus ila mengetahui namanya? namun dinar tetap menjawab "a-anu gus beli sendal"

"loh sendal kamu kemana memang?

"itu tadi hilang sehabis jamaah ashar"

gus ila pun masih bertanya "terus kalo sendal kamu hilang, kamu dari aula menuju koperasi menggunakan apa?"

haduh ini gusnya kalo bertanya memang harus mendetail? atau memang gusnya yang ramah? "tadi minjem sendal teman waktu mau kesini gus"

"Alhamdulillah, untung masih pake sendal karna kalo ketauan sama gus ali, kamu bisa kena tegur"

"yasudah kang saya permisi dulu, Assalamualaikum".

"waalaikumsalam"

"waalaikumsalam"

"waalaikumsalam"

setelah kepergian gus ila bu neneng pun dapat bernafas lega "tuhkan neng bener kata ibu, gus ali tuh serem, galak, dingin, ganteng gimana gitu beda lagi kalo gus ila dia lebih sopan, ramah, peduli, murah senyum, dewasa, mereka tuh saudara kandung dengan sifat yang bertolak belakang, kalo gus said belum ibu belum terlalu tau soalnya dia juga cuek orangnya" ujar bu neneng

mendengar penuturan bu neneng dinar dinar hanya membalas dengan ber oh-ria kemudian ia membayar sendal yang di belinya lalu pergi untuk kembali ke asrama.

TOK TOK TOK

gus ila langsung memasuki kamar adiknya tersebut yang sudah ia ketuk tapi tak kunjung di bukakan, saat melihat sang pemilik kamar, ternyata sedang sedang berkutat dengan tumpukan kertas di mejanya 

gus ila pun menepukkan bahu orang di depannya "ali!" panggil ila

"hmmm"

"besok kamu bisa anterin umi belanja bulanan ga?"

ali menginggat - inggat apakah besok ia ada acara? dan jawabannya iya. besok ali akan menemani sarah jalan seharian dan itu tidak mungkin ia menunda acaranya lagi karna alli sudah menunda dua kali acara jalannya dengan sarah "mmm... kayaknya kalo besok gua engga bisa, karna besok gua ada cara penting, suruh si daffa lah tuh biasanya juga sama dia" 

sebenarnya umi meminta gus ila yang menemankan, tapi esok pun ia juga mempunyai acara undangan ceramah di beberapa tempat "yaudah nanti mas bilang ke umi kalo perginya sama daffa lagi aja" karna hanya daffa-lah santri yang umi percakapan untuk mengantar umi di saat orang ndalem sedang sibuk .

setelah gus ila meninggalkan kamar alli, tiba-tiba ponsel ali berdering dengan tertera nama my love.

"halo sayang, besok jadi kan?"

"iyya jadi"

"yeaay jangan sampe kesiangan ya kamu datengnya!"

"iyya sayangku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GUS BAR BAR & DINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang