1. Keevan is gay!

17.5K 754 14
                                    

Sesampainya di ruang konseling, bukannya menceramahi mereka. Pak Munir malah menyeruput kopinya lalu duduk menyilangkan satu kaki sembari memainkan ponsel.

Prince mendesah, ia sudah tak kaget lagi dengan apa yang dilakukan pria setengah paruh baya yang perutnya hampir menyaingi Tante Selly ini, tetangganya yang tengah hamil tua.

Keevan malah terlihat begitu cemas. "Kenapa Lo?" Tanya Prince yang sedikit terganggu karena Keevan terus menggoyangkan kakinya. Tak menjawab, Keevan malah melengos darinya.

"Saya dapat sanksi kan Pak? Saya harus apa?" Tanya Keevan makin jelas terlihat cemas.

Prince merotasikan matanya, sanksi apa yang akan Keevan dapatkan? Bantu menggarap tugas? Prince benar-benar muak. Masalahnya, dari dulu ketika Prince dan Keevan masuk ke ruang BK bersama. Hanya Prince yang keluar ruangan untuk menjalankan hukuman.

Sedang Keevan tetap stay di ruangan ini dengan alasan 'Hukuman untuk Keevan, membantu aaya menggarap tugas'. Huh! Prince tau betul akal-akalan om-on hidung belang yang berniat memanfaatkan kesempatan. Dasar Munir!!

Mata Pak Munir menyoroti Keevan. Hanya sekilas sebelum beliau kembali fokus pada ponselnya. Keevan berdecak. Nampaknya ada sesuatu yang penting, sehingga Keevan segelisah ini. Prince menerbitkan senyum jahatnya.

"Kalian disini dulu yang anteng. Saya masih sibuk." Ucap Pak Munir tanpa memperhatikan mereka.

"Sibuk balesin chatnya Bu Shofia Pak?" Tebak Prince tepat sasaran, karena Pak Munir menunjukkan ekspresi terkejutnya seperti tertangkap basah mencuri dalaman tetangga.

"Eng-engga! Bu Shofia siapa? Ngawur kamu Prince!" Elak Pak Munir kelabakan. Prince malah tertawa mengejek "Diam kamu!" Sentak Pak Munir lalu mengalihkan tatapannya pada Keevan yang masih terlihat begitu cemas.

"Ada apa Keevan?" Tanya Pak Munir. Prince berdecih. Dari nada bicaranya saja terlihat jelas bahwa Pak Munir tidak berdiri di tengah. Beliau condong, condooooooong sekali pada Keevan.

"Saya boleh keluar ngga Pak? Kasih tau saya sanksinya, akan saya lakukan. Tapi saya harus--- krukkkkkk~~~" belum selesai ucapan Keevan. Cacing-cacing di perutnya ikut bersuara. Wajah yang selalu menatap datar itu seketika meringis sembari merapatkan kedua bibirnya.

Jadi itu yang Keevan cemaskan sedari tadi? Susah payah Prince menahan tawanya, lalu ia mendapat balasan pelototan dari Keevan.

"Kamu lapar?" Tanya Pak Munir penuh perhatian. Jiwa sinis Prince kembali lagi. 'Berasa jadi bawang putih gue,' batin Prince meng-iri.

Tiba-tiba saja Pak Munir bangkit lalu berjalan ke arah mejanya, tak lama kemudian beliau kembali dengan membawa beberapa bungkus roti dan camilan, "ini kamu makan dulu buat ganjel laper. 1 jam lagi kamu bisa keluar, sekarang saya masih sibuk."

Kedua mata Keevan menyorot penuh binar mendapatkan makanan. Ia benar-benar bahagia. Sebelum melahap rotinya, ia lebih dulu melempar tatapan mengejek pada Prince yang sedari tadi memperhatikannya. Prince mendengus.

1 jam? Oke. Tak masalah. Tangannya bergerak menyomot Snack yang Pak Munir berikan. Namun, belum juga ia membuka bungkusnya, punggung tangannya mendapat pukulan kecil dari Pak Munir sembari merebut Snack itu dari tangannya.

Why? Batin Prince penuh tanya. Ia menatap Si Munir, heran. Keevan juga melakukan hal yang sama sepertinya.

"Siapa yang nyuruh kamu makan?" Gerutu Pak Munir meletakkan kembali snack yang baru saja Prince ambil ke atas meja.

"Lah? Itu tadi Bapak nyuruh Keevan makan. Kenapa saya ga boleh?" Prince berniat kembali menyomot snack lainnya. Namun ia langsung mendapat pukulan lagi di punggung tangannya.

US! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang