EK 02 | Jendela perpustakaan

7 5 0
                                    

"Perlahan hadirmu begitu dekat denganku, bahkan aku tidak menyadarinya bahwa ini semua hanyalah mimpi."
__________________________

Aku mematung menghadap keluar jendela, tepatnya duduk di meja depan jendela di perpustakaan kota yang saat ini mulai ramai dikunjungi mahasiswa. Keadaannya berbanding terbalik dengan banyaknya pengunjung, karena suasananya yang sangat hening dan tenang.

Begitupun denganku yang masih setia menatap lurus kedepan, keluar jendela perpustakaan yang mengarah ke taman bunga diseberang jalan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perpustakaan ini.

Bisa kulihat ada beberapa orang, diantaranya anak-anak hingga orang dewasa dan beberapa petugas kebun yang sedang menyiram tanaman, juga beberapa diantaranya ada yang menanam tanaman bunga baru berjenis tulip dan anggrek. Apakah berkebun se-menyenangkan itu? Rasanya aku ingin sekali menghampiri mereka dan ikut membantu menyiram tanaman itu untuk sekedar menghilangkan jenuhku.

Aku mengamati satu per satu orang yang ada ditaman itu, dan tidak sengaja aku bertemu dengan punggung seseorang yang membelakangi pandanganku. Mataku menyipit untuk melihat lebih jelas sosok itu. Begitu menarik, walaupun hanya menatap punggung kokoh seseorang itu.

Bisa ku deskripsikan bahwa dia memakai sebuah hoodie berwarna merah maroon dengan setelan celana panjang putih dan sepatu putih yang sangat senada dengan perawakannya. Kacamata baca yang bertengger di hidung bangirnya, menambah kesan kesempurnaan yang tidak ada duanya.

Pandangannya menoleh kesamping kanan dan tersenyum sekilas ke arah seseorang yang sedang melambaikan tangan kearahnya. Bertegur sapa dan mengekspresikan dirinya lewat gerak gerik serta bagaimana cara dia tersenyum, itu semua tidak luput dari pandanganku.

Sedetik kemudian wajahnya kembali datar dan kembali memunggungiku, menatap kembali lurus kedepan. Wajahnya tidak begitu jelas terlihat, namun aku merasa sepertinya aku pernah bertemu atau tidak sengaja melihatnya.

Aku menolehkan kepalaku kesamping, mendapati seorang gadis SMA yang masih memakai seragam. Dia duduk disebelahku kemudian membuka satu persatu halaman buku yang berisikan gambar-gambar beralur yang sudah sedikit usang.
Mataku kembali mengarah keluar jendela yang menjurus ke taman.

Yahh, dia sudah pergi. Batinku sedikit kecewa karena pria yang sedari tadi ku amati sudah menghilang tanpa jejak dan tidak tahu sekarang dia pergi kemana.

Aku menghela nafas, bangkit dari dudukku, berjalan tidak selera kearah rak-rak buku yang tersusun rapi. Dengan malas, aku meletakkan kembali buku materi yang sudah kubaca tadi. Berjalan ke rak yang satunya sambil menelisik, mencari satu-persatu buku novel yang ingin kubaca.

Aku bergumam untuk membaca satu-persatu buku yang kulihat. Kakiku terhenti di salah satu rak buku barisan ke tiga dan mengetahui ada salah satu judul novel horror yang begitu membuatku penasaran. Pandanganku tertarik pada satu buku dengan sampul hitam yang dipenuhi darah-darah dibagian depan dan tulisan mengerikan dibelakangnya.

Sepertinya ini akan bagus. Aku bergumam sambil membolak-balikkan buku itu dan membuka lembar per lembar yang terlihat lumayan tebal. Aku sedikit tersenyum karena mendapatkan buku yang tepat.

Aku kembali mencari satu buku lagi, siapa tahu ada yang lebih menarik lagi. Mataku melihat satu persatu judul buku yang berjajar, menatap ke sela-sela rak buku yang tidak sengaja pandanganku terfokus pada siluet seseorang yang sedang berdiri berhadapan denganku.

Aku sedikit tertegun melihatnya.
Dia? Bukannya yang ditaman tadi. Dia bersandar di rak buku dengan sebuah buku ditangannya. Aku rasa dia sedang membaca buku fiksi itu. Sungguh posisi yang sempurna untuk memandangi objek dihadapanku.

Setelah 2 menit berlalu, dia berpindah posisi ke dekat jendela yang semula adalah tempatku duduk. Saat itu juga, aku langsung mengambil sembarang buku dan berjalan ke sebuah bangku yang jaraknya lumayan dekat dengannya. Duduk sambil menatap diam-diam dari balik buku yang hanya sebagai tameng kebohonganku untuk membacanya.

Kepalaku langsung bersembunyi dibalik buku, menyadari dia menatapku balik.

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

Jantungku semakin berpacu cepat.

Kulirik lagi dia yang sudah tidak ada ditempatnya. Mataku menelisik satu persatu tempat duduk yang dipenuhi orang-orang.

Aku menoleh ke samping saat merasa ada seseorang yang berdiri didekatku. Ternyata...

Mataku melebar melihat dia ada tepat disampingku, dan sedikit membungkuk kearahku.

"Apa itu novel terkenal yang baru akhir-akhir ini? Jika iya, apa aku boleh pinjam?"

Aku mengangguk kaku, dengan sedikit gemetar kedua tanganku menyerahkan buku itu kepadanya. Dia meraihnya kemudian mendekat kearahku.

Nafasku tercekat, "Maaf. Apakah kau juga menerapkan cara membaca yang baru? Karena kuperhatikan sedari tadi, posisi bukunya kebalik." Lanjutnya.

Deg...

Pria itu berbisik disamping telingaku, setelahnya kembali menegakkan tubuhnya dengan senyum khas sebagai tanda perpisahan. Kulihat punggung tegapnya yang mulai menjauh meninggalkanku yang mematung seperti orang bodoh dan linglung.

Seseorang menepuk pelan pundakku, tapi reaksiku malah terlonjak kaget. Saat aku mulai tersadar kembali, dia sudah menghilang seperti ditelan bumi. Aku menatap genggaman tanganku yang menggenggam gantungan kunci dengan hiasan kupu-kupu indah berjumlah dua pasang.

Ini milik siapa?

Empat KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang