Part 7

81 7 1
                                    

Mohon maaf ide sedang buntu :')


Luisa's side...

Perfume, Milan, Lombardy. 06.00 PM.

"Aku akan pulang dulu jika kau memang ingin menghabiskan malam di balik meja itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan pulang dulu jika kau memang ingin menghabiskan malam di balik meja itu." Ucap seorang wanita yang bersiap membuka pintu kaca.

"Aku ikut!" Teriak Luisa keras. "Kau sangat tidak sabaran, Dolores." Kesal Luisa.

"Katakan itu sekali lagi atau aku akan memukul kepalamu." Kata Dolores mengulum umpatan yang telah ada di ujung lidahnya.

Luisa dengan wajah malaikatnya balas menatap Dolores dengan mata tak berdosa.

"Jika kau ingin meluangkan waktumu untuk membuka kamera pengawas yang ada di ujung sana--" Tunjuk Dolores pada sudut kanan ruangan. "Maka kau akan tau jika buku sketsa mu tertahan selama delapan belas menit diantara resleting mu yang hampir lepas itu." Ucap Dolores masih dengan penekanan yang sama.

"Apakah aku melamun lagi?" Tanya Luisa kembali dengan wajah bodohnya.

"Ya. Dan itu untuk yang ke tujuh kali untuk hari ini." Balas Dolores singkat.

"Oh tak masalah. Itu masih jumlah yang sedikit dibandingkan dua hari yang lalu." Kata Luisa dengan santai sembari menenteng tas kesayangannya keluar bangunan.

"Astaga, Dolores! Kau terlalu banyak membual. Trem akan berangkat lima menit lagi." Teriak Luisa sambil mengunci butik dengan cepat.

"Kita tak akan tertinggal jika kau tak melamun sepanjang hari." Teriak Dolores di tengah napas sesaknya mengejar kereta.

"Kita juga tak akan tertinggal jika kau tidak mengomeli ku dengan kata-katamu yang tak perlu." Balas Luisa dengan teriakan tak kalah keras.

"Geezzz, sudahlah. Lari lebih cepat atau kita akan benar-benar terlambat." Ucapan Dolores sejenak menghentikan napas mereka untuk fokus mengejar kereta.

Empat menit dua puluh detik kemudian, Luisa dan Dolores telah mengamankan satu tempatnya untuk pergi ke ujung kota. Umpatan kasar dan teriakan itu berangsur menjadi tawa yang menyejukkan karena seperti itulah mereka, saling menyokong dan menguatkan karena mereka memang hanya berdua. Mimpinya untuk memiliki butik nya sendiri menjadi kenyataan. Sayangnya, Ia tak memiliki ibu peri seperti Cinderella yang mengabulkan permintaan dalam satu ketukan. Karena nyatanya mereka hanya bertahan hidup saja.

"Aku akan membunuhmu jika kita harus naik metro malam ini." Ucap Dolores dengan senyum cerah dibalik napasnya yang masih sesak.

"Aku yang akan melakukannya lebih dulu." Balas Luisa dengan senyum yang sama.

"Astaga. Aku lelah sekali." Kata Dolores sembari menyandarkan tubuhnya pada bahu Luisa.

"Huhhh, tidurlah disini bayi besarku." Peluk Luisa erat pada sahabatnya itu.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang