SECOND CHANCE? | EXTRA

325 38 1
                                    

Mafia At The Midnight
.
Chapter enam | ekstra
.
Kesempatan kedua?
.
Rate: T
.

.

.

.

.

.

.

♠️♥️♣️♦️

Setelah perbincangan yang menguras energi. Akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke markas.

Karena mobil yang di kemudikan oleh Iwaizumi sudah penuh oleh Oikawa, Bokuto, Kuroo, dan Akaashi, Atsumu pun kembali bersama dengan Sakusa. Kenapa hanya berdua saja? Itu karena SunaOsa kembali ke markas dengan mobil sport milik Suna yang hanya muat untuk dua orang.

Kini Sakusa melajukan mobilnya dengan kecepatan konstan. Ia memilih untuk diam karena masih terbayang-bayang oleh penolakan Atsumu terhadapnya.

Pemuda itu juga membisu, ia hanya mengelus-elus rubah itu dari luar jaketnya seperti seorang ibu membelai lembut perutnya yang besar(?) —cough... segera, mungkin?

Sakusa sesekali melirik Atsumu, namun tidak ada niatan untuk mengajaknya bicara. Pria itu masih patah hati dan merutuki ucapannya yang sangat kacau tanda belum ada persiapan khusus sama sekali.

Beberapa menit suasana dalam mobil begitu hening, setelah keheningan yang melanda pemuda itu mengucapkan sesuatu yang membuat Sakusa kembali termotivasi untuk menyatakan perasaannya dengan sebuah persiapan yang matang.

"Makasih banyak Omi-kun" ucap Atsumu, "hm? Makasih buat?" Jawab pria itu yang sedang fokus pada jalanan.

"Makasih karena Omi-kun bilang suka sama Atsu, juga...maaf karena gua nolak Omi-kun. Tapi menurut Atsu tadi Omi-kun keren banget kok! Walau agak nyeremin nunjukin kepala kayak gitu, tapi itu keren banget!" Ucapnya dengan antusias.

Sakusa hanya mendengarkan, memproses perkataan yang pemuda itu ucapkan. "Tapi itu bukan alasan buat nolak Omi-kun, cuma...kalo omi kasih coklat atau mau makan bareng, mungkin lebih baik..." Lanjutnya dengan kepala menunduk dan telunjuk jarinya menyatu.

Seketika Sakusa menginjak pedal rem membuat mobil yang ia kemudikan berhenti paksa. Untungnya jalan raya yang mereka lewati sedang sepi.

Atsumu hampir terpental ke depan, untung saja ia memasang seat belt yang menahan tubuhnya sehingga pemuda itu baik-baik saja. Sakusa menatapnya, "lo yakin? Boleh?" Tanyanya sekedar memastikan jika telinganya tidak salah.

Pemuda itu masih syok karena Sakusa tiba-tiba memberhentikan mobilnya. Setelahnya menoleh kearah Sakusa yang berusaha untuk mencari kebohongan di wajahnya. "B-boleh..." Jawabannya dengan sedikit terbata. Pria itu tidak menemukan kebohongan dari wajah Atsumu, "kalo gitu sekarang kita ke restoran." Ujar Sakusa sedikit antusias walaupun raut wajahnya begitu datar namun terlihat jika pria itu dalam suasana hati yang senang.

"Eh?! Omi! Ngapain ke restoran dini hari gini!? Gila ya lo!??" Protes Atsumu ketika pria itu ingin membawanya ke sebuah restoran di tengah malam yang dingin.

"Emang kenapa?" Tanya pria tersebut dengan wajah datarnya.

Pemuda itu cengo mendengar pertanyaan Sakusa, "ya lo tolol atau gimana? Jam segini mana ada yang buka Omi!! Kalo mau makan bareng ya kapan-kapan aja!" Ujar Atsumu sedikit emosi.

Sakusa terdiam, ia kembali pada setir mobil miliknya. Tiba-tiba ponsel milik Sakusa berbunyi, ia mengangkatnya. Terlihat bahwa itu adalah panggilan dari Suna. Raut wajahnya seketika berubah tidak suka tetapi ia tetap mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa lagi lo? Udah gua bilang kalo nggak ada yang penting nggak usah telpon" ucapnya mendahului lawan bicaranya itu.

"Heh, ini gua ya bambang. Awas aja lo bawa kabur abang gua, lo macem-macem gua sumpahin pala lo botak habis ini. Awas lo! Cepet pulang! Inget, gua masih ada dendam sama lo setelah lo nggak pulang ke markas sama Atsumu."

Panggilan tersebut ternyata dari Osamu yang menggunakan ponsel milik Suna kekasihnya. Setelah berbicara panjang lebar, Osamu langsung mematikan sambungan telepon sebelum Sakusa menjawab ucapan yang terdengar mengancam itu.

Sakusa benar-benar dibuat diam seribu bahasa. Ia tidak ingin botak, jika ia kehilangan rambutnya ia tidak bisa menutupi wajahnya tersebut.

Atsumu penasaran dengan siapa pria itu sedang berbicara, namun ia tidak berniat untuk bertanya kepadanya. Ia hanya menundukkan kepala dengan pipinya merona mengingat jika pria alpha itu sangat tergila-gila dengannya.

Rubah yang berada di dalam jaketnya itu hanya menatap Atsumu penasaran, ada apa gerangan dengan manusia di depannya itu hingga wajahnya begitu merah padam.

'ki??'

Rubah itu memiringkan kepalanya bingung dan penasaran dengan gerak-gerik Atsumu.

'Jantung gua nggak sehat, jantung gua nggak sehat! Aaaaagghh please jangan bikin anak orang salting kek!? Lagian kenapa gua bilang kayak gitu ya Tuhan!!?!?' batin Atsumu menyesali perkataan yang sebelumnya ia ucapkan.

Akhirnya mereka pun benar-benar kembali ke markas dimana semuanya sudah menunggu mereka, tentunya dengan Osamu yang mungkin bisa saja akan melakukan sesuatu kepada Sakusa setelah tahu jika pria itu baru saja menyatakan perasaannya pada saudaranya.

Pemuda itu masih ada rasa dendam mengingat bahwa Atsumu di culik paksa oleh mereka atas perintah dari Sakusa. Ia tidak akan membuat pria alpha itu hidup tenang jika itu berhubungan dengan Atsumu.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Yeah, double update (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

Hari ini tidak ada komentar dari saya hehe...

Btw, sedikit nambahin beban pikiran. Kenapa ya cicak kalo jatoh itu kan suaranya keras banget, apa nggak sakit ya? Kan bunyinya ceplak! Gitu kan( ;∀;)

Hayo loh ikut mikir :p

Kalo gitu sekian dari saya!

Ciao~

MAFIA AT THE MIDNIGHT
CHAPTER ENAM | EKSTRA | KESEMPATAN KEDUA (SELESAI.)

_Lachy

MAFIA At The Midnight 【SAKUATSU】(discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang