-05♩

600 120 15
                                    

Namun, Livya 2 mingguan ini sering mual-mual dan pusing. Mungkin masuk angin, katanya.

°°°°
Pagi hari itu, karena Livya kurang enak badan jadi ia bangun terlambat. Livya bangun jam 08:30, ia belum sempat membuatkan sarapan untuk suaminya yang akan pergi bekerja.

Livya kira, Narendra sudah berangkat ke kantor, ternyata belum. Narendra masih tertidur pulas disampingnya.

Kesempatan, berhubung Narendra belum bangun jadi ia akan menyiapkan sarapan untuk Narendra sebelum ia bekerja.

Livya langsung berjalan kebawah menuju ke dapur, saat ia menuruni tangga, kepalanya terasa pusing dan sakit, Livya kehilangan keseimbangan yang membuatnya terjatuh.

Untungnya, Livya jatuh dari tangga sama sekali tak terluka sedikitpun. Namun, ia pingsan setelah terjatuh.

10 menit setelah itu, Narendra bangun dan hendak mandi lalu bersiap untuk pergi bekerja.

Saat ia menuruni tangga, ia sedikit terkejut melihat Livya pingsan.

Ia langsung berlari menghampiri Livya yang sedang terbaring diujung tangga.

"Liv... Livy.." panggil Narendra menepuk pelan pipi Livya.

Saat ia memegang pipi Livya, ia merasakan badan Livya sedang panas.

Ia dengan terpaksanya membawa Livya ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Livya saat ini.

°°°°°°

"Nih cewe kalo ngga ngeganggu ya ngerepotin," ucap Narendra sambil meihat kearah Livya.

Narendra membawa Livya ke rumah sakit menggunakan mobilnya.

Narendra menatap sejenak Livya yang sedang pingsan akibat terjatuh dari tangga tadi.

Ia menjadi teringat kepada Senna yang telah tiada, hingga saat ini Narendra masih belum bisa melupakan Senna.

"Liat saja, Livya. Aku akan membuatmu tersiksa fisik dan juga batin, aku membencimu, Livya." ucap Narendra tatapan tajam fokus kedepan.

°°°°°

Mereka sudah sampai dirumah sakit, Livya kini sudah tersadar dan Dokter sedang mengecek kesehatannya.

"Livya tidak kenapa-kenapa, ini adalah kabar bahagia untuk kalian berdua," dokter tersenyum melihat ke arah Livya dan Narendra bergantian.

"Livya sedang mengandung, usia kandungannya sudah masuk 1 minggu," lanjut Dokter.

Mendengar kabar ini, tentunya Livya sangat bahagia. Ini adalah keinginan Mertuanya sebelum Mertuanya meninggal.

Namun ada sedikit kejanggalan bagi Livya. Seingatnya, ia tak pernah disentuh oleh Suaminya.

Sebaliknya, Narendra terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh dokter. Ia tak ingin mempunyai anak dari Livya.

Dokter yang melihat kedua pasangan ini melamun pun sedikit kebingungan.

"Halo.." panggil Dokter.

"Eh.. Iya, Dok. Terimakasih,"

°°°°°°

Mereka pulang, dalam perjalanan Livya terus mengingat kapan terakhir kali ia melakukan hubungan itu bersama Narendra.

Namun, ia benar-benar merasa tak pernah melakukan hubungan bersama Narendra sejak ia menikah.

Tanpa Livya sadari, waktu itu sebelum Senna meninggal. Narendra pernah pulang larut malam dalam keadaan mabuk, dan saat itu Livya sedang tertidur pulas karena mengantuk telah lama menunggu Narendra pulang.

Harus Berpisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang