-02♩

722 144 48
                                    

Betapa terkejutnya Livya saat ia membuka pintu ruangan Narendra.

Livya melihat suaminya sedang bermesraan dan berpelukan dengan wanita lain.

Mata Livya mulai berkaca-kaca, ia tak tau apa yang harus ia katakan, hatinya terasa hancur sehancur hancurnya.

"M-mas??" ucap Livya dengan air mata yang mengalir.

Livya menjatuhkan Handphone yang ia pegang, ia terus menangis.

Narendra dan wanita itu terkejut mendengar suara Livya, sontak Narendra langsung berbalik badan menghadap ke arah Livya.

Narendra melihat istrinya yang sedang menangis tersedu-sedu itu nampak biasa saja, seakan-akan ia tak melakukan kesalahan sedikitpun, Narendra bahkan tersenyum sinis melihat ke arah Livya.

Livya belari meninggalkan ruangan Narendra dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.
Narendra sama sekali tak memperdulikan Livya yang sedang menangis.

Livya terus menangis sampai ke rumah, tanpa disadari Mertuanya menunggunya sedaritadi. Melihat Livya menangis membuat Mama Lia bingung sekaligus heran.

"Loh, Livya. Kamu kenapa nangis, Nak?" tanya Mama Lia ketika melihat menantu kesayangannya menangis tersedu-sedu.

"S-susah, Ma ngejelasinnya, dijelasin juga Mama ga bakalan percaya," ucap Livya menangis sesegukkan.

"Kenapa, Sayang? Cerita ke Mama," ujar Mama Lia memegang bahu Livya.

Livya menceritakan apa yang ia lihat dikantor suaminya tadi.

"T-tadi, aku mau nganterin handphone Mas Naren yang ketinggalan ke kantor, pas aku masuk..." ucapan Livya terpotong karena ia menangis.

"T-terus, pas Livy masuk Livy ngeliat M-Mas Naren lagi mesra-mesraan sama wanita lain, dan aku juga ga ngeliat muka wanita itu, Ma. Karena dia posisi duduknya membelakangi,"

"Cuma Mas Naren yang ngeliat aku, itupun Mas Naren ga peduli sama aku dia cuma senyum sinis ke aku, Ma." lanjutnya lalu memeluk Mertuanya.

Mama Lia yang mendengarkan itu tak menyangka kalau anak satu-satunya bisa berbuat sekejam itu, mereka hanya mengenal Narendra adalah sosok yang baik dan lemah lembut.

Livya menangis dipelukan Mama Mertuanya. Tak lama itu, Narendra pulang dan ia sama sekali tak memperdulikan Ibu dan Istrinya yang menangis di teras.

Narendra bahkan lewat begitu saja, tanpa memperdulikan keadaan Istrinya.

Perlakuan Narendra membuat Mama Lia marah kepadanya, ia merasa bersalah kepada Livya karena Anaknya.

Mama Lia melepaskan pelukan Livya lalu ia berlari mengejar Narendra yang masuk begitu saja, lalu ia menarik tangan Narendra. Disusul oleh Livya dibelakang Mama Lia.

"Naren! Tunggu!" teriak Mama Lia.

Narendra berbalik badan menghadap ke arah Mamanya.

Plak!!

Tak berkata apapun, Mamanya langsung menampar pipi anak semata wayangnya. Narendra langsung memegang pipinya dan menatap tajam Mamanya dan Istrinya bergantian.

"Kurang ajar kamu ya!" bentak Mama Lia pada Narendra.

"Tega kamu selingkuh dari Istri kamu! Memangnya Livya kurang apa? Hah?" lanjutnya dengan penuh amarah.

"Aku ga Cinta sama dia," jawab Narendra tersenyum sinis melihat ke arah Livya.

Mendengar itu, Livya kembali meneteskan air mata yang sejak tadi ia tahan, hatinya sudah hancur dihari ketiga pernikahan mereka.

Harus Berpisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang