-07♩

578 121 22
                                    

Pada saat itu, Zoya yang telah selesai mandi dan telah memakai pakaiannya. Ia menyiapkan sarapan untuk Livya yang masih dikamar.

Saat ia ingin berjalan tiba-tiba bel rumahnya berbunyi pertanda jika ada tamu.

Ting Nung!!!

"Kayaknya itu mereka...," ujar Zoya. Ia meletakkan dulu sarapan untuk Livya dimeja, ia berjalan membukakan pintu.

Saat Zoya membuka pintu, ternyata tamu yang datang ada dua orang pria tampan.

Ia adalah Aidan-Kakak laki-laki Livya, bersama satu temannya Gibran.

"Kalian, silahkan masuk," ajak Zoya.

Kadatangan Aidan dan Geo kesini adalah untuk memberikan pelajaran untuk Narendra, karena telah membuat hati Livya terluka.

Aidan tau semua ini dari Zoya. Karena Zoya tak tega melihat sahabatnya terus tersiksa karena Suaminya.

Zoya tak bisa berbuat apa-apa, maka dari itu ia memberitahukan kepada Aidan yang saat itu ada diluar kota.

Begitu juga Aidan, ia tak terima mendengar kabar bahwa adik perempuannya satu-satunya dipermainkan seperti ini.

Gibran ikut Aidan karena memang Gibran adalah sahabat dekat Aidan yang memang sudah dekat lama dengan keluarga Livya.

Saat itu, Livya sedang tidur jadi ia tak tau kedatangan Kakaknya dan Temannya itu.

Mereka bertiga duduk disofa diruang tamu.

"Aidan, Livya aku ajak nginep dirumahku aja buat kesehatan dia, soalnya kata dokter dia harus lebih banyak istirahat," ujar Zoya.

"Lagipula, kalo dia pulang ke rumahnya dia juga gabakal diurus sama suaminya yang ga tau diri itu," lanjutnya.

"Iya, Makasih ya, Zoy. Kamu udah mau bantuin Livya, kalau ga ada kamu entah gimana nasibnya," sahut Aidan tersenyum.

"Bye the way, emang bener ya kalau suaminya Livya pernah selingkuh sama temen kalian yang satunya itu, siapa namanya, lupa aku," selip Gibran.

"Senna? Iya, bener," jawab Zoya murung.

"Padahal si Senna tuh dulu orangnya baik loh, ternyata gini sifat asli dia," ujar Gibran.

"Iya, aku juga ga nyangka," sahut Zoya.

"Zoy, kondisi Livya sekarang gimana? Dan dimana dia sekarang?" tanya Aidan cemas.

"Kondisi Livya saat ini Lemah, dan juga bayinya. Mungkin karena Livya tadi hampir kehabisan nafasnya, Ai" jawab Zoya.

Aidan mengelengkan kepalanya, "Keterlaluan! Narendra memang perlu diberi pelajaran yang setimpal," ucap Aidan mencengkram tangannya.

Saat itu juga, Livya yang terbangun dari tidurnya keluar kamar untuk mengambil air minum untuknya.

Saat ia membuka pintu kamar, betapa terkejutnya ia sekaligus bahagia melihat Kakaknya ada disini.

Pandangan teralih kepada Livya, mata Aidan terlihat berkaca-kaca saat ia melihat Livya.

Rindunya dengan adik perempuannya kini sudah terobati, ia langsung berlari menghampiri Livya dan langsung memeluknya.

Livya menangis dalam pelukan sang Kakak, Gibran dan Zoya juga ikut senang melihat mereka bertemu kembali.

"Livy, Kakak tau semua apa yang terjadi denganmu saat ini, kamu jangan sedih lagi, mulai sekarang Kakak selalu ada disampingmu," ujar Aidan memeluk Livya.

Livya terus menangis didalam pelukan hangat kakaknya yang penuh dengan kerinduan.

"Livya, kamu gapapa kan? Apa aja yang telah dibuat Narendra sama kamu? Kasih tau Kakak sekarang, Liv." tanya Aidan mengepal tangan Livya.

Harus Berpisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang