-09♩

719 105 38
                                    

Narendra telah sampai dirumah sakit, ia langsung bergegas menuju ke kamar rawat Kiren.

Setelah ia sampai didepan kamar Kiren, ia langsung masuk kedalam.

"Dokter, gimana keadaan Istri saya dan kandungannya?" tanya Naren cemas.

"Istri Anda sudah sadar, namun ia mengalami lumpuh. untuk bayi anda... Maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya," jawab Dokter.

Narendra terkejut mendengar ini. Ia bersedih karena telah kehilangan calon anakknya.

Narendra langsung menghampiri Kiren yang terbaring diranjang.

"M-m-as.." ucap Kiren menangis.

"Aku benci kamu!" sahut Narendra dengan wajah datarnya.

"Mas, apa maksud kamu?" Kiren menangis terisak.

Narendra membenci Kiren sekarang, karena Kiren tak berhati-hati dan tak becus yang membuatnya kehilangan calon anakknya.

Kiren hanya menangis, ia tak bisa apa-apa. Berjalan saja ia tak mampu.

"Aku akan mengurus biaya rumah sakit kamu, dan setelah itu jangan hubungi aku lagi!" ucap Narendra lalu pergi begitu saja meninggalkan Kiren yang sudah tak berdaya.

°°°°°°

Livya masih menangis, ia belum bisa merelakan kandungannya ia bahkan belum melihat calon bayinya itu.

Zoya memberitahukan kepada Livya kalau ada orang yang mendonorkan darahnya untuk Livya.

"Livy, kata dokter tadi kamu kekurangan darah jadi harus ada pendonor yang mendonorkan darahnya untuk kamu, untungnya ada orang baik yang mau mendonorkan darahnya buat kamu," ucap Zoya sembari menghapus air mata Livya.

"Siapa? Mana orangnya, Zoya?" tanya Livya tersenyum.

Zoya menghampiri Lauren yang tak terlihat terhalang tirai, Zoya membawa Lauren yang menduduki kursi roda ke hadapan Livya.

"Lauren??" ujar Livya terkejut, Livya tersenyum dan segera menghapus air matanya.

Lauren dan Livya memang sudah akrab lama, sejak Narendra dan Livya berpacaran kala itu.

"Aku kangen banget sama kakak," ujar Lauren, ia ingin memeluk Livya namun tak bisa karena ia sedang dikursi roda dan Livya di ranjang.

"Ren, kamu udah donorin darah kamu buat aku?" tanya Livya ingin menangis namun tetap tersenyum.

Lauren tersenyum dan mengangguk, "Iya, Kak," jawabnya.

"Makasih ya, Ren. Kalau ga ada kamu, gatau apa yang terjadi sama aku selanjutnya," jawab Livya tersenyum. Lauren menggenggam tangan Livya.

"Gausah makasih, Kak. Hehe" ujar Lauren tersenyum.

°°°°°°

Narendra pulang kerumah, ia mengendarai mobilnya dengan laju yang kencang.

Narendra membenci Kiren, ia sudah tak mencintai Kiren lagi sekarang.

Stres berat, Narendra memutuskan untuk pergi ke diskotik untuk menenangkan dirinya.

°°°°°

Kiren menangis terisak, ia telah dikhianati oleh Narendra.

Narendra pulang sendirian, ia tak bisa berjalan terpaksa ia harus pulang dengan menggunakan kursi roda.

Kiren menjalankan kursi rodanya dengan sangat perlahan dan ia terus menangis.

Berhubung kamar rawat Livya dan Kiren sebelahan. Saat Kiren akan melewati kamar Livya tak sengaja saat itu Zoya keluar dari kamar untuk mencari makanan.

Harus Berpisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang