Alois dan Denta benar-benar pergi meninggalkanku dengan Ranell di rumah ini. Mereka berdua menelusuri kota untuk mencari jalan agar bisa pulang.
Mau tidak mau, akupun harus menunggu. Dan saat ini aku sedang duduk di sebuah sofa yang ada di dalam kamar sambil memandangi seluruh ruangan dengan bosan.
Di jendela, seekor kucing abu-abu sedang berdiam, dia memandangi keluar jendela yang tertutup.
Dia Ranell, dia berubah lagi menjadi seekor kucing abu-abu yang terlihat sangat menggemaskan. Jika kucing itu bukan manusia, aku pasti sudah menyerangnya dengan pelukan dan juga ciuman.
Masalahnya, kenapa Ranell yang saat dalam bentuk manusia terlihat dingin, saat menjadi kucing dia malah terlihat sangat lucu dan menggemaskan?
Ah, sudahlah. Mustahil aku memegang kucing abu-abu itu lagi. Tetapi aku jadi merindukan kucingku yang ada di dunia nyata, bagaimana kabarnya, ya?
Ngomong-ngomong sekarang aku sangat bosan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Ranell diam saja di sana, seolah tidak mau mengajakku berbicara.
Kalau begitu, aku yang harus memulai percakapan duluan.
"Ranell, kau 'kan bisa menggunakan sihir. Apa kau bisa mengeluarkan sebuah buku untukku? Aku sangat bosan, setidaknya aku ingin membaca sesuatu sekarang." Kataku memelas, membuat Ranell yang berbentuk kucing itu menolehkan kepalanya kepadaku.
Aku terdiam beberapa saat seraya menelan saliva, tatapan Ranel meskipun dalam bentuk kucing, tetap saja tajam.
Ranell tidak langsung menjawab, melainkan dia melompat dari atas jendela dan dia berubah wujud menjadi manusia.
Lagi-lagi aku terkesima ketika memandang wajah Ranell yang tampan bak pangeran.
"Mau pergi keluar?"
Tawaran Ranell membuatku tertegun, aku memberanikan diri untuk menatap matanya. Dia terlihat serius.
"Bukannya itu sangat berbahaya untukku? Kau tahu sendiri kalau aku tidak mempunyai kekuatan sihir 'kan?" Tanyaku heran.
Ranell menyandarkan tubuh tingginya pada dinding sebelah jendela, tangannya terlipat di depan dada dan iris kemerahannya menatapku. "Kau bosan 'kan? Kau bisa jalan-jalan di sekitar sini jika kau mau. Kebetulan hari ini aku ada beberapa pekerjaan."
Aku menatapnya tidak mengerti.
"Aku harus pergi keluar. Jika kau mau, kau bisa ikut denganku." Kata Ranell lagi.
Aku mengernyitkan dahi, "kau ingin membunuhku, ya?" Tuduhku curiga.
Lagipula, Ranell 'kan tahu jika aku keluar, angin kutukan yang tersebar pasti akan mengenaiku lagi. Dan aku pasti akan merasakan sakit lagi.
"Kalau aku ingin membunuhmu, aku tidak mungkin menyelamatkanmu." Kata Ranell dengan tampang datarnya.
Ah, benar juga sih. Tetapi mengapa dia mengajakku keluar? Padahal dia tahu di luar sana sangat berbahaya untukku.
Apa dia tidak tega jika aku ditinggalkan sendirian dan kebosanan?
Aku melihat Ranell berjalan menghampiriku, kini tubuh tinggi tegapnya berdiri di depanku. Aku mendongak untuk menatapnya.
Tiba-tiba saja, Ranell meletakan telapak tangan besarnya di dahiku lagi. Menimbulkan sebuah aliran sihir yang memasuki tubuhku. Aku jadi merasa lebih hangat dan aku merasa jika pikiranku lebih tenang.
Ranell menurunkan tangannya kembali, dia menatapku, "aku sudah memasang pelindung di tubuhmu. Jadi kau bisa berjalan-jalan di luar dengan bebas." Jelasnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book Of The Black City
FantasyAku merasa jika hidupku tidak berguna dan tidak ada harganya. Tetapi hal itu tiba-tiba saja berubah, aku yang awalnya merupakan manusia tidak berdaya yang terjebak dengan keseharian yang begitu-begitu saja, dengan tidak sengaja masuk ke dalam sebuah...