Bagian 16

17 5 0
                                    

Setelah latihan memanah, aku memilih untuk beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon. Aku duduk di sana sambil memandangi hamparan rumput hijau yang menjadi lapangan. Di seberang lapangan terdapat sebuah hutan, aku tidak tahu ada apa di sana. Tetapi hutan itu tidak terlalu menyeramkan, justru malah terlihat menyejukan.

Saat ini aku sendirian, pelatih yang mengajariku panahan sudah pergi karena ada urusan. Para pelayan hanya menunggu di pinggir lapangan sambil memantauku.

Disaat aku sedang santai-santainya menikmati angin yang berembus, tiba-tiba saja aku melihat Ilo berlari ke tengah lapangan. Aku buru-buru bangkit karena takut kucing itu masuk ke dalam hutan lalu menghilang.

"Hei, Ilo! Jangan masuk ke dalam hutan!" Seruku sambil terus mengejar Ilo yang masih berlari.

Langkahku terhenti kala aku masuk ke dalam hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang tinggi. Ternyata di dalam hutan ini lebih lebat, aku bahkan tidak bisa melihat Ilo yang berlari entah kemana.

"Ilo! Kau dimana?" Seruku sambil berusaha untuk mencarinya.

Banyak rerumputan, bebatuan, dan ranting yang aku lewati. Tidak ada jalan setapak sehingga aku menginjak jalan yang tidak terlalu di penuhi oleh rumput-rumput liar.

Aku berhenti berjalan ketika melihat ada satu orang wanita dan satu pria yang sedang menebang pohon. Aku mematung ketika salah satu dari mereka menoleh ke arahku.

"Hei, lihat siapa yang datang?" Wanita itu berseru membuat si pria di sebelahnya menoleh.

Aktivitas menebang mereka pun terhenti, kini mereka berdua berbalik untuk menatapku.

Aku tidak tahu jika ternyata ada orang yang bisa menebang pohon di hutan yang merupakan milik keluarga Thornes ini. Atau jangan-jangan, mereka adalah orang jahat yang ingin mengeksploitasi hutan ini?

"Hei gadis muda! Apa yang kau lakukan di sini?!" Si pria berseru membuatku menatapnya.

"Justru aku yang harus bertanya, apa yang sedang kalian lakukan di hutan ini?!" Aku balik bertanya.

Pria yang saat ini sedang memegang kapak itu tertawa pelan, namun kemudian dia tiba-tiba saja melemparkan kapak yang dia pegang ke arahku membuatku buru-buru menghindarinya dengan cara menggeserkan tubuhku.

Untung saja aku bisa menghindarinya, jika tidak, mungkin kapak itu akan tertancap di tubuhku!

"Jangan ikut campur! Lebih baik kau pergi jika tidak mau mati!" Seru pria itu lagi.

"Tunggu Jake. Sepertinya dia anaknya  Thornes. Lihat lah rambut putihnya itu." si wanita berujar pada pria bernama Jake. "Jika benar, kita harus menyanderanya, lalu kita harus meminta uang tebusan padanya. Itu akan memberikan keuntungan yang sangat besar!" Lanjutnya dengan semangat.

Aku menggigit bibir bawahku. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Jangan sampai aku di tangkap oleh mereka!

Aku pun berbalik dan memilih untuk berlari dengan sangat kencang meninggalkan tempat itu.

"HEI! JANGAN PERGI!"

Dua orang jahat itu mengejarku. Sial! Mereka mengejarku seperti orang kesetanan, langkah mereka juga cepat dan besar-besar sekali.

Aku terpaksa berlari masuk ke dalam hutan, karena jika aku berbalik menuju lapangan, maka aku akan langsung tertangkap oleh mereka.

Aku terus saja berlari, menginjak lumpur, bebatuan, bahkan tubuh dan wajahku terkena ranting dan dedaunan. Meskipun perih karena sebagian dari itu menggores tubuhku, aku terus saja berlari dan tidak peduli dengan rasa sakit yang aku alami.

Book Of The Black CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang