Bagian 15

17 5 0
                                    

Perpustakaan adalah tempat favoritku di rumah ini. Selama ini aku sering datang ke tempat itu untuk menghilangkan rasa bosan.

Banyak buku kuno yang aku temukan. Bahkan aku juga menemukan buku-buku dengan tulisan yang tidak aku pahami sama sekali.

Selama mencari buku dan membuka halamannya, aku selalu berhati-hati. Pasalnya aku takut kejadian beberapa bulan yang lalu terjadi lagi.

Bisa gawat kalau aku tiba-tiba membuka buku yang merupakan portal teleportasi lagi.

"Jangan sampai kau mengambil buku terlarang lagi."

Aku tersentak, lalu menoleh. Denta berdiri tepat di sampingku, dia menatapku sambil memegangi buku.

Lima menit yang lalu aku datang ke perpustakaan, selain untuk menemui Denta, aku juga ingin mengambil buku baru untuk aku baca.

"Tidak akan. Lagipula ayah bilang buku-buku terlarang semuanya sudah dipindahkan." Kataku seraya meraih satu buku dengan sampul yang terlihat sudah usang.

"Meskipun begitu, tetap saja kau harus hati-hati." Ucap Denta yang kali ini menyandarkan tubuhnya pada rak buku.

"Tenang saja. Aku tidak akan melakukan kecerobohan yang sama."

"Benarkah?" Tanya Denta menatapku ragu, "aku tidak percaya."

"Terserah."

"Ngomong-ngomong, kau dapat kucing darimana?" Denta bertanya seraya berjongkok untuk mengambil Ilo yang datang menghampiri.

Denta mengangkat tubuh kucing itu, lalu memandanginya.

"Aku menemukannya di jalan."

"Entah mengapa kucing ini seperti mengingatkanku pada si kurang ajar dari kota Deadow."

"Maksudmu Ranell?"

"Ya,"

"Kau jangan begitu. Dia itu baik, dia sudah menyelamatkan nyawaku dan membantu kita." Kataku mengingatkan.

"Tetapi tetap saja, aku tidak menyukai  sifatnya yang suka merendahkan orang la—aduh!"

Aku menoleh, lalu menahan tawa ketika cakar Ilo menyentuh hidung Denta sambil mengeong.

"Kucing ini tidak sopan sekali!" Seru Denta sambil menyerahkan kucingnya padaku.

Aku menggendongnya lalu mengusap bulu halusnya, "dia membencimu."

"Kenapa? Aku 'kan tidak punya salah padanya." Protes Denta, dia menatap Ilo sebal.

"Mungkin karena wajahmu menyebalkan."

Denta menatapku, dia kemudian mengetuk kepalaku menggunakan buku yang dia pegang. "Kau yang menyebalkan." Setelah berkata seperti itu Denta berlalu pergi.

"Apa salahku?"

"Banyak!"

Aku tertawa menanggapinya. Denta duduk di sebuah kursi yang ada di sana sambil membuka buku yang dia ambil sebelumnya.

Aku pun berjalan menghampirinya lalu duduk di hadapannya, Ilo aku biarkan berada di atas meja.

"Ngomong-ngomong, aku masih penasaran,"

Kepalaku mendongak untuk menatap Denta yang tiba-tiba saja berkata seperti itu.

"Penasaran soal apa?"

"Soal Ranell yang bertarung dengan para penjaga dan para Beelze di kota Deadow." Kata Denta sambil menatapku.

Ah, aku belum menceritakan apapun tentang kejadian itu kepada Denta dan juga Alois. Hal itu karena aku bingung, apakah aku harus berkata jujur atau tidak?

Book Of The Black CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang