Bagian 13

25 6 0
                                    

Satu hari setelah pertemuanku dengan Denta, akhirnya hari dimana aku harus menghadiri perjamuan teh pun tiba.

Sekarang aku sudah berada di sebuah rumah besar yang merupakan milik dari keluarga Armond, salah satu bangsawan yang ada di kota Thistle.

Di dalam buku diceritakan jika keluarga Armond merupakan seorang bangsawan yang mempunyai kekuatan sihir di bidang pengendalian hewan. Armond mempunyai seorang istri dan dua anak perempuan. Satu anak seumuran denganku, dan satu anaknya lagi masih kecil berusia 5 tahun.

Saat ini aku sudah duduk di salah satu kursi di sebuah taman terbuka. Tidak hanya ada aku, tetapi ada juga beberapa gadis lain yang duduk di dekat pohon yang daunnya lebat.

Kira-kira jumlahnya ada 8 orang gadis yang saat ini duduk di kursi yang melingkari meja bulat. Di atasnya sudah di sediakan hidangan berupa teh dan beberapa makanan manis.

Semua gadis yang ada di sini adalah anak bangsawan. Mereka terlihat sibuk mengobrol satu sama lain, di sini hanya aku yang diam saja karena mereka terlihat enggan untuk mengajakku berbicara.

Ah, tidak masalah. Lagipula kalau pun aku bergabung ke dalam percakapan mereka, aku tidak tahu apa yang harus di bahas. Lebih baik diam dan mendengarkan saja.

Aku memandangi sebuah taman besar ini. Di sebelah taman terdapat lapangan yang hijau, dan di sana ada kancil yang berkeliaran.

"Saya dengar nona Alura, tuan Alois, dan tuan Denta sempat menghilang? Apa yang terjadi pada kalian?" Seorang gadis dengan rambut hitam yang disanggul rapi bertanya padaku, dia adalah Lusi yang merupakan tuan rumah. Gadis itu terlihat ramah, namun nyatanya dia adalah gadis yang angkuh.

"Ah iya, saya juga mendengar itu. Katanya anda menghilang dan tersesat di kota Deadow bersama tuan Alois dan tuan Denta?" Seorang gadis berambut pirang menimpali.

"Kota Deadow? Apa anda serius? Itukan kota yang sangat terkutuk!" Seru gadis yang duduk di sebelah kananku.

"Bahkan katanya, kota itu tidak bisa dimasuki oleh seseorang yang tidak mempunyai kekuatan sihir. Bagaimana bisa nona Alura masuk ke sana?" Kini gadis berambut pendek yang duduk di samping kiriku yang bertanya.

Aku terdiam, lalu menoleh untuk melihat yang lain. Keadaan hening. Aku kira mereka tidak akan memberikanku kesempatan untuk menjawab.

"Itu benar." Jawabku akhirnya, "saya, kakak saya dan Denta tidak sengaja berteleportasi ke kota Deadow. Dan kami tersesat di sana."

"Oh, itu mengerikan. Lalu bagaimana bisa anda bertahan di sana? Itu kota yang  terkutuk 'kan? Lagipula anda 'kan tidak mempunyai kekuatan sihir, sedangkan kota itu di khususkan hanya untuk penyihir." Gadis bernama Sela berseru, dia menatapku dengan tatapan yang merendahkan.

Lusi yang duduk di samping gadis itu seperti menahan tawa, "mungkin nona Alura bertahan karena keberuntungan." Celetuknya.

Kini semua gadis yang ada di meja ini tertawa. Padahal aku saja tidak tahu dimana letak lucunya, itu pasti hanya untuk merendahkanku saja.

Aku menghela napas sabar. "Bukan hanya karena keberutungan," jawabku, "saya bertahan karena saya juga dilindungi oleh dua orang. Kakak saya dan teman baik saya, Denta." Lanjutku dengan menekankan kalimat terakhir.

Tawa mereka tiba-tiba berhenti, aku dapat melihat Lusi langsung menatapku dengan tidak suka.

"Itu pasti menyusahkan dan merepotkan mereka." Balas Lusi sambil tersenyum miring.

Aku menggeleng, "tidak juga. Mereka melakukan itu karena mereka menyayangi saya." Kataku dengan percaya diri.

Di kursinya Lusi terlihat kesal, dia sampai mencengkram pegangan gelas tehnya. Diam-diam aku tertawa dalam hati.

Book Of The Black CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang