Sudah hampir satu bulan sejak aku kembali dari kota Deadow. Selama itu, aku mendapatkan banyak hal. Terutama kasih sayang.
Meskipun tidak ada sosok ibu yang menemani, tetapi aku sama sekali tidak merasakan kurangnya kasih sayang. Alois dan ayah benar-benar menyayangiku, mereka memperhatikanku dengan sangat baik.
Semua yang aku inginkan selalu dikabulkan. Aku benar-benar dimanjakan di keluarga ini. Rasanya sangat menyenangkan, aku masih tidak percaya jika aku akan mendapatkan hal seperti itu di sini. Yang tidak pernah aku rasakan di dunia nyata, aku merasakannya di dunia ini sekarang.
"Sebentar lagi ulang tahunmu, apa yang kau inginkan anakku?"
Suara ayah terdengar dekat dengan telingaku. Hal itu dikarenakan saat ini aku sedang berbaring dengan kepala yang ada di atas paha ayah yang sedang duduk di atas sofa. Aku berbaring sambil membaca sebuah buku.
Sebenarya aku tidak tahu jika ternyata sebentar lagi adalah ulang tahunku. Baru kali ini ada yang mengingat ulang tahunku, di dunia nyata tidak ada yang mengingatnya sama sekali selain diriku sendiri.
"Aku belum memikirkannya, ayah." Kataku jujur.
Ya, sebenarnya aku bingung dengan apa yang aku inginkan sekarang. Hal itu karena aku sudah mempunyai hampir semuanya.
"Apa kau benar-benar tidak tahu apa yang kau inginkan?"
Aku mengangguk sambil memandangi wajah ayah dari bawah. Ayah terkekeh seraya mengelus kepalaku. "Kalau begitu, ayah akan kebingungan untuk menyiapkan hadiah untukmu."
"Aku tidak butuh hadiah, asal ada kak Alois dan ayah, itu sudah sangat membahagiakanku."
"Anakku ini manis sekali." Ayah mencubit pelan pipiku. "Kalau begitu, apa kau ingin mengadakan pesta?"
"Pesta?"
"Iya. Kau bisa mengundang teman-temanmu."
Aku terdiam untuk berpikir. Sepertinya ayah salah, Alura itu tidak mempunyai teman. Dia selalu sendirian karena dikucilkan. Anak-anak para bangsawan yang seumuran dengannya selalu menjauhinya, tentu saja hal itu karena Alura yang tidak mempunyai kekuatan sihir.
Mengadakan pesta ulang tahun. Itu sebenarnya akan sangat menyenangkan, dan mungkin itu akan menjadi pengalaman pertamaku mengadakan sebuah pesta.
Sudah aku bilang 'kan, di dunia nyata tidak ada yang mengingat tanggal ulang tahunku. Sehingga tidak ada yang merayakannya selain aku. Sebenarnya jika mereka tahu pun, mereka tidak akan merayakannya.
"Bagaimana, Lura? Apa kau ingin mengadakan pesta?"
"Tidak usah, ayah. Aku hanya ingin merayakannya dengan kalian saja." Kataku membuat ayah menatapku.
"Benarkah? Apa kau yakin? Tidak seperti biasanya. Setiap tahun ketika kau berulang tahun, kau pasti selalu ingin mengadakan pesta." Kata Ayah nampak bingung, dia memandangiku.
Ah, aku hampir lupa.
Di novel, Alura itu adalah gadis yang suka keramaian. Dia suka dengan pesta, meskipun dia tidak mempunyai banyak teman atau lebih tepatnya dia tidak ditemani. Dia selalu merayakan pesta ulang tahunnya. Dan juga, meskipun saat pestanya dia mendapatkan sindiran dan hinaan, Alura selalu menutup telinganya dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Dia tidak takut sama sekali. Alura itu gadis yang pemberani. Bahkan sebenarnya, dia itu mempunyai sifat yang angkuh di waktu-waktu tertentu.
Alura selalu mengadakan pesta karena sebenarnya itu adalah sebagai ajang pamer harta. Alura suka memamerkan kekayaan ayahnya. Dia suka ketika melihat orang-orang dari berbagai kalangan yang diundangnya ke pesta memandanginya dengan iri sekaligus benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book Of The Black City
FantasyAku merasa jika hidupku tidak berguna dan tidak ada harganya. Tetapi hal itu tiba-tiba saja berubah, aku yang awalnya merupakan manusia tidak berdaya yang terjebak dengan keseharian yang begitu-begitu saja, dengan tidak sengaja masuk ke dalam sebuah...