Ten (end)

605 64 4
                                        

"Alpha Jaehyun, kumohon berhenti. Omega Mingyu tak akan kembali,"

Jaehyun sama sekali tak menggubris ujaran dari ibunya. Tangannya tetap memainkan alat semacam gitar, namun ukurannya lebih besar. Bibirnya tak henti melantunkan lagu pemanggil roh.

Jaehyun yakin.

Sangat yakin.

Jika Mingyu akan kembali.

Tidak masalah dirinya harus melantunkan lagu seumur hidup, tidak masalah apabila dirinya kehilangan semua jarinya, karena sudah 2 tahun lamanya, ia tak berhenti menggenjreng alat musik itu.

Matanya nampak kosong, sesekali terpejam.

"Mate ku akan segara datang, aku, aku bisa merasakannya." dengan tubuh yang tak terurus, rambut panjang menjuntai, kantong mata yang benar-benar hitam. Dilihat dari sisi manapun, Jaehyun nampak seperti orang gila saat ini.

"Jeno, apa yang harus kita lakukan? Dia tidak berhenti melantunkan lagu pemanggil roh selama dua tahun,"

Jeno melirik, menghela nafas kasar, sebelum akhirnya merengkuh tubuh sang adik. "Aku tidak mempunyai ide apapun, untuk saat ini Chenle. Yang bisa kita pastikan, hanya jangan sampai, ayah kita mati."

Terisak pelan, Chenle adalah orang yang paling terpukul atas kejadian ini. Bagaimana tidak, dirinya sempat bertemu dan bahkan menyaksikan secara langsung, penderitaan apa saja yang Mingyu alami. Dan kini, semuanya berbalik, ayahnya yang justru menderita.

Saat suasana haru tengah merengkuh, Jungkook tiba-tiba berlari kencang dari arah luar, matanya beredar panik. "Segerombolan manusia aneh tengah menuju ke arah pack,"

"Apa maksudmu?" tanya Jeno tegas. Matanya tak bisa menahan gejolak amarah, mendapati tubuh adiknya yang pucat pasi.

"Putih, mereka, mereka putih, aku tidak bisa memastikan, mahluk apa sebenarnya mereka!"

BRUAKKK

Saat pintu pack terbuka paksa, para warior otomatis membuat gerakan melingkar, melindungi seluruh isi dari pack.

"Pergi, jangan halangi jalan kami!"

Seseorang dengan tongkat berbentuk bola kristal berujar dengan bahasa aneh, tidak ada satupun yang bisa mengartikan nya.

Hingga akhirnya, tubuh para werewolf itu kembali tersapu kebelakang, terpental cukup jauh. Jeno panik, hendak menyelamatkan tubuh ayahnya yang masih tetap, berada di posisi. Melantunkan lagu dengan mata tertutup, tak terusik, meski sesuatu hendak mengancam nyawanya.

"Jadi ini, makhluknya?"

"Apa benar, mahluk seperti ini yang membuat Hecate kita memilih mendekam di neraka?"

"Mahluk ini—"

"Jung Jaehyun..."

Tubuh alpha putih itu tersentak, matanya spontan mendongak. Disana, disana ada Mingyu yang nampak indah sekali, dengan sayap putihnya. Dahinya bersinar, karena terdapat sebuah berlian di tengah kening.

Indah.

Hanya itu yang mampu Jaehyun katakan saat ini.

Para penghuni pack pun, tiba-tiba menutup matanya, sesaat sebelum Mingyu tiba. Semuanya seperti terbius oleh sesuatu.

"Mate ku, omega ku, kasih ku.." tangan penuh darah itu bergerak perlahan, mengusap pipi Mingyu sayang. Dengan tetesan air mata yang membuncah, Jaehyun merengkuh tubuh sang Hecate. Bersamaan juga, sebuah cahaya putih bersinar terang, mengelilingi keduanya.

"Maaf sudah membuat mu menungguku selama ini, sayang.."

"Aku kembali."







































Fyi. Wrrrr wrrrr, akhirnya selesai❤️ terima kasih sudah membaca book ini❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alpha [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang