Three

763 139 10
                                    

Mohon vote dan komennya(≧▽≦)



Chenle berjalan tergesa menuju tempat pribadi Mingyu. Membuka kasar pintu perpustakaan itu, untungnya Mingyu tengah duduk di lantai, sambil membaca satu buku.

Manik cantik keduanya bertemu. Chenle dengan cepat mendorong bahu Mingyu. Pria cantik itu tentu saja terjatuh.

"Kau?! Kau berusaha memperdayai ayahku hah? Dengan tampang mu itu?"

Mingyu menyerengit, kemudian menggeleng. Dirinya memutuskan untuk bangun, lalu menarik pelan tangan Chenle, agar duduk di kursi bersamanya. Chenle memberontak, tapi apa daya, feromon lembut dan menenangkan dari Mingyu, membuat dirinya lemah.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, Chenle. Kau tau sendiri? Ayahmu, alphaku, itu masih mencintai pasangan lamanya. Yah benar, itu ibumu. Lagipula, aku tidak terlalu perduli dengan cinta, apalagi itu dari Jaehyun, sangat tidak mungkin sebenarnya. Seorang alpha seperti dirinya, tidak mungkin mau menerima ku." jelas Mingyu lembut. Mata pria itu berubah menjadi hitam pekat, menatap teduh ke arah Chenle.

Chenle hanya mampu mengangguk, lalu mendekat ke arah Mingyu. Sialan, tubuhnya bergerak sendiri, seperti ada magnet yang melekat di tubuhnya. "Aku akan berada disini dan tidak akan keluar lagi. Benar benar menghabiskan waktuku disini, seperti sebelumnya. Aku sadar, banyak orang yang tidak menyukai keberadaan ku, jadi lebih baik, aku berada disini saja. Memperhatikan mu dan kedua saudara mu, lewat jendela itu."

Chenle yang tadi bersandar pada bahu Mingyu itu langsung, menegakkan tubuhnya. Menatap jendela yang di maksud Mingyu. Memang benar, jika selama Mingyu di kurung. Chenle kerap kali bersitatap dengan pria itu, dari balik jendela.

"Aku akan menghormati dirimu. Aku bukan siapa siapa disini, jadi aku akan kembali sebagai, hahh aku yang dulu." lanjut Mingyu lagi.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Aku Mingyu. Kim Mingyu."

Chenle menggeleng cepat, kemudian berdiri dan menyusuri perpustakaan di depannya itu. Tangannya bergerak teliti membaca buku tiap abjadnya, kemudian setelah menemukan apa yang dia cari, Chenle langsung menarik buku bersampul coklat dua itu.

"BACA INI!" teriak Chenle kuat.

Mingyu mengalihkan pandangannya, kemudian membaca judul buku di tangan anak sang alpha, "Dewi malam, Hecate."

"Ada apa dengan itu?" Chenle mendengus kencang, lalu tertawa. "Jangan bercanda Kim Mingyu, semua yang ada di dirimu menunjukkan bahwa kau seorang Hecate. Jadi selama ini, kau menipu kita semua? Menampilkan rupa mu yang ternyata penuh kedustaan hah? Lalu tiba-tiba menampilkan wajah sesungguhnya agar menarik perhatian semua orang?"

"Iya? Ingin mencari simpati?"

"Tubuhku yang sesungguhnya hancur, Chenle." saut Mingyu tiba tiba. Chenle terdiam, menatap bingung ke arah Mingyu. "Kau tahu? Sebuah aturan tak tertulis dari Moon Goddess kepada pada Dewi nya. Saat seorang Dewi sudah bertemu dengan pasangannya, tapi pasangannya tidak menerima atau bahkan menyentuh sang Dewi, semua berimbas pada tubuhnya."

Wajah Mingyu melembut, membuka bajunya, menampilkan tubuh mulus ke arah Chenle. Tapi setelahnya, sebuah cahaya putih tampak menyinari tubuh Mingyu, lalu tubuh itu, tubuh indah itu berubah menjadi tubuh penuh goresan, mirip seperti bekas cambukan. Bewarna merah darah yang masih segar, serta di penuhi lebam biru keunguan.

"Ini tubuh ku yang sebenarnya. Setiap alphaku bersentuhan dengan omega lain, tubuhku yang akan menerima akibatnya."

"Jika kau berfikir, kenapa aku tidak memutuskan tali mate dengan ayahmu? Agar aku bisa bebas dengan kutukan ini?"

Mingyu terdiam. Lalu menghela nafas, mendekati Chenle yang masih terdiam tak percaya itu. "Dia bisa mati, tapi aku tidak. Saat tali mate kita putus, maka Jaehyun akan mati di dunia dan dia benar benar tidak bisa bangkit. Sedangkan aku? Aku akan baik baik saja. Aku seorang Dewi, aku tidak bisa mati, Chenle. Aku abadi."

Sinar putih kembali menyinari tubuh Mingyu, kemudian tubuh pria manis yang penuh luka itu berubah kembali menjadi mulus. Dengan lembut, Mingyu mengusap wajah Chenle. "Aku menyayangimu, biar kan aku merasakan semua ini. Asal kau tidak terpengaruh kutukan itu. Dan tolong, jangan katakan tentang ini kepada siapapun. Termasuk ayahmu. Semoga hal ini bisa menjadi rahasia di antara kita berdua." Mingyu langsung merengkuh tubuh Chenle hangat, menepuk punggung sang anak.

"Datang kepadaku saat kau butuh apapun. Aku tidak akan pernah melarang mu pergi, saat kau bahagia dan datang kepadaku saat kau susah. Aku tidak akan pernah menolak apapun permintaan mu."

"Maaf, aku belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu."

Hari itu, pertama kalinya Chenle menangis, setelah sekian lama dia menangis saat ibu kandungnya mati.


















































































Fyi. Wahhh sudah 10 hari tidak bertemu. Semoga tidak pusing menghadapi banyak teori tentang Hecate 🤣🤣🤣

Lovee♥️

Alpha [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang