[2/10]

485 61 6
                                    

Kupikir dia marah ...

♪————————♪

Malam berganti pagi, dan sekarang adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh sang lelaki. Dengan langkah seribu, ia berlari dari rumahnya menuju rumah sang pujaan hati.

Ini memang sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi, tapi entah kenapa, rasanya pagi ini terasa sedikit berbeda dari biasanya.

Tok! Tok! Tok!

"[Name], apa kau di dalam?" dengan lantang ia berteriak, berharap sang pemilik rumah menyahut panggilannya. Akan tetapi, ia justru tidak mendapatkan balasan apapun dari dalam sana.

Tangannya kembali terangkat, berniat mengetuk daun pintu untuk kedua kalinya. Namun, sebelum lengannya bersentuhan dengan papan kayu itu. Seseorang orang dari dalam sudah lebih dulu membukakan pintunya. Membuat lelaki ini mengurungkan niatnya.

"Apa?" Sang pemilik rumah akhirnya muncul ke permukaan, dengan sela kecil pintu sebagai sarana pandangannya untuk melihat dunia luar.

Dari luar rumah, Fang bisa melihat dengan jelas kalau pintu itu masih terpasang rantai dari dalam sana. Dan [Name] sang pemilik rumah pun terlihat seperti masih menggunakan piyama tidurnya.

"Kau tidak sekolah?" Fang bertanya. Membuat [Name] spontan mendercakkan lidahnya.

"Pergilah, Fang. Hari ini aku ijin." Pintu pun mulai ditarik kembali ke dalam dengan perlahan, bersamaan dengan perginya [Name] dari sana.

Namun, sebelum pintu itu benar-benar tertutup. Sebuah sepatu sudah lebih dulu menyelip diantara sela. Membuat pintu itu tidak bisa di tutup kembali.

"Kenapa?" Satu pertanyaan lagi keluar dari mulutnya, membuat [Name] mau tidak mau harus menjawabnya.

"Tidak ada. Aku hanya sedikit sakit sekarang," dengan malas ia berucap, membuat Fang secara tidak sadar mendercakkan lidahnya.

Oh, ayolah. Fang itu sudah mengenal [Name] sejak kecil, dan ia juga tau bagaimana cara berbicara [Name] ketika gadis itu berbohong.

"Kau bohong, kan?" Lagi-lagi Fang bertanya, dengan posisi kaki yang tidak berubah.

[Name] sebenarnya bisa saja memindahkan kaki Fang secara paksa. Lalu menutup kembali pintu rumahnya rapat-rapat.

Tapi pada saat ia ingin melakukan semua itu, hati kecilnya justru menolak pemikirannya. Membuat [Name] jadi harus mengurungkan niatnya.

"Pergilah. Aku tidak ingin diganggu sekarang." [Name] tetap kokoh ingin Fang segera pergi dari rumahnya. Tapi sayangnya, Fang terlalu keras kepala untuk mendengarkannya.

"Apa aku sudah melakukan kesalahan padamu? Kenapa kau tiba-tiba menjauhiku seperti ini, [Name]?" Lengan Fang terangkat untuk meraih pintu. Membuat [Name] sontak kaget ketika melihatnya.

"Ja–Jangan buka pintunya!" Fang tidak mendengarkan. Ia dengan talentanya meraih pengait rantai yang ada tidak jauh dari pintu utama, dan langsung membukanya.

[Name] tentunya spontan mundur ketika melihat Fang berhasil membuka pintu rumahnya. Dengan gerakan cepat, ia meraih bantal sofa yang ada tidak jauh darinya, lalu melemparkannya kepada Fang. "Baka!"

Bantal itu melayang tepat ke wajah Fang, yang dimana hal itu membuat dirinya spontan menangkap bantalnya. "Astaga, [Name]. Sebegitu inginnya kah kau aku pergi?"

"Iya," dengan cepat [Name] menjawab. Membuat Fang merasakan tusukan kecil di ulu hatinya.

"Tapi kenapa, [Name]?"

"Karena kemarin kau menembak ku di depan kelas! Kau tau? Satu sekolah membicarakan tentang kita!" [Name] hampir saja berteriak saat mengatakan semua itu. Ia sepertinya sangat kesal dengan apa yang terjadi kemarin siang.

Fang semestinya tau kalau [Name] sedang kesal sekarang, tapi alih-alih mencoba untuk menenangkannya, Fang justru menggoda [Name] di sana. Membuat gadis bersurai hitam ini semakin naik pitam.

"Bukankah itu bagus? Dengan begitu, semua orang akan tau kalau kau adalah milikku."

Oh, lihatlah itu. Sepertinya [Name] ingin memukul wajah tampan itu sekarang.

"Haha, bercanda, [Name], bercanda. Aku juga tidak tau kalau dampaknya akan seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi.  Sepertinya itu adalah hal yang wajar, mengingat aku adalah anak terpopuler di sekolah. HAHA!"

Ah, sudahlah. Sepertinya [Name] tidak ingin peduli dengan wajah tampan itu sekarang.

Buak!

Bonus★

Fang:
"Kau tega, [Name]."

[Name]:
"Bodo amat."


Fang:
"Tapi, apa kau benar-benar sakit?"

[Name]:
"Hn."

Chuu~

Fang:
"Kalau gitu, cepat sembuh ya, sayang. Soalnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat nanti."

[Name]:
" . . . "

Duak!

Fang:
"Hei!"

♪————————♪

... ternyata dia hanya malu karena perkara kemarin.

{27 Juli 2022}

{27 Juli 2022}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Cool Darling || Fang ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang