Hari ini suasana rumah peninggalan Wira-ayah Tara menjadi cerah kembali dan suasana hati Tara pun juga.
Tara sangat bahagia bisa melanjutkan kehidupannya yang cerah walau tak secerah dulu saat kedua orang tuanya masih ada. Tapi Tara syukuri masih bisa bersandar dibahu Abang nya.
"Pokoknya Lo gak boleh tuh keluar-keluar."peringat Tara kepada elang saat berada dimeja makan.
"Iye."sahut elang.
"Terus gak boleh jalan dulu awas aja kalo Lo nyuri nyuri untuk jalan."ucap Tara cerewet. Entahlah ia pun tak tau dirinya menjadi seperti ini.
"Iya iya."kesal elang.
"Minum Obat tepat waktu. Biar cepet sembuh udah kangen berantem lagi kan Lo."kata Tara yang dihadiahi tatapan tajam.
Tara hanya terkekeh melihat muka Abangnya itu. Ia senang sifat bang elang tak berubah masih sama seperti dulu. Namun beda saat didepan anggota nya elang harus terlihat tegas dan kejam.
Ia sudah selesai bersarapan. Lalu mengambil tasnya dan berpamitan kepada elang untuk berangkat sekolah.
"Gue berangkat dulu. Inget perkataan gue."ucap Tara mendorong kursi roda elang kepintu utama.
"Hm bawel banget sih Lo."
"Biarin sama Abang sendiri."kata Tara tak mau kalah.
"Yaudah gue berangkat."pamit Tara.
"Iya. Tiati."titah elang diangguki oleh Tara.
"Dek?"panggil Elang.
Lantas Tara menengok kebelakang. "Apaan?" Lalu menghampiri elang lagi.
Elang menyodok tanganya kepada Tara. Tara yang bingung hanya menaikkan alisnya. "Salim.Lo gk ngehormatin Abang Lo sendiri?"tanya elang.
Tara yang sudah mengerti langsung menerima tangan elang dan menciumnya. "Lupa."ucap Tara.
"Kebiasaan Lo."
"Yaudah gue berangkat telat nih nanti."kata Tara langsung berlari kedalam mobil.
Sampai didepan gerbang bahu Tara merosot. Ia telat 5 menit. "Pak tolong bukain dong." Ucap Tara kepada satpam sekolah.
Setpam sekolah itu menghampiri Tara dan membukaan gerbang. "Kenapa bisa telat?"tanya satpam tsb.
"Macet."jawab Tara.
"Yasudah kamu boleh masuk. Tapi lapor dulu guru piket." Ucap satpam tsb diangguki oleh Tara.
"Saya permisi."
Ia sudah didepan guru piket dan diintrogasi. Sunggu bosan mendengar perkataan guru piket itu. Tinggal memberi hukuman saja harus diceramahin terlebih dahulu. Untung disekolahnya tidak ada guru yang seperti ini,ribet pikir Tara.
Tok tok tok
"Masuk."pintah Bu Ifa guru piket yang hampir berkepala empat.
Ceklek
Pintu terbuka menampakan seorang lelaki yang berpenampilan urakan. Baju dikeluarkan kancing yang sengaja dilepas dua baris dari atas dasi yang diikat dikepala.
Lelaki itu sudah duduk disamping Tara saat sudah dipersilahkan oleh Bu Ifa.
"Kenapa kamu bisa telat Aiden?"tanya Bu Ifa.
"Kesiangan."jawab Aiden singkat.
"Kamu ini orang tuamu pemilik sekolah. Kenapa kamu tidak disiplin sudah baju dikeluarkan mau jadi preman? Masukan baju mu."omel Bu Ifa.
"Hm nanti."
"Sekarang Aiden!"pintah Bu Ifa marah.
"Hm."dehem Aiden namun tak ia turuti perintah Bu Ifa membuat guru tersebut naik pinat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENARA
Teen FictionSeorang gadis SMA yang harus menerima semua penderitaan yang datang bertubi-tubi. Disaat ia rapuh hanya gundukan tanah dan Bankar sandarannya. Ia gadis kuat demi saudara kandungnya yang masih bertahan hidup namun dibantu dengan alat medis. Ia harus...