Jangan lupa vote genks
Tekan bintang di pojok kiri bawah.
Maaciw 😚Selamat membaca ♥️
Hari berlalu dengan cepat dan kesibukan yang padat membuat waktu terasa bagai berlari. Hingga hari demi hari terus berganti tanpa disadari.
Melisa pun menikmati pekerjaan yang menurutnya ini adalah sebuah passion, suatu hal yang dikerjakannya dengan suka cita tanpa beban. Sudah hampir 3 bulan ia bekerja di toko pakaian milik Riland tanpa ada kendala yang berarti.
Rekan kerjanya pun sangat baik hati. Dibandingkan sebagai rekan kerja, Melisa lebih suka menyebut Leah yang bertugas menjadi kasir sebagai bestie. Meskipun belum lama kenal tapi hubungannya dengan Leah sangatlah baik. Perempuan berumur 23 tahun itu sangat ramah dan apa adanya hingga keduanya cepat sekali akrab dan kini menjadi sahabat.
Tak hanya itu yang membuat Melisa betah dalam pekerjaannya. Rasa tertarik yang ia rasakan pada Riland kian membesar dan lama-lama ia merasakan benih-benih cinta tumbuh dengan subur di dalam hatinya dan rasa itu ia simpan sendiri dalam hati.
Eh, tak hanya Melisa sendiri yang tahu tapi teman sekamarnya Agni pun tahu karena hampir setiap hari Melisa selalu menceritakan tentang lelaki itu dengan penuh semangat.
Cukup menjadi pengagum rahasia dan menyimpan semuanya dalam hati. Itulah yang Melisa lakukan saat ini.
"Hufffttttt," Riland menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan. Saat ini ia dan kedua pegawainya Melisa juga Leah tengah membereskan banyak pakaian sisa sale di akhir pekan yang lalu.
Walaupun telah mengadakan acara diskon besar-besaran, nyatanya penjualannya tak mencapai target. Setelah pandemi ini memang bisnis distro nya belum lah kembali normal.
Riland mendudukkan dirinya di atas sofa dengan kedua kaki terbuka lebar seolah merasa lelah luar biasa. Leah duduk di lantai sembari terus membereskan tumpukan pakaian yang belum terlipat. Sedangkan Melisa berdiri sembari melihat sang boss dan juga rekan kerjanya yang sedang sibuk. "Bener ya, keuntungan berjualan baju itu melipat," kekehnya meledek Leah yang masih saja sibuk.
Leah menengadahkan kepalanya dan melempar sesuatu pada Melisa tapi gadis itu mengelak sambil tertawa.
Riland pun ikut tersenyum hingga matanya menyipit dan menurut Melisa itu menambah ketampanannya.
"Sepertinya promosi kita kurang gencar atau bagaimana ya ?" Keluh Riland sembari melihat tumpukan baju yang belum berhasil terjual.
Sebenarnya model baju yang Riland jual di tokonya sangatlah kekinian dengan kualitas yang sangat baik pula. Hanya saja bisnis pakaian sepertinya masih menggeliat lesu.
"Sepertinya harus lebih banyak dipromosikan, kita harus membuat iklan dengan menggunakan jasa artis atau siapapun orang yang kini sedang terkenal," ucap Leah menanggapi.
"Hu'um," jawab Riland membenarkan. "Tapi dana yang dibutuhkan untuk membuat iklan dengan orang terkenal itu tidaklah sedikit," keluhnya lagi kemudian.
Melisa amati Riland yang masih terduduk lesu di atas kursi. Wajah lelaki itu begitu tampan tak kalah oleh artis ataupun model. Tubuhnya pun sempurna, dengan tinggi yang mencapai 185cm dan otot kekar tak berlebihan membuat Riland sangat sedap dipandang mata. Tak satu atau dua kali ia membayangkan dapat merebahkan kepalanya di atas dada bidang bossnya itu.
"You are hot," gumam Melisa namun masih bisa terdengar jelas baik oleh Riland maupun Leah hingga kini keduanya sama-sama menolehkan kepala dan menatap Melisa penuh tanda tanya. Bibir lancangnya tak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari dalam mulutnya.
"Siapa yang hot ?" Tanya Leah dan itu membuat pipi Melisa terasah panas seketika.
"Glek," Melisa menelan ludahnya paksa. Tak hanya Leah tapi sepertinya Riland pun sedang menunggu jawaban darinya.
"Mmmhh.... The Hot Boss," jawab Melisa dengan spontan. Entah apa yang merasukinya saat ini hingga bibirnya kembali lancang berucap seperti itu. Dalam hatinya ia merutuki kata-kata bodoh yang terlanjur terucap.
Mendengar jawaban Melisa membuat Leah kian kebingungan sedangkan Riland terlihat sedikit terkejut dengan mengerutkan kedua alisnya dan Melisa masih berdiri tegak, masih menjadi pusat perhatian keduanya.
"Ke-kenapa gak Riland sendiri yang menjadi bintang iklannya," lanjut Melisa kemudian. Sebuah ide gila terlintas di kepalanya.
"Aku ?" Tanya Riland terheran.
"Hu'um," jawab Melisa membenarkan.
"Sekarang kan hampir semua orang menggunakan media sosial dan kita bisa memanfaatkan itu semua. Dan yang paling digemari saat ini video-video dengan durasi singkat seperti di Tik Tok atau pun reels Instagram,"
"Maksud kamu joget-joget gak jelas gitu ? No way, aku gak mau," potong Riland dan langsung menolak usulan Melisa yang dianggapnya sangat konyol. Ia pun menggerdikkan bahunya sambil tersenyum geli membayangkan.
Melisa menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan seperti itu," sanggahnya. "Kita bisa bermain peran, aku sebagai pegawai mu yang diam-diam naksir pada boss nya yang sangat ganteng dan modis yaitu kamu. Di setiap video yang kita buat, kita harus mengenakan semua produk pakaian dari toko ini. Setiap video yang kita rilis harus mengenakan tagar "The Hot Boss" dan itu tertuju padamu. Anak muda sekarang mudah baper dan video konten seperti ini sedang digemari," jelas Melisa.
Lagi-lagi Melisa merutuki dirinya sendiri karena kata-kata yang tak terkendali keluar dari mulutnya. "Bego banget sih, Mel !!! Dengan begitu Riland bakal tahu Lo suka dia. And its gonna be so akward ( dan itu akan sangat canggung)." Batin Melisa dalam hatinya.
"Dan aku bisa jadi sebagai juru kamarenya," sahut Leah menyetujuinya.
Apa yang Leah katakan sontak membuat Melisa melihat ke arahnya. "Bisa juga Leah yang menjadi pegawai itu dan aku yang menjadi juru kameranya," ucap Melisa. Ia tak mau sahabat barunya akan mengetahui perasaan cinta yang sebenarnya Melisa rasakan untuk bossnya itu.
"Gak bisa, nanti cowok aku bisa marah besar dan cemburu. Kalau kamu sama Riland kan sama-sama single jadi gak akan jadi masalah," tolak Leah.
"Aku rasa idenya Melisa bagus juga loh dan patut dicoba. Badan kamu kan bagus Riland, muka kamu juga gak jelek-jelek amat jadi aku rasa cara ini bisa berhasil," lanjut Melisa sambil tertawa dan Riland melemparnya dengan sebuah baju yang belum dilipat ketika Leah mengatakan sesuatu tentang wajahnya.
"Sialan," maki Riland dan pecahlah tawa Leah karenanya.
Melisa mencebikkan bibirnya kesal, dalam hatinya ia merasa tak rela jika lelaki yang ia taksir itu dikatakan jelek padahal nih menurut Melisa, Riland adalah lelaki paling tampan di dunia nyata dan halunya.
"Konsepnya bagaimana ?" Tanya Riland tampak tertarik kali ini.
"Banyak... Biar nanti aku yang atur," jawab Melisa.
"Hmm, ok baiklah bisa kita coba ." Sahut Riland menyetujui. "The Hot boss," gumamnya pelan. "Mulai sekarang kamu harus latihan naksir aku," ucap Riland seraya melengkungkan senyumnya.
"Glek," Melisa kembali menelan ludahnya paksa. Tak usah latihan pun ia sudah sangat jatuh hati pada bossnya itu.
"Akan aku usahakan," sahut Melisa dengan pipinya yang kini terasa panas.
To be continued ♥️
Maaciw udah baca...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hot Boss
RomancePlease follow dulu sebelum baca Jangan lupa vote di setiap partnya biar aku semangat up. Tq bestie ♥️ Melisa adalah seorang gadis yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya dan mendapatkan pekerjaan sebagai pengelola toko pakaian atau biasa...