Are We Cool ?

657 52 6
                                    

Jangan lupa vote 😚
Happy reading ♥️

Leah terkejut mendengarnya, ia merasa tak enak hati karena telah membicarakan temannya itu, sedangkan Riland lebih terkejut lagi. Bisa ia rasakan panas di wajahnya.

Riland bangkit dan berjalan mendekati, kini ia dan Melisa berdiri saling berhadapan dan hanya terhalang sebuah meja etalase. Rasa bersalah tengah menggelayuti hati Riland saat ini "Sorry," ucapnya pelan. "Maaf, aku gak bermaksud..."

"Apaan sih ?" Potong Melisa cepat. "Kamu gak salah apa-apa, yang kamu bilang itu bener adanya. Kamu akan selalu jadi boss aku, dan aku ini hanya pegawai kamu," lanjut Melisa berusaha melengkungkan senyum di bibir tipisnya, padahal dirinya mati-matian menahan tangis karena rasa patah hati yang luar biasa.

"Ta-tadi Riland nanya kamu pergi sama siapa, dan aku jawab kalau kamu pergi sama cowok cakep yang bernama Raya. Terus Riland nanya lagi tentang Raya ini, aku tanya Riland apa dia cemburu sama kamu," jelas Leah yang juga memperlihatkan rasa bersalahnya.

"Oooh... Lagian aneh-aneh aja sih ! Nanya Riland kaya begitu. Gak mungkin banget dia cemburu ! Aku tuh bukan tipe dan levelan dia lah" sindir Melisa sambil terkekeh geli padahal ia  rasakan ngilu di hatinya.

Riland terdiam, jakunnya terlihat bergerak karena ia menelan ludahnya paksa. Apa yang Melisa katakan tadi sepertinya tidak asing di telinganya.
"Bukan gitu maksudnya, Mel.... Emang benar aku nanya Leah kamu pergi kemana dan dengan siapa, karena selama jam kerja kamu jadi tanggung jawab aku," kali ini Riland yang menjelaskan tapi ia pun tak mengatakan semuanya. Bagaimana ia merasa tak nyaman akan kepergian Melisa dengan lelaki bernama Raya itu.

Riland juga tak menceritakan bagaimana ia tak bisa berkonsentrasi dalam bekerja hanya karena kepergian Melisa. Ia tak mengatakan semuanya karena masih berpegang pada alasannya yaitu perasaan aneh yang ia rasakan hanya sebatas tanggung jawabnya sebagai atasan.

"Ooohhh.. i see... Sorry, gak izin dulu sebelum pergi," sahut Melisa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seolah paham. "Next, kalau aku pergi lagi pasti izin dulu," lanjut Melisa kemudian.

"Kamu mau pergi lagi sama dia ?" Tanya Riland dengan mengerutkan keningnya.

Melisa terdiam untuk sesaat sebelum menjawab pertanyaan yang Riland tanyakan padanya. Ia balas tatapan bosnya itu dan dengan menghela nafasnya ia pun berkata "hu'um, sepertinya aku akan pergi lagi sama Raya, tapi aku usahakan bukan di jam kerja jadi kamu tak akan merasa terbebani," jawabnya.

"Oh.. oke.. bagus kalau begitu," sahut Riland. Tapi bibir dan hatinya tak sejalan.

Di mulutnya, ia berkata oke tapi dalam hati ia menolaknya. Walaupun begitu, tak mungkin Riland mengatakan hal yang sebenarnya pada Melisa bukan ? Ingat.. dia ini hanya seorang atasan, tak ada hak baginya untuk ikut campur pada kehidupan pribadi Melisa yang hanya seorang pegawainya itu.

"So... Are we cool ?" Tanya Riland dengan senyum yang ia paksakan.

"of course we're cool ! Kita akan selalu baik-baik saja, Boss !" Sahut Melisa dan ia pun menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan menyunggingkan senyum lebar. Padahal hatinya terasa sakit karena telah Riland patahkan.

Riland yang melihat itu tertawa samar dan menyambut uluran tangan Melisa dan menjabatnya erat.

Baik Melisa maupun Riland mengatakan bahwa mereka baik-baik saja tapi kenapa hati mereka berkata 'tidak' dan saat ini keduanya sangat enggan untuk melepaskan jabat tangan mereka.

"Mel, paper bag kamu ketinggalan di dalam mobil aku," ucap Raya yang tiba-tiba muncul dengan satu buah paper bag yang di bawanya hingga Melisa dan Riland pun melepaskan jabatan tangan mereka dengan dengan rasa terkejut.

Raya terdiam dan menatapi kedua orang di hadapannya yang sama-sama terlihat terkejut dengan kedatangannya. "Sorry... Apa aku ganggu sesuatu ?" Tanya Raya yang kini merasa tak enak hati.

"No, kamu gak ganggu sama sekali kok." jawab Melisa. "Raya, kenalin ini boss aku, Riland" ucap Melisa memperkenalkan bossnya.

Raya meletakkan paper bag milik Melisa di atas meja etalase sebelum ia mengajak Riland untuk bersalaman. "Raya," ucapnya sopan dan tersenyum sembari mengulurkan tangannya.

Riland menyambut uluran tangan itu walaupun ia  merasa enggan dan terheran dengan dirinya sendiri yang bereaksi seperti itu.

Kenapa ia merasa tak mau untuk berjabat tangan dengan lelaki bernama Raya itu yang baru saja pergi berkencan dengan Melisa. "Riland," sahutnya singkat dan ia langsung melepaskan jabatan tangannya.

"The hot boss, right ?" Raya mengulum senyum ketika mengatakan itu dan Riland pun melakukan hal yang sama.

"Dan ini Leah, kamu masih ingat dia bukan?" Ucap Melisa sambil menunjuk Leah yang sedari tadi berdiri dengan wajahnya masih menunjukkan rasa cemas dan tak enak hati.

"Tentu aku ingat, kemarin kita bertemu di sini bukan ? Dan sepertinya kita akan lebih sering bertemu karena aku akan sering mengajak Melisa makan siang," jawab Raya. Ia langsung melihat ke arah Melisa, begitu juga Riland yang kini menatap Melisa yang menjadi kikuk karena 2 orang lelaki sedang memperhatikannya.

"Mmm, kalau aku gak sibuk," ucap Melisa.

"Sure, asal tidak menggangu pekerjaan kamu," sahut Raya. Sedangkan Riland mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan mimik wajah yang berubah dingin.

"Senang berkenalan dengan anda, tapi sayangnya saya harus segera kembali ke kantor," kata Raya berpamitan.

Riland menanggapinya dengan sebuah senyuman dan memperhatikan penampilan Raya yang sangat necis dengan setelan jas mahal dan terlihat sangat rapi. Riland yakin jika lelaki bernama Raya itu pasti memiliki jabatan penting di perusahaannya.

Raya berjalan menuju pintu keluar dan Melisa mengikutinya dari belakang. "Besok aku jemput jam berapa ?" Tanya Raya sebelum ia benar-benar pergi dari toko itu.

"Mmm... Nanti aku kabarin, takutnya banyak kerjaan. Aku gak bisa janji," jawab Melisa.

Sebenarnya tadi Melisa berbohong pada Riland bahwa ke depannya ia dan Raya akan sering pergi bersama tapi kenapa sekarang semuanya menjadi kenyataan.

"Ok, besok kabari aku ya," Raya pun berjalan menuju mobilnya yang terparkir dan pergi meninggalkan toko dimana Melisa bekerja.

Melisa berdiri di ambang pintu seolah melepaskan kepergian Raya, padahal yang sebenarnya terjadi ia enggan untuk melangkahkan kakinya kembali ke dalam toko dan bertemu Riland lagi.

"Mel, ngapain di pintu ? Ayo siap-siap bikin iklan lagi," sahut Leah dengan meninggikan volume suaranya.

Melisa menarik nafas dalam sebelum ia membalikkan tubuhnya "semua akan baik-baik saja" ucapnya dalam hati, menyemangati dirinya sendiri. Melisa memaksakan diri untuk melangkahkan kakinya kembali menuju Leah dan Riland berada.

"Oke ayo kita bikin iklan, demi cuan !!" Melisa tersenyum cerah ceria ketika mengatakan itu, berusaha menutupi rasa patah hatinya.

"Oke, kali ini konsepnya kencan semalam," sambut Leah antusias.

"Nanti kalian pura-pura kencan dengan outfit yang serasi. Karena konsepnya itu kencan, ada adegan pegangan tangan sambil tatap-tatapan gitu," jelas Leah masih dengan penuh semangat.

Sedangkan Melisa dan Riland langsung beradu pandang tanpa kata-kata.

Leah memperhatikan keduanya, baik Riland maupun Melisa sama-sama membisu. "Are we cool ?" (Apa kita baik-baik saja ? ) Tanya Leah takut-takut.

To be continued ♥️
Thanks for reading ♥️





The Hot Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang