Negosiasi

441 64 13
                                    

Hai aku datang membawa sejuta kerinduan wkkwkwk

Mon maap karena gak bisa tepati janji untuk update rutin..

Jangan lupa vote ya zheyeenk 😚

***

Happy reading ♥️

Mona melengkungkan senyum miring  di bibirnya, lalu tanpa aba-aba ia mendekati Rilland dan membelai pipi lelaki itu dengan telapak tangannya hingga wajah lelaki itu tertoleh padanya. Mona meraih wajah Rilland dan menyatukan bibir mereka dengan sempurna.

Melisa hanya bisa melihat itu dari kejauhan. Hatinya yang patah kini semakin hancur saja. Ingin Melisa melangkah pergi tapi kedua kakinya bagai tertancap ke dalam bumi, begitu sulit untuk digerakkan hingga dengan terpaksa ia harus melihat adegan mesra antara laki-laki yang sangat dicintainya itu dengan seorang perempuan yang mengaku sebagai tunangannya.

Pipi Melisa terasa panas, matanya memburam dan ngilu ia rasakan di dalam hatinya. Dengan susah payah Melisa menelan salivanya sendiri.

"Semuanya jadi 45 ribu," ucap pelayan yang telah selesai menyiapkan pesanan Melisa.

Melihat gadis yang dipanggilnya tak bergeming membuat pelayan cafe itu kembali memanggil Melisa.

"Mbak baju hitam... Maaf... Ini pesanannya udah siap," ucapnya dengan volume suara yang lebih tinggi dari sebelumnya. Usahanya berhasil karena Melisa langsung tolehkan kepalanya.

"Ah maaf...," Cepat-cepat Melisa membalikkan tubuhnya dan menanggapi pelayan itu. Dalam hatinya ia bersyukur karena dengan pesanannya yang telah siap, ia bisa segera pergi dari sana.

Melisa merogoh saku dan mengeluarkan selembar uang kertas pecahan 50 ribu lalu segera memberikannya oada pelayan tadi. "Kembaliannya ambil aja," ucap Melisa. Ia lakukan itu agar bisa secepatnya pergi.

Mati-matian ia menahan air bening yang telah tergenang di pelupuk matanya agar tak terjatuh. Ia tak akan biarkan itu terjadi. Melisa tak ingin perempuan bernama Mona itu melihatnya menangis, apalagi Riland. 

Mona melihat kepergian Melisa dengan memicingkan mata dan senyum penuh kemenangan di bibir tipisnya, walaupun sebenarnya ia mendapatkan penolakan dari Riland.

Mata Riland membola saat ia rasakan benda kenyal dan basah menyentuh serta menyesap bibirnya dengan perlahan. Butuh beberapa saat hingga ia sadar jika Mona tengah menciumnya. Riland pun mendorong pelan bahu Mona agar ciuman mereka terpisah. Meskipun Riland tak menyukai Mona tapi  ia  juga tak bisa berlaku kasar pada perempuan itu. Tapi sayangnya Melisa tak melihat itu.

"Lo gila ? Ngapain sih ?" Tanya Riland saat tautan bibir mereka terpisah. Ia edarkan pandangannya takut-takut ada seseorang yang mengenalinya, mengingat coffee shop itu terletak tak jauh dari toko pakaian miliknya.

"Apa salahnya aku cium bibir calon suami aku sendiri ?" Tanya Mona tanpa merasa bersalah sama sekali. Bahkan ia terlihat santai dan tak peduli jika orang-orang di sekitarnya memperhatikan.

Riland menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar. "Lo tau kan alasan gue ngajak lo ketemu " tanya Riland dengan nada kesal.

Rencana makan siang beserta Melisa dan Leah hancur karena kedatangan Mona yang mengaku sebagai tunangannya. Tepat setelah Melisa pergi dengan lelaki bernama Raya, Riland putuskan segera pergi menemui orang tuanya.

Tujuan kedatangan Riland yaitu untuk menolak pertunangannya dengan Mona karena ia benar-benar tak mempunyai rasa sama sekali dengan perempuan itu.

Bagaimana bisa Riland menjalani pernikahan bila di dalamnya tak ada rasa cinta dan ia pun sama sekali tak merasa keberatan jika sang adik melangkahinya. Bahkan Riland tak meminta syarat apapun pada sang adik.

Tapi ternyata kedatangan Riland terlambat karena kedua keluarga telah sepakat untuk menjodohkan anak mereka, oleh karena itu Riland sengaja mengajak Mona bertemu untuk sama-sama menentang perjodohan itu.  Disinilah sekarang keduanya berada di sebuah coffee shop untuk bernegosiasi.

" Aku gak mau," itulah jawaban yang Mona berikan saat Riland mengajaknya untuk sama-sama menolak perjodohan itu.

" Apa Lo mau terikat dengan gue tanpa ada perasaan di dalamnya ?" Tanya Riland frustasi.

" Bukankah pilihan orang tua selalu yang terbaik ?" Tanya Mona sembari menyesap minumannya dengan perlahan dengan menggunakan sedotan.

Riland memperhatikan perempuan yang terlihat begitu santai tanpa beban itu. Ia tak habis pikir kenapa Mona begitu mudahnya menerima perjodohan itu. " Ya, mungkin orang tua kita menginginkan yang terbaik untuk kita dengan perjodohan ini, tapi nanti kita berdua yang akan menjalani kehidupan rumah tangga ini bukan mereka," Riland masih berusaha untuk menolaknya.

"To be honest... Sejujurnya... Gue gak terlalu peduli dengan perasaan cinta dan bla bla blaaa... huufftttt....," sahut Mona terdengar bosan dengan apa yang Riland bicarakan.

"Apa?" Riland berkerut alis tak paham.

" Menurut gue..  membahas tentang perasaan cinta itu berat. After we get married, semua hanya tentang seks. Itu yang merekatkan sebuah hubungan suami istri," jawab Mona sembari kembali menyesap minumannya.

"What ??" Gumam Riland dengan mata membola karena tak percaya.

"And money," Mona menambahkan. "Tapi kita berdua sama-sama dari keluarga yang berada dan kita juga sama-sama kerja... jadi sepertinya masalah uang tak akan menjadi sebuah kesulitan untuk kita nantinya,"

"Apa lo gila ? Dan gue gak mungkin bisa lakuin semua itu tanpa melibatkan perasaan," lanjut Riland. Dirinya benar-benar tak habis pikir dengan cara pikir perempuan yang tengah duduk di sebelahnya ini.

Mona tertawa pelan mendengar ucapan Riland. Hampir saja ia menyembur kan minuman yang ada dalam mulutnya"Don't be so naive," ucapnya pada Riland.

"Kenapa dua orang manusia bisa melakukan hal itu ? Karena mereka saling tertarik secara fisik dan naluri primitif yang mereka punya. Seperti gue yang benar-benar tertarik sama Lo," lanjut Mona seraya memberikan sentuhan-sentuhan halus di paha Riland dengan jemari lentiknya yang berpoles cat kuku berwarna merah darah.

Itulah yang Mona rasakan pada Riland, ia begitu tertarik pada Riland secara fisik. Pada awalnya Mona pun ingin menolak tapi setelah melihat secara langsung calon suami dengan tubuh tinggi tegap dan atletis serta wajah tampan  membuat Mona tertarik dengan lelaki itu. Belum lagi penampilan Riland yang selalu modis juga beberapa usahanya yang sedang melejit membuat Lelaki itu di pandang nyaris sempurna oleh Mona.

"Stop it !" Riland menghempaskan jemari Mona dengan perlahan. Ia tak mau jadi pusat perhatian karena sekarang pun beberapa pasang mata mulai memperhatikan dirinya dengan Mona yanh terus berdebat.

"Buat gue, married its not always about fuck !!"  desis Riland marah seraya bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan perempuan itu. Sepertinya negosiasi yang Riland lakukan tidak berjalan dengan lancar.

Tak butuh waktu lama bagi Riland untuk menyadari bahwa Mona perempuan yang cukup gila. Keinginannya untuk menolak perjodohan ini kian besar.

" I don't wanna fuck... I want love and peace too," lirih Riland sembari membayangkan wajah seorang gadis dalam benaknya.

To be continued ♥️
Thanks for reading ♥️








The Hot Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang