delapan

7 14 22
                                    

Kalau abadi yang kita cari gak ada dan gak bisa kita dapetin disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau abadi yang kita cari gak ada dan gak bisa kita dapetin disini. Mungkin di kehidupan yang lain lagi. Yang sejati pasti akan menemukan jalannya. Jadi, jangan pernah bilang hanya sampai disini tapi, sampai nanti lagi.

.
TERMODINAMIKA
.

Tidak ada jarak diantara mereka, Alkena membenarkan rambut Arunika sebentar dan tangannya bergerak kearah bibirnya.

"Ada saos kacang" ucapnya sambil mengelap saos itu setelah keheningan tadi dan suasana yang mendadak canggung.

Arunika memundurkan posisi duduknya sembari mengelap bibirnya takut ada sisa makanan yang menempel lagi, dan mencoba mengontrol perasaannya ia tidak mau yang dulu terulang kembali.

Di sisi lain Alkena berdehem untuk memulai obrolan walau dengan keadaan kikuk.

"Enak banget yaa ciloknya sampe belepotan gitu" ledek Alkena yang gemas melihat cara makan Arunika. Jarang ia menemukan sifat Arunika yang seperti ini.

"Apasih Ken, Lo gak usah ngerusak mood gue" keluhnya yang merasa terganggu dengan acara makan cimolnya

"Habis ini mau kemana"

"Muterin kota kayaknya asik" ucap Arunika sambil menoleh ke arah Alkena.

Alkena tidak mengangguk tidak pula menggelengkan kepala tapi ia langsung menarik tangan Arunika menuju jok motornya lalu ia melepas jaket yang ia gunakan agar gadisnya itu tidak kedinginan.

"Pake aja udah malem, nanti kalau Lo sakit abis gue sama Abang Lo" kekehnya sambil memasangkan ke tubuh Arunika.

Malam ini Arunika tidak berhenti salah tingkah dengan segala sikap yang diberikan Alkena, ia merasa dunia kali ini berpihak padanya.
Setelah berkeliling

Sesampainya dirumah Arunika kaget melihat rumah yang seperti kapal pecah.
Sepi, namun berantakan tidak terkendali.  Arunika lalu beranjak ke kamar sang kakak untuk meminta penjelasan padanya.

"Bang, bang Gara dimana?"

"Kok rumah berantakan kayak gini?"

"Abang ini kenapa?"

Semua pertanyaannya yang dilontarkan hampir bahkan tidak ada yang mendapat respon

"Berisik Run diem dulu bisa kan" bukannya mendapat jawaban ia malah mendapat amukan dari sang kakak.

Arunika langsung diam, sambil menggelengkan kepalanya dan beranjak pergi dari sana.

Ia serasa seperti ditarik kembali pada kejadian mengerikan dahulu, rasa bahagianya saat bersama Alkena tadi seperti di paksa di rampas oleh dunia.

Ini yang sangat ia tidak suka dari bahagia.
Mungkin sebagian orang merasa bahwa bahagia itu keharusan, tapi kenapa saat bahagia itu datang padanya.

Ia melangkahkan kaki menuju ruang tamu membereskan semua barang-barang, menyapu pecahan kaca. Ia akan menunggu bang Gara tenang dahulu dan penjelasan dari bang Gara.

TERMODINAMIKA  | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang