6. ORANG GILA

145 14 3
                                    

Kini sekolah SMA atlaksa sudah sepi, hanya beberapa yang masih ada di sana termasuk delva..

Hari ini sangatlah melelahkan dari sebelumya, apakah karena efek pingsan atau karena sakit hati oleh cowok tidak tahu diri itu. entahlah delva hanya bisa menghela nafas panjang dan duduk di halte untuk menunggu kendaraan umum.

Saat sedang asyik-asyiknya melamun, ia di kagetkan dengan suara motor yang sangat kencang melewatinya. Lebih parahnya lagi motor itu melewati genangan air di depan nya membuat dirinya terkena cipratan air kotor hingga membuat seragamnya basah.

Delva langsung berlari ke tengah jalan dan meneriaki pengendara itu "WOY... Arggh kenapa sih hari ini gue sial Mulu"

Gadis itu membersihkan seragam nya dengan menepuk pelan "Ck mana gak ilang lagi, untung gak keliatan baj.. HEI SIALAN LO" Keempat pengendara motor tiba-tiba melewati delva begitu saja tanpa melihat keadaan gadis itu yang sudah kotor tidak tertolong.

Delva kembali duduk dan menunggu. Tiga puluh menit sudah tetapi tidak ada tanda-tanda akan datangnya kendaraan yang di tunggu membuat delva menjadi kesal. Yang menjadi lebih kesal adalah dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang di depanya membuat ia malu sendiri.

"Ni si Kenzo apa gak khawatir sama gue ya?" Gumamnya sendiri, rasanya ingin menangis saja tetapi tak urung ia memutuskan untuk pulang berjalan kaki, walaupun badannya masih merasa agak lemas.

"Gak ada nih yang mau nawarin gue buat nebeng" gumam nya pelan, ia masih menatap nanar pengendara motor yang berlalu lalang melewati dirinya. Sungguh gadis yang malang.

"Hai neng, mau nebeng sama Abang. Yuk lah"

Delva mengalihkan pandanganya ke arah lelaki yang berucap, ia memelototkan matanya saat tau lelaki di sampingnya ini adalah orang gila. Lihatlah pakainya dan orang itu membawa gerobak yang berisi boneka.

"Gak bang makasih" delva buru-buru berjalan dengan tidak santai.

Orang gila itu mengikutinya di belakang dengan terus tertawa. Memang dasar orang gila.

Gadis itu sudah panik saat ini, ia menggerakkan kedua kakinya untuk berlari tanpa arah. Tidak memikirkan dimana ia akan berarti asalkan selamat dari kejaran orang gila itu.

Semakin cepat delva berlari, semakin cepat pula kejaran di belakangnya. Mau minta tolong pun percuma, disini sangat sepi tidak ada orang seperti tempat tak berpenghuni.

"Bangke ni orang gila, WOY JANGAN NGEJAR GUE"

orang gila itu tetap tertawa sambil mendorong gerobaknya.

Ingin rasanya delva menangis disini, sangat tidak Etis sekali keadaanya. Selalu saja sial.

Tenaga delva kini sudah terkuras, rasanya ingin pingsan kedua kalinya.

Gadis itu berhenti dan memegang perutnya yang terasa sakit, ia menatap orang gila di belakangnya yang hanya beberapa langkah saja sudah berada di dekatnya, masih asik mengejar dirinya.

"Neng sini neng sama Abang, nebeng naik pesawat terbang"

"Hah.. gak bisa kabur lagi kan, mangkanya jangan pergi dari Abang" orang gila itu merentangkan kedua tangannya di depan delva membuat sang empu ketar-ketir.

"Hus minggat sana lo anjir, jangan ganggu gue. Gue gak punya dosa sama lo" gadis itu mengusir orang di depanya ini dengan mengibaskan tangannya seperti mengusir ayam.

Orang gila itu semakin mendekati delva membuatnya bergerak mundur untuk menghindar, ia sudah tidak bisa berlari lagi.

Dirinya semakin berjalan mundur tetapi kalah cepat dengan pergerakan orang di depanya ini, tiba-tiba saja ia di peluk dengan erat sampai sesak nafas.

"WEH ANJING LEPAS WOY, AA.. TOLONG"

BRUM..

Motor sport berhenti di samping mereka yang sedang asik berpelukan.

Perlahan-lahan helm full face yang di pakai terbuka. Delva segera mendorong dengan sekuat tenaga orang gila ini dan berlindung di balik tubuh yang masih berada di atas motor.

Orang gila itu berjalan cepat menuju ke gerobak nya dan mendorong dengan berlari terbirit-birit.

Cowok yang masih berada di atas motor memandang delva dari atas sampai bawah, satu kata yang terucap di mulutnya "gembel"

"Lo niat nolongin gak sih, kalo nolongin orang itu yang ikhlas. Pake segala ngatain gue gembel lagi. Emang tampang gue kaya gembel apah"

"Baju lo.. kotor, Daleman lo keliatan" ucapnya dengan santai tanpa beban dan itu membuat delva marah sekaligus malu. Sungguh ingin rasanya ia menghilang di hadapan cowok ini.

"Mesum lo" gadis itu segera menyilang kan kedua tangannya di depan dada guna menutupi bagian yang mungkin terlihat.

Cowok itu melepaskan jaket yang bertengger di bahunya dan segera ia sampirkan di bahu gadis itu.

"Pake nih buat nutupin aib lo"

Delva menerima dengan terpaksa "Lo sialan ya, baru ketemu tapi udah bikin gue naik darah"

"Ya turunin dong darahnya"

"Arrgg gak tau gue, budeg"

Cowok itu tersenyum tipis melihat kefrustrasi gadis di depanya ini "mau nebeng gue gak, atau sama orang gila tadi aja"

Delva menimang-nimang tawaran cowok itu "yaudah gue mau, tapi lo gak akan macem-macem sama gue kan?"

"Ngapain gue macem-macem sama lo, gak mutu banget. Lagian gue milih-milih juga kali ceweknya. Lo bukan tipe gue.. udah krempeng kur--" Gadis itu segera menjambak rambutnya sebelum ucapan penghinaan semakin berlanjut.

"AW.. anjing sakit bego"

"Mangkanya kalo ngomong di saring dulu, mentang-mentang ganteng lo bisa ngehina gue seenaknya aja" ujar delva dengan menggebu-gebu.

"Udah.. jadi gak nih nganterin gue---" lanjutnya dengan nada ketus.

"Gak jadi deh, lo mengerikan"

****

Delva bergerak tidak nyaman di atas motor yang sedang berjalan itu.

"Lo bisa diem gak sih" ucap cowok bername tag Alvaro itu

"Ih.. gue gak enak duduk nungging begini, ini boncengannya bisa di turunin gak sih?"

"Ribet banget lo jadi cewek, emang sepeda apa bisa di turunin"

"Terus gimana? Lo kalo bawa motor pelanan dikit dong"

"Lo jadi cewek crewet banget yah, mau gue turunin di sini" ancam Alvaro dengan memelankan kendaraanya.

"Jangan lah, gak kasian lo dengan gue ini yang udah kaya gembel" ucap delva prihatin dengan wajah di buat sememelas mungkin.

"Akhirnya lo ngaku juga" ucapnya sambil terkekeh kecil membuat gadis di belakanganya melotot lebar.

"Sialan lo" ujar delva dengan menggeplak helm full face alvaro sehingga membuat motor itu sedikit oleng.

"Lo brisik, kalo kita sampe jatoh tadi gimana hah?!" Bentak Alvaro, ia di buat jantungan tadi oleh gadis bar-bar di belakangnya.

"Ya takdir dong, takdir sehidup semati kita"

"Gila emang"

ALVARO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang