Chapter 1 DiBully

3 1 0
                                    

Di pagi hari yang cerah Surya keluar dari rumahnya untuk berangkatnya sekolah "Bibi aku berangkat dulu ya" Kata Surya, "Iya Surya hati - hati ya.... " Kata Bibi Mayang, Bibi Mayang adalah pengasuh Surya dari dulu hingga sekarang, setelah berpamitan Surya pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sampai ke jalan raya, karena letak rumahnya yang jauh menyebabkan ia harus naik angkot ditambah Orang tuanya juga tidak bisa mengantarnya ke sekolah karena keduanya sibuk bekerja dari pagi buta sampai malam. Selama perjalanan Surya sempat menatap langit yang dipenuhi oleh awan - awan yang bertebaran bagai kapas, "Hari cukup banyak awan, sepertinya akan segera mendung" kata Surya, setelah beberapa lama menunggu sebuah angkot melintas, Surya pun melambaikan tangannya ke arah angkot itu, dengan segera angkot itu pun menepi, "Bang anterin saya ke sekolah SMP Mekar Sari ya" kata Surya, "Ok ayo naik" kata si Abang, Surya pun naik dibelakang kemudian mobil angkot pun melihat membelah jalan.

Setelah lamanya perjalanan Surya pun sampai di SMP Mekar Sari, setelah memberikan ongkos Surya segera berjalan masuk ke dalam, di lorong kelas saat Surya sedang berjalan tiba - tiba BUUK!!! Surya disenggol hingga terjatuh "Aw...!" rintihnya, "Heh! Kalau jalan pake mata dong!" kata anak yang menyenggol Surya, ia lalu pergi bersama meninggalkan Surya yang masih terduduk, anak yang menyenggol Surya tak lain dan tak bukan adalah Danu, anak yang selalu bertingkah seperti preman, ia tidak sendiri ia mempunyai geng tapi hari Surya melihatnya sendirian, namun itu bukan urusannya, Surya pun bangkit dan berjalan ke kelasnya.

Sesampainya dikelas, Surya melihat sudah banyak yang datang, Surya lalu berjalan ke tempat duduknya namun tiba - tiba ia tersandung sesuatu hingga terjatuh, teman - teman nya yang melihat itu pun langsung menertawainya, Surya lalu bangkit dan langsung duduknya di tempat nya dengan perasaan malu. Bel pelajaran pun berbunyi dan Pak Hendra guru Matematika pun datang,
"Assalamu'alaikum anak - anak" Salam Pak Hendra,
"Waalaikumsalam Pak" jawab anak - anak kelas 8a.
"Ok hari kita latihan, buka buku paket halaman 12 kerjakan dengan sungguh - sungguh" Kata Pak Hendra.
"Baik pak" Kata anak - anak kelas 8a.

Setelah semuanya mengerjakan tugas itu, Pak Hendra meminta Meyfa untuk mengumpulkan semua hasil tugas tersebut untuk dinilai oleh beliau. Pak Hendra pun menilai Satu persatu tugas mereka. Usai dinilai Satu persatu murid dipanggil ke depan untuk me ngambil buku mereka.

Kemudian tibalah giliran Surya dipanggil ke depan,

"Jawaban kamu masih banyak yang salah, jadi belajar lebih giat lagi ya.... " Kata Pak Hendra sambil menyodorkan buku milik Surya,
"Baik pak" Kaya Surya sambil tersenyum setelah itu ia pun kembali ke tempat duduknya.

Saat jam istirahat, Surya sedang memakan bekalnya dikelas, kemudian Marshall datang menghampirinya,

"Heh Surya, nilai matematika lo kecil ya?" tanya Marshall,

Mendengar itu Surya nanya terdiam saja, lalu Marshall melanjutkan kata - katanya.

"Hahaha.... Gimana lo mau jadi astronom kalo nilai matematika lo aja kecil, mendingan lo nyerah aja deh, percuma orang matematikanya body kayak lo tuh gak pantes jadi astronom" Kata Marshall. Setelah berkata begitu Marshall pun pergi meninggalkan Surya.

Surya hanya terdiam, mendengar perkataan itu seakan menusuk hatinya, Surya melanjutkan memakan bekalnya dengan perasaan sedih.

Ketika Surya hendak ke kamar Mandi ia berpapasan dengan Danu dan teman - temannya, kemudian Danu langsung mendorong Surya ke tembok dan meminta paksa uang Surya, namun Surya menolaknya hingga akhirnya Danu dan teman - temannya memukuli Surya dan mengambil paksa uang Surya.

Usai mengambil uang Surya, Danu dan teman - temannya meninggalkan Surya yang sudah babak belur, Surya hanya bisa pasrah uangnya diambil ia pun bangkit dan berjalan ke kamar Mandi.

Sesudah dari kamar mandi saat ia berjalan menuju kelas seseorang memanggilnya "Surya!" Surya menengok ke belakang ternyata itu adalah Erina, ia lalu mendekati Surya

'Kamu mau kemana?" tanyanya

"Aku mau ke kelas" jawab Surya, namun saat ia hendak beranjak pergi

"Tunggu dulu" kata Erina sambil menarik lengan seragam Surya, ia lalu melihat wajah Surya yang agak memar "Wajahmu kenapa?" tanya Erina.

Tapi Surya hanya diam saja, kemudian Erina berjalan sambil menarik lengannya "He..hei1 kita mau kemana?" tanya Surya, "Ke Ruang UKS" jawab Erina.

Diruang UKS Erina mengambil air panas dan handuk kecil, "duduk disini" kata Erina, Surya pun duduk disebuah kursi, Erina lalu merendam sedikit handuk tersebut setelah itu mengompres perlahan memar dipipi surya. Erina merupakan petugas PMR sehingga ia sudah sudah tau beberapa cara mengobati luka.

"Aw..! sakit..." kata Surya.

"Iya maaf, ini juga pelan – pelan kok" kata Erina.

"Kamu kenapa bisa memar gini?" tanya Erina, namun Surya hanya diam saja

Erina bertanya lagi sambil menatap matanya, "Jangan takut kamu jawab aja, kenapa bisa memar begini?"

Surya pun menjawab "Danu dan teman – temannya mengambil uangku lalu memukuliku"

Erina terkejut, "Anak itu lagi!"

"Jangan kasih tahu guru ya... aku gak mau jadi panjang masalahnya" kata Surya.

"Gak bisa, ini sudah termasuk pembulian fisik" kata Erina kesal.

Surya pun hanya diam, Erina pun melanjutkan mengobati memarnya.

Saat jam pulang sekolah semua anak berhamburan keluar sekolah termasuk Surya, namun ia bingung untuk pulang ke rumah ia harus naik apa karena uangnya tadi sudah palak oleh Danu dan teman - temannya, akhirnya ia tidak punya pilihan lain selain berjalan kaki untuk pulang, namun didepan gerbang sekolah ia bertemu Erina lagi.

"Pulang bareng yuk!" ajak Erina,

"Tapi aku gak ada uang" kata Surya,

"Aku bayarin kok tenang aja" Kata Erina sambil tersenyum.

Surya pun pulang bersama dengan Erina, siang itu turun huja cukup deras tapi untungnya mereka sudah berada didalam Angkot, Surya menatap keluar melihat rintik hujan yang semakin deras ia mengingat kejadian – kejadian yang terjadi hari ini dari diejek Marshall sampai dipalak Danu, namun lamunannya buyar saat rambut erina tiba – tiba mengenai sedikit dimatanya, ia menoleh ke arah Erina yang rambutnya bergoyang – goyang ditiup kencang angin, dalam hati ia bersyukur seburuk – buruknya hari ini ada Erina yang menjadi satu – satunya temannya.

Sesampainya dirumah, ia turun dari Angkot, "Aku duluan ya, makasih..." ucapnya, "Sama – sama" balasnya sambil tersenyum. Angkot itu lalu pergi meninggalkan surya sendiri, ia lalu membuka pintu rumahnya, "Assalamu'alaikum...." Namun tak ada jawaban karena kedua orangtuanya belum pulang dari tempat kerjanya, Surya hanya menghela nafas panjang lalu pergi ke kamarnya.

Didalam kamar, Surya menangis dikasurnya "Kenapa hidupku seperti ini....!" Katanya, Surya teringat dengan perkataan Marshall yang selalu membullynya nyaris setiap hari, ditambah uangnya yang terkadang dipalak oleh Danu and the gang, Surya tidak bisa berbuat apa - apa ia hanya bisa untuk bersabar saja, ia berharap bisa meraih cita - citanya menjadi ahli astronomi.    

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang