Ch 2 - Second Meeting

338 37 5
                                    

"Time flies, but memories last forever."

.
.
.

Bagi Zhan, keterpurukan yang dia alami 5 tahun yang lalu menjadi pelajaran, pilar dan pengingat bagi dirinya saat ini. 5 tahun yang lalu, ia hampir kehilangan penglihatannya secara permanen. Tubuhnya pun tidak sanggup menahan rasa sakit yang kerap menggerogoti matanya. Satu-satunya teman setia baginya adalah ibuprofen. Bukankah itu menyedihkan?

Mungkin salahnya karena tidak terlalu memperhatikan kesehatan matanya dahulu. Dulu ia berpikir, sebelum penyakitnya terdiagnosa, bahwa ia hanya mengalami penurunan kualitas penglihatan. Kau tahu, seperti rabun jauh, rabun dekat dan silindris. Huh. Jenaka. Ternyata ada parasit di matanya.

Tidak banyak orang yang familiar dengan penyakitnya. Ia menderita penyakit cacing mata. Tapi tentu saja, untuk sampai pada diagnosa tersebut, butuh berbulan-bulan. Kenapa? Oh tentu saja karena dokter tidak bisa menemukan penyebab rasa sakitnya.

"Kamu kurang istirahat," kata dokter. Padahal ia tidur selama 8 jam setiap harinya.

"Kamu terlalu banyak melihat layar gawai," kata dokter. Padahal ia membatasi screen time-nya dengan menggunakan aplikasi pengingat.

"Kamu terlalu sering menggesek matamu, itu akan membuatnya iritasi," kata dokter. Iritasi mana yang akan bertahan selama berminggu-minggu dan bahkan membuatnya merasa seperti ada yang mengganjal dimatanya?

"Kita pakai obat tetes mata dulu," kata dokter. Seakan ia tidak mencoba cara itu terlebih dahulu sebelum akhirnya pergi berobat.

"Oh, rasa gatal itu mungkin karena alergi makanan," kata dokter. Ia bahkan tidak punya alergi terhadap apapun.

"Mungkin tubuhmu nyeri dan mudah lelah karena terlalu memaksakan aktivitas. Lebih baik mencoba relaksasi atau istirahat yang cukup," kata dokter.

Hah...

Jujur saja. Semua perkataan dokter itu tidak ada yang masuk akal. Mereka bahkan tidak mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengannya. Frustasi sudah menjadi makanan sehari-harinya karena ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan donor darah. Beberapa hari setelah ia donor darah, ia mendapatkan pesan masuk dari bank darah yang menyatakan bahwa dalam darahnya terdeteksi jumlah leukosit* yang meningkat diatas batas normal dan menyarankan agar ia melakukan pengecekan darah. Melalui pengecekan darah, ditemukan bahwa kadar eosinofilnya* sangat tinggi. Setelah dilakukan blood smear*, diketahui bahwa tubuhnya sudah terinfeksi dengan nematoda* yang tentu sudah berpindah-pindah dan menggerogoti tubuhnya dari dalam. Akhirnya ia mengerti kenapa tubuhnya terkadang mengalami 'tumor' yang muncul tiba-tiba tetapi hilang dalam waktu seminggu. Pantas saja tes parasit yang dilakukan melalui feses pun tidak menunjukkan hasil. Karena, berdasarkan penjelasan dokter, nematoda yang satu ini tidak keluar melalui feses inangnya.

Talk about his luck, eh..

Mengetahui penyakitnya akhirnya terdiagnosa, tentu saja ia merasa sedikit lega. Setidaknya kali ini ia akan mendapatkan obat yang tepat dan bukan hanya ibuprofen serta 'istirahat yang cukup'. Dikarenakan kondisinya yang sudah cukup serius, terutama dengan hasil tes darah yang cukup mengkhawatirkan, ia harus meminum dosis tinggi diethylcarbamazine sampai seluruh parasit ditubuhnya mati serta operasi pengangkatan cacing dalam matanya.

Setelah ia dinyatakan sembuh sepenuhnya, akhirnya ia bisa bernapas lega. Ia berjengit ketika melihat kondisi tubuhnya yang sangat... Ah, bahkan ia tidak tahu harus mendeskripsikannya seperti apa. Tulang rusuknya terlihat dari balik kulitnya, wajahnya pun terlihat sangat cekung dan pucat pasi.

Not a Disney Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang