"My weaknesses have always been food and men – in that order."
.
.
.Zhan melangkahkan kakinya, mengikuti arah yang ditunjukkan oleh aplikasi peta dalam ponselnya. Dari kejauhan, ia bisa melihat bentuk dari restoran kecil yang berada di ujung gang. Ia mengeluarkan tripod, memasang ponselnya dan mulai merekam.
"Hai! Saat ini aku berada di salah satu gang kecil di pinggiran kota. Aku menemukan sebuah restoran kecil yang terlihat sangat nyaman. Aku akan segera mencoba makanannya. Aku tidak sabar! Akan ku tunjukkan nanti betapa bagusnya konsep restoran ini. Desain dalam dan luar restoran ini yang membuatku langsung jatuh hati! Kalian pasti akan menyukainya!"
Selesai merekam dialog itu, Zhan mengunci ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. Kenapa tas? Karena ia terlalu malas untuk melepas ponselnya dari tripod. Ia melangkah santai ke arah restoran itu. Seperti yang ia lihat minggu lalu, restoran ini tetap terlihat sepi. Mungkin pihak manajemennya sengaja menerapkan konsep ini agar restorannya tetap terasa nyaman. Tapi Zhan pun tidak tahu, ia hanya menduga-duga.
Saat ia menapakkan kaki ke teras restoran, aroma segar dari tumbuhan menyapa indera penciumannya. Ia merasa seakan sedang duduk di tengah hutan. Ia membuka pintu dan langsung disambut oleh seorang pramusaji.
"Selamat datang, perkenalkan saya Yu Bin. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pramusaji itu ramah.
Zhan tersenyum dan mengangguk, "Hai. Aku ingin membuat konten tentang restoran ini, apakah boleh?"
"Oh, ini pertama kalinya ada seseorang yang ingin membuat konten di restoran ini. Tunggu sebentar, akan saya tanyakan pada manajer. Sambil menunggu, mari saya antarkan ke tempat duduk anda," ujar Yu Bin.
"Terima kasih, Yu Bin. Omong-omong, apakah restoran ini memang selalu sepi?" tanya Zhan penasaran.
"Oh, tidak. Sebenarnya ini merupakan salah satu kebijakan manajer. Konsep dari restoran ini bertujuan untuk memberikan ketenangan bagi pengunjungnya. Sehingga jika seluruh meja sudah terisi, maka kami akan memasukkan pengunjung selanjutnya ke dalam waiting list," jelas Yu Bin sambil berjalan menuju bagian belakang restoran.
Zhan yang sedari tadi memperhatikan penjelasan Yu Bin akhirnya tersadar dengan pemandangan yang ada di depannya. Dihadapannya terdapat pintu geser yang terbuat sepenuhnya dari kaca. Namun yang menarik perhatiannya adalah pemandangan dibalik pintu kaca tersebut. Hanya ada dua meja yang terletak di teras belakang restoran ini. Teras belakang restoran ini berbentuk huruf T dengan dua meja berada di kedua sisi dan pemandangan kolam yang asri. Seluruh sisi teras dipagari dengan pagar kayu berwarna coklat yang dihiasi dengan tumbuhan merambat. Yu Bin membawa Zhan ke salah satu meja dan mempersilahkannya duduk. Zhan sendiri masih terpukau dengan pemandangan restoran ini.
"Anda ingin memesan sesuatu?" tanya Yu Bin.
Pertanyaan ini membangunkan Zhan dari lamunannya, "Apa ada menu khusus untuk hari ini?"
"Ah, kebetulan hari ini adalah special menu day. Untuk menu hari ini, terdiri dari three course meal dengan Classic Bruschetta with Sicilia Grillo Superiore Gazzerotta, Roasted Spigola-Anguilla served with tomato, olive and sided with shreds of cheese with Sauvignon Blanc dan Crème Brûleé topped with coffee toffee ice cream."
"Mhm, terdengar lezat. Baiklah, aku pesan itu."
"Baik, akan segera datang," ujar Yu Bin sebelum ia pamit dengan senyuman.
Zhan beranjak dari tempat duduknya, berjalan menuju jembatan yang mengarah ke tengah kolam. Kolam ini sendiri dihiasi dengan bunga teratai dan kebetulan beberapa bunga sedang mekar. Pun sesekali terlihat ikan koi berenang di permukaan air. Zhan bersandar ke pagar, tangannya memangku kepala sembari matanya menikmati keindahan. Entah kenapa berada di jembatan ini mengingatkannya pada Wang Yibo, pria tanpa wajah yang suaranya masih terngiang di kepalanya. Kira-kira di mana pria itu ya? Ia penasaran bagaimana wajah seseorang yang telah menyelamatkannya.
Zhan berjalan kembali ke tempat duduknya. Tak lama kemudian, Yu Bin datang membawa hidangan pembuka. Aromanya sangat nikmat, asap tipis pun masih mengepul dari makanannya.
"Terima kasih, Yu Bin," ujar Zhan sambil tersenyum.
"Sama-sama. Terkait permintaan anda sebelumnya, tadi saya telah bertanya kepada manajer. Manajer mengatakan bahwa anda bebas untuk membuat konten tentang restoran kami," jelasnya.
"Ah, begitukah? Terima kasih banyak, Yu Bin."
Yu Bin mengangguk, "Baiklah, saya akan meninggalkan anda agar anda dapat menikmati makanan pembukanya. Nanti saya akan kembali untuk membawa hidangan utama." Yu Bin pun melangkah pergi, kembali menuju posnya yang berada di dekat pintu masuk.
Zhan mengambil foto makanan tersebut sebelum mulai memakannya. Dalam gigitan pertama saja, ia dapat merasakan rasa asam manis dari tomat, sedikit rasa pedas dari bawang putih dan cabe serta sedikit rasa mint dari daun basil. Aromanya sangat kental dengan bumbu herbal. Rotinya pun baru dipanggang, sehingga masih sangat lembut namun tetap renyah. Dibalik rasanya yang sangat nikmat, pilihan wine yang dipasangkan dengan menu ini pun sangat cocok. Wine-nya sendiri beraroma buah-buahan. Rasanya yang sedikit asam berpadu dengan bruschetta segar memberikan kombinasi yang pas. Lidahnya dimanjakan oleh menu pembuka ini. Ia tidak sabar untuk menunggu menu utama. Ekspektasinya terhadap menu of the day meningkat drastis akibat appetizer.
'Tapi entah kenapa, aku seakan pernah merasakan masakan ini sebelumnya...'
Tak selang berapa lama, menu utama pun dihidangkan. Ikan dan belut, kombinasi yang menarik dan tidak biasa. Setelah mengambil foto, Zhan menekan ikannya menggunakan pisau dan mendapati bahwa ikannya sangat empuk. Zhan tersenyum puas. Ia tidak terlalu menyukai ikan yang kering dan menu ini sudah memenuhi standar pertama dan utamanya. Zhan terlebih dahulu mencoba masing-masing elemen dari masakan ini. Rasa dan bumbunya pas, tidak terlalu pekat namun tidak terlalu hambar. Ketika ia mencoba keseluruhan makanan tersebut dalam satu suapan, disitu ia tersadar bahwa kombinasi dari elemen makanan ini saling melengkapi satu sama lain, sangat gurih.
Zhan tersenyum, mengagumi karya dari koki restoran ini. Kombinasi yang unik namun dengan rasa yang saling melengkapi, tidak mudah untuk membuat menu demikian. Dengan perpaduan Sauvignon Blanc, ia bahkan kehilangan kata-kata. Sejauh ini, ia sangat menikmati makanan restoran ini. Ditambah dengan angin sepoi-sepoi dan kicauan burung yang sesekali terdengar, ia merasa sangat tenang.
'Konsep yang sangat menarik. Restoran ini memang jadi terlihat sepi pelanggan. Namun kualitas dan pengalaman pelanggan saat berada di restoran ini dapat dijamin, terutama bagi pelanggan yang benar-benar menginginkan ketenangan,' pujinya.
Yu Bin kembali datang membawa pesanan terakhirnya, desert. Biasanya menu ini akan disajikan terpisah. Namun lagi-lagi, koki restoran ini dengan apik menggabungkan kedua menu ini. Es krimnya tidak terlalu manis, sehingga tidak menutupi rasa dari crème brûleé. Custard-nya terasa lembut dan ringan dimulut. Aroma vanilla dalam kustarnya pun tidak terlalu mendominasi namun tetap terasa. Sehingga, ketika dimakan bersama karamel dan es krim dengan rasa kopi yang kental, rasa lembut dari kustar berpadu dengan sangat apik hingga menggelitik indera perasanya. Dan sepertinya, ada sedikit rasa mint dalam es krimnya. Menarik, ide yang sangat menarik.
Zhan sangat senang dan merasa puas dengan pengalamannya di restoran ini. Pelayanan yang baik, lokasi yang apik, konsep manajemen yang mumpuni dan tentu saja makanan yang sangat enak. Zhan kemudian mengangkat tangannya, memberikan sinyal pada Yu Bin. Ketika Yu Bin datang, Zhan menyampaikan niatnya untuk bertemu dengan koki hari ini. Yu Bin mengangguk dan kemudian berlalu. Tak berapa lama kemudian, seorang pria tampan dalam balutan busana putih khas seorang koki berjalan menghampirinya.
'Ah... Bukankah ini pria yang kulihat minggu lalu?' batinnya.
Jujur, Zhan masih teringat dengan paras tampan pria yang minggu lalu berpapasan dengannya. Dan itu merupakan suatu 'keajaiban'. Karena Zhan sangat jarang mengingat wajah seseorang yang hanya sekedar berpapasan dengannya tanpa pernah bertukar kata.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang koki sambil tersenyum kecil.
DEG!
'Suara ini...'
Zhan tertegun. Ia sangat mengingat suara ini. Suara pria yang telah menyelamatkannya 5 tahun yang lalu. Wang Yibo. Ini suara Wang Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Disney Love Story
RomanceYibo melihat sekelilingnya. ... ... Siapa sangka niat baiknya menolong seseorang akan berakhir seperti ini.