"Our willingness to own and engage with our vulnerability determines the depth of our courage and the clarity of our purpose."
.
.
.
"Kerja bagus, semuanya!" ujar Song Jiyang sambil bertepuk tangan.
Yu Bin, Ziyi, Yibo, Xuan Lu, Haikuan dan Fanxing bertepuk tangan sambil menghela napas. Mereka bersyukur, akhirnya pekerjaan hari ini selesai. Hari ini lebih ramai dari biasanya, terutama pada malam hari. Sejak pagi, tiada meja yang tidak diduduki oleh tamu.
"Sebelum kita pulang, seperti biasa, kita akan membersihkan restoran. Walaupun sebenarnya tidak ada yang terlalu perlu dibersihkan. Mungkin hanya menyapu dan mengepel saja untuk hari ini. Yibo, bagaimana dengan dapur?"
"Sebagian piring dan peralatan masak sudah dicuci. Jiyang, apa kau tidak berencana untuk mempekerjakan seseorang untuk bertanggung jawab membersihkan restoran?" usul Yibo entah untuk ke berapa kali sejak ia bekerja di restoran ini 6 tahun yang lalu.
"Yibo, kau jelas tahu bahwa aku sudah pernah mempekerjakan seseorang untuk itu. Bukannya kalian yang akhirnya tidak nyaman dengan keberadaannya karena ia tidak bekerja sesuai dengan ekspektasi kalian?" ujar Jiyang sambil tersenyum.
"Dia tidak bisa mencuci alat masak dengan bersih. Tentu saja aku marah padanya. Alat masak yang tidak bersih akan berpengaruh ke rasa masakan, Jiyang!" keluh Yibo.
"Benar sekali. Dia bahkan tidak membersihkan peralatan masak dengan baik. Berulang kali aku menemukan bekas kerak di spatula!" sambung Haikuan.
"Belum lagi dia juga berantakan. Bukannya dapur semakin bersih, yang ada malah lantai menjadi becek karena ia menumpahkan air dan bahkan kaldu!" timpal Fanxing.
"Tidak hanya itu, ia bahkan tidak bisa memilih bunga yang cocok untuk meja sesuai dengan musimnya," lanjut Yu Bin.
"Lalu dia juga tidak bisa memilih serta memasang alas meja. Dia bahkan menyapu ketika tamu sedang makan! Benar-benar gila!" ujar Ziyi.
"Dia menghilangkan pena, kertas dan bahkan salah meletakkan mesin debit hingga aku harus meminta tamu untuk melakukan transfer melalui mobile banking ke rekeningku karena mereka tidak membawa uang tunai," tutup Xuan Lu.
"Nah. Kalian sudah tahu resikonya tapi tetap ingin aku mempekerjakan orang lain?"
Semuanya terdiam.
"Baiklah. Kalau begitu, silahkan bekerja sesuai posnya masing-masing. Seperti biasa, yang sudah selesai membersihkan bagiannya, silahkan membantu yang belum selesai agar kita bisa pulang bersama setelah menutup restoran!" perintah Jiyang. "Nah! Ayo mulai!"
Mereka bubar dan mulai membersihkan restoran. Di dapur, Yibo, Haikuan dan Fanxing sibuk menggosok seluruh peralatan masak hingga bersih sembari membiarkan peralatan makan direndam dalam air sabun agar lebih mudah dibersihkan. Yu Bin dan Ziyi sibuk mengganti bunga vas dan alas meja yang sudah kotor. Xuan Lu membersihkan meja kasir setelah melaporkan pemasukan kepada Jiyang. Sedangkan Jiyang sibuk membuat laporan keuangan dan performa hari ini.
Selesai mereka membersihkan restoran, mereka berkumpul kembali untuk memastikan semuanya sudah selesai dan mencatat apa yang dibutuhkan untuk besok. Saat itulah Xuan Lu datang membawa tas yang dititipkan oleh Zhan.
"Apa itu, Lulu?" tanya Jiyang.
"Ah, ini? Ini titipan dari Zhanzhan. Tadi dia datang dan menitipkan bingkisan ini padaku untuk diberikan pada kalian," balas Xuan Lu.
"Wah, dalam rangka apa Zhan memberikan ini?" tanya Ziyi penasaran.
"Dia bilang dia tidak bisa tidur dan akhirnya membuat ini," ujar Xuan Lu sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Disney Love Story
RomanceYibo melihat sekelilingnya. ... ... Siapa sangka niat baiknya menolong seseorang akan berakhir seperti ini.