"The only one that fits with the word forever is you."
.
.
.
Sore itu, Zhan dan Yibo duduk di tepi danau tempat pertama kali mereka bertemu. Zhan membangun sebuah gazebo di tepi danau agar ia dan Yibo bisa menikmati pemandangan. Gazebo itu dibangun dengan atap yang lebar agar mereka aman dari hujan. Selain itu, Zhan memasang tirai dan kelambu sehingga mereka bisa terhindar dari nyamuk.
Saat itu Zhan dan Yibo sedang bercerita tentang hubungan mereka sebelumnya. Bagi mereka, komunikasi itu sangat penting. Melalui komunikasi, mereka dapat lebih mengerti bagaimana kepribadian mereka yang sebenarnya. Selama 3 bulan pacaran, mereka menyadari bahwa hanya dengan komunikasi yang baik baru mereka dapat menyelesaikan masalah tanpa harus membiarkannya berlarut-larut.
"Aku pernah menyukai seseorang sebelumnya. Tapi sepertinya yang aku sukai adalah gambaran idealku tentang orang tersebut berdasarkan waktu singkat yang kami habiskan," ujar Zhan.
"Lalu, apa kalian akhirnya menjalin hubungan?" tanya Yibo penasaran.
"Tidak. Aku mencarinya selama bertahun-tahun. Bahkan sengaja mencari melalui berbagai media sosial dan aplikasi kencan. Aku menemukan orang-orang dengan nama yang sama, namun aku tidak pernah menemukannya. Tetapi aku masih tetap menyukainya," jelas Zhan.
"Jadi, apa kau sekarang masih menyukainya?"
"Tidak. Aku telah berhenti menyukai 'dia' yang aku bentuk dalam pikiranku. Aku telah bertemu dengannya sekarang. Dan jujur, aku jatuh hati pada dirinya yang ku kenal sekarang," balas Zhan sambil tersenyum lembut.
"Apa dia yang kau temui sekarang lebih sesuai dengan kriteriamu?" tanya Yibo dengan nada tidak enak.
"Bukan karena itu. Aku jatuh hati padanya karena ternyata dia yang ku temui sekarang adalah pribadi yang jauh lebih menarik dibandingkan dia yang selama ini hidup dalam pikiran dan memoriku. Dia yang aku kenal sekarang, merupakan seseorang yang hebat, berdedikasi, bertalenta, pengertian dan benar-benar baik hati. Tentu, dia memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh 'dia' yang aku simpan dalam kepalaku. Seperti lonjakan emosi yang tidak terduga serta bagaimana ia mengekspresikan emosi tersebut. Namun hal itu yang membuatnya jauh lebih menarik. Karena aku sadar, aku menyukai seorang manusia dengan pribadi yang kompleks, bukan seorang robot atau gambar animasi yang kepribadiannya bisa ditebak."
'Bisa-bisanya dia membicarakan bahwa ia menyukai orang lain saat sedang bersama denganku. Dasar pacar sialan!' pikir Yibo.
"Kau sepertinya sangat menyukainya, Zhan. Lalu, kenapa kau tidak mendekatinya?" tanya Yibo dengan nada yang sedikit ketus.
Zhan tersenyum lebar dan memandang Yibo lamat-lamat, "Aku bahkan sedang berbicara dan menikmati waktuku dengannya sekarang."
Yibo terdiam. Memandang mata Zhan dengan lekat, mencoba mencari kebohongan ataupun candaan dari tatapan pria yang duduk di sampingnya. Namun yang ia temukan hanya kehangatan.
"Jadi..."
"Iya. Aku sangat menyukaimu, Yibo. Sangat menyukaimu sampai-sampai aku tidak bisa menemukan kata-kata selain 'aku menyukaimu' untuk mengungkapkannya. Oh, ada kata yang lebih tepat. Aku menyayangimu, Yibo."
Zhan perlahan menggenggam tangan Yibo, mengelus punggung tangannya dengan jemari. Yibo masih memandang dengan tatapan tidak percaya.
"Aku benar-benar menyayangimu. Sekitar 6 tahun yang lalu, saat kau menyelamatkanku dari danau ini, aku benar-benar sangat berterima kasih padamu. Bukan karena menyelamatkanku dari danau, karena aku sejatinya bisa berenang. Tapi tentu, aku sangat berterima kasih karena kau menyelamatkanku dari danau. Namun, yang paling utama adalah karena kau telah menyelamatkanku dari diriku sendiri. Aku selalu mengingatmu dalam benakku. Walau aku tidak tahu bagaimana rupamu saat itu, namun suaramu tetap terngiang dalam kepalaku, seakan-akan kaubenar-benar berada bersamaku seperti saat itu. Kau menyelamatkanku dari diriku sendiri," ujar Zhan dengan lembut.
"Dan ternyata, ketika aku akhirnya memiliki kesempatan untuk mengenalmu sebagaimana dirimu yang sebenarnya, aku semakin menyukaimu. Sangat menyukaimu hingga akhirnya aku benar-benar menyayangimu. Kau bukan lagi suara tanpa wajah dalam pikiranku, melainkan telah menjadi seseorang yang dapat aku syukuri keberadaannya setiap hari. Aku sangat bersyukur karena aku dapat melihat dan berbicara denganmu. Aku bersyukur karena banyak hal. Tetapi akhir-akhir ini, kau adalah alasan utamaku untuk bersyukur karena aku masih tetap bisa terbangun dipagi hari," lanjutnya.
"Jika di dunia ini ada pasangan jiwa, mungkin aku dan kau belum tentu pasangan jiwa satu sama lain. Tapi satu yang aku tahu dan akan selalu aku yakini, aku bersamamu saat ini karena kita memilih untuk bersama. Dan pilihan adalah suatu hal yang kita putuskan dengan sadar. Menurutku, memilih untuk bersama jauh lebih kuat jika dibandingkan menjadi 'pasangan jiwa'. Karena dengan memilih untuk bersama seseorang, apapun halangannya, kita pasti dapat berkomitmen untuk tetap bersama dalam menghadapinya. Jika pasangan jiwa langsung mengerti satu sama lain tanpa perlu berbicara, menurutku 'kita' jauh lebih sehat dari pasangan jiwa. Karena komunikasi adalah kunci segala hal, terutama hubungan yang baik. Dan itu alasannya kenapa aku harus bertanya padamu tentang sesuatu yang lain."
Zhan berdiri dari tempat duduknya di samping Yibo. Ia berpindah ke hadapan Yibo dan berlutut dengan satu kaki. Yibo yang masih mencerna ucapan Zhan hanya bisa mengikuti Zhan dengan matanya. Saat ia menyadari apa yang Zhan lakukan, Yibo menutup mulut dengan tangannya. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya.
Zhan mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Ia membuka kotak tersebut dan menunjukkannya kepada Yibo.
"Yibo, will you marry me and spend our lifetime together, in happiness and in sadness, in health and sickness, until death do us part?"
Air mata Yibo semakin deras. Suara tangisan tertahan terdengar dari balik tangannya. Yibo mengangguk berulang kali, "Yes! A hundred times, yes!" dan langsung memeluk Zhan yang masih berlutut dihadapannya.
Saat tangisan Yibo reda, Zhan mendorong pelan tubuh Yibo. Yibo memperhatikan kotak cincin yang ada dihadapannya. Didalamnya terdapat dua buah tempat cincin namun hanya ada 1 cincin.
"Zhan, mana cincinmu?" tanya Yibo sambil menyeka air matanya.
"Kau selalu melihatnya, Yibo," ujar Zhan tersenyum. Zhan mengeluarkan kalung panjang dari balik kemejanya. Yibo melihat sebuah cincin tergantung bagaikan liontin.
"Kau sudah memakai kalung ini sejak 1 bulan yang lalu..." ujar Yibo bingung.
"Aku membeli ini saat aku yakin bahwa aku benar-benar menyukaimu. Sangat menyukaimu hingga kepada titik di mana aku tidak bisa untuk tidak memikirkanmu dalam sehari. Sangat menyayangimu hingga kepada titik di mana kau orang pertama yang aku syukuri di pagi hari. Saat itu aku sadar, aku telah menentukan pilihan hatiku. Itulah kenapa aku langsung membeli cincin ini dan memakainya," balas Zhan.
"Yibo, aku telah menjadi milikmu bahkan sebelum kau mengatakan iya. Aku tidak bisa melihat hidupku dengan orang lain selain dirimu, Yibo."
Yibo semakin terisak, "Cepat pakaikan cincinnya, Zhan bodoh! Lihat betapa bengkak mataku sekarang!"
Zhan tertawa lepas sebelum memakaikan cincin ke jari manis Yibo. Setelah cincinnya tersemat dengan rapi, Zhan memandang Yibo dengan tatapan penuh cinta dan senyum bahagia. Melihat wajah Zhan yang sangat bahagia, Yibo langsung menangkup kepala Zhan dan mencium bibirnya dengan penuh cinta. Zhan melingkarkan tangannya pada bahu Yibo, membalas ciuman itu dengan seluruh perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Disney Love Story
RomanceYibo melihat sekelilingnya. ... ... Siapa sangka niat baiknya menolong seseorang akan berakhir seperti ini.