1

312 23 0
                                    

(ANAK YANG DIBERKATI)

Anak yang diberkati oleh Dewi Hera. Sang istri Dewa Zeus. Siapa pun yang mendapat berkat tersebut, maka tak perlu diragukan lagi karena 'Anak' tersebut memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin di Negeri ini. Konon katanya Sang Dewi sangat jarang memberkati seorang anak manusia dikarenakan sifat angkuh dan sombong yang dimilikinya, tidak seperti Dewa-dewi lain yang setiap 100 tahun sekali selalu memberkati satu anak manusia dan memberikan Sebagian kekuatan mereka. Tapi, tidak dengan tahun ini, karena setelah hampir 1500 tahun, akhirnya Sang Dewi memberi berkatnya pada seorang anak perempuan.

"Uchiha Sarada. Anak yang diberkati oleh Dewi Hera. Siapa yang menyangka bahwa kau akan berakhir seperti ini." Ujar seorang pria dengan mata abu-abu dan rambut hitam lebat, sisi-sisi yang dicukur dan berwarna pirang, berdiri di depan sebuah jeruji sembari menatap seorang gadis berambut hitam dengan pakaian lusuh di dalamnya. Gadis tersebut hanya terduduk menatap ke arah lantai yang dingin. Terlihat sorot matanya yang kosong dengan bekas air mata di kedua pipi.

"Sikapmu yang angkuh, pencemburu, dan suka balas dendam memang sangat cocok dengan Sang Dewi. Tapi, kau juga harus ingat bahwa aku adalah anak yang diberkati oleh dewa Zeus setelah hampir 5000 tahun lamanya. Kekuatanmu tidak ada apa-apa dibandingkan denganku." Pria itu menyeringai lalu melanjutkan perkataannya.

"Sayang sekali, aku hanyalah 'Anak yang diberkati-Nya' sehingga mampu untuk membuangmu Hahahahah. Tidak seperti Sang Dewa Zeus yang tetap berada di samping Sang Dewi, aku ini hanya seorang 'Anak yang diberkati' kan." Lanjut pria tersebut sambil tertawa menatap sang gadis yang diketahui bernama Sarada. Ia kemudian melangkah pergi meninggalkan sel tahanan tersebut.

Setelah pria tersebut keluar, tiba-tiba seorang gadis berambut violet muncul di depan sel tahanan Sarada. Gadis bersurai violet tersebut menatap Sarada dengan penuh kesedihan.

"Sarada-san. Aku tidak pernah bisa memahami tindakanmu yang begitu kejam membantai seluruh anggota kerajaan Uchiha dan hampir membunuhku. Aku mencoba untuk membujuk Kawaki-kun agar meringankan hukumanmu, tapi dia tidak mau mendengarkanku. Aku minta maaf, Sarada-san." Ujar gadis bersurai violet sambil menangis menatap Sarada. Kemudian ia menghapus air matanya dan menyeringai ke arah Sarada.

"Aku minta maaf, karena semua hal yang menimpamu itu adalah ulahku. Rencanaku untuk menjadi satu-satunya wanita yang diagungkan di negeri akhirnya akan tercapai ketika kau berhasil kusingkirkan." Sarada mendongakkan kepalanya ke arah gadis di depannya dengan tatapan terkejutnya. Sarada tidak percaya bahwa gadis di depannya yang terlihat polos ini adalah dalang dari semua nasib buruk yang dialami Sarada.

"Kau...!" Sarada tak bisa melanjutkan kata-katanya karena ia masih tidak menyangka.

"Tak perlu khawatir, Sarada. Karena aku berbaik hati, maka aku akan memberikanmu setangkai bunga sebagai penghormatan terakhir." Sarada terbelalak saat melihat bunga yang dibawa gadis di depannya. Gadis itu lalu menaruh bunga berwarna merah kemerahmudaan ke dalam sel tahanan Sarada melalui sela-sela jeruji, ia kemudian membakarnya dan menutup hidungnya sendiri menggunakan sebuah cadar, dan berbalik meninggalkan Sarada dengan sebuah seringaian.

Sarada tahu betul bunga apa yang dibakar oleh gadis yang mendatanginya tadi. Bunga itu adalah Nerium oleander yang dikenal sebagai bunga yang paling beracun dan apabila dibakar maka asapnya akan mengeluarkan racun dan dapat membunuh siapa saja yang menghirupnya.

'Sial! Aku tidak bisa menahannya lagi.' Sarada mencoba menahan napasnya selama mungkin sambil menutup hidung serta mulutnya. Namun, ia sudah tidak tahan ditambah asap yang sudah memenuhi sel tahanannya. Maka perlahan Sarada pun mulai kehilangan kesadarannya dengan jantungnya yang terasa seperti terbakar. Sebelum menutup matanya, Sarada bergumam dalam hatinya.

'Aku akan membalas semua perbuatan kalian, Sumire, Kawaki. bahkan jika itu harus 100 kali lipat dari rasa sakit yang kurasakan. Dewi Hera, bukankah ini tidak adil? Aku menjadi anak yang diberkati olehmu tapi kenapa takdirku seperti ini? Jika bisa, bolehkah aku memohon agar di kehidupan selanjutnya aku membalas semua perbuatan mereka.' Mata Sarada pun kemudian tertutup sempurna dengan denyut jantungnya yang sudah tidak terdengar.

'Kembalilah... Balaskan dendamku, dendam kita.'

...

Sepasang mata berwarna langit malam terbuka perlahan dan mengerjap kala Sang mentari menyinari kamar dan tempat tidur sang putri.

"Sarada, saatnya bangun. bukankah hari ini merupakan hari spesialmu? hm?" tanya lembut seorang wanita cantik berhelai merah muda lengkap dengan sebuah mahkota dikepalanya. Ia mengusap helaian rambut berwarna hitam milik Sarada.

"Sebentar lagi, Ibunda" ujar Sarada sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal mencari kenyamanan.

Tunggu.

Bunda.

Ibunda?

Dengan terburu-buru Sarada langsung bangkit dari tidurnya dan menatap wanita berhelai merah muda tersebut dengan tatapan terkejut.

"Selamat pagi, sayang. Ayo, bergegaslah. Pelayanmu akan segera memandikanmu dan setelah itu kita akan berangkat. Ibu dan Ayah akan menunggumu di bawah" ujar wanita itu dengan lembut sambil membelai rambut Sarada dengan sebelum keluar dari kamar. Tak lupa memberikan kecupan singkat di pipinya.

Tunggu dulu. Setau Sarada ibunya telah meninggal ketika ia berusia 12 tahun. Tapi, sosok yang ia lihat tadi benar-benar mirip Ibunya. Bola mata sarada mulai membesar dan dengan tergesa-gesa ia berlari ke depan cermin.

'Oh, Dewi! Ini tubuhku ketika masih kecil'. Sarada memegang wajahnya mengecek bahwa ini nyata dan bukan sekadar mimpi.

'Apakah ini surga? Tunggu. Apakah aku kembali ke masa lalu? Tapi, itu tidak mingkin kan? atau... bisa saja jika Sang Dewi benar-benar...' pikir Sarada dengan bingung atas kejadian yang baru saja menimpanya.

"Putri, Anda harus segera bersiap. Ingat, kita tidak boleh telat karena hari ini adalah hari spesial Anda" ujar seorang pria bermasker dengan rambut jabrik berwarna abu-abu membuyarkan Sarada dari perang batinnya.

'Oh iya, aku baru menyadari bahwa hari ini adalah hari itu' batin Sarada.

"Iya Paman Kakashi. Aku akan segera bersiap" ujar Sarada sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi" ujar Kakashi membungkuk dan keluar dari kamar Sarada.

Setelah itu, masuklah seorang pelayan wanita membawakan perlengkapan mandi dan mengiringi Sarada ke kamar mandi.

Ketika sudah berada di dalam bathtubnya, Sarada merilekskan tubuhnya dan membiarkan si pelayan melakukan tugasnya. Ia kemudian menarik kedua ujung bibirnya ke atas membentuk seringaian.

'Terima kasih Dewi, karena sudah membawaku kembali. Engkau tenang saja, aku tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Dewi berikan. Kita lihat saja nanti siapa yang akan mati kali ini.'

Tes duluu. Lanjut yay or nay nih?

-- TBC --

εκδίκηση | RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang