9

102 16 0
                                    

(Di bawah Sinar Rembulan)



Happy reading!

.

.

.

Kawaki duduk di tanah, tubuhnya masih lemah akibat luka yang baru saja diobati oleh Sarada. Suasana hutan yang tadinya penuh ketegangan kini berubah sunyi, hanya desiran angin dan daun-daun yang bergesekan di sekitar mereka. Boruto, dengan mata birunya yang penuh perhatian, mencondongkan tubuh ke arah Kawaki.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa sampai terluka begitu parah?" tanya Boruto, suara kecilnya penuh rasa iba

Kawaki menatap kosong ke arah tanah, tangannya gemetar sedikit. Setelah beberapa detik keheningan, ia mulai bercerita.

"Aku... Aku kabur dari panti asuhan. Di sana, anak-anak sering disiksa, dipukul... dan beberapa dari kami dijual sebagai budak," ucapnya dengan suara serak. "Aku tidak tahan lagi. Penjaga di sana selalu marah, suka menghukumku. Aku kabur ke hutan ini, biar mereka tidak bisa menemukan aku."

Boruto langsung terkejut mendengar perkataan Kawaki. "Apa?! Seriusan?! Jelas-jelas Kerajaan Uzumaki melarang perbudakan." serunya, matanya membulat. "Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus segera mengeluarkanmu dari sana!"

Namun, sebelum Boruto bisa melanjutkan, Sarada cepat-cepat memotong, "Jangan gegabah, Boruto." Suaranya terdengar tenang tapi tegas. "Kita tidak bisa semudah itu membawa Kawaki keluar. Ini bukan masalah sederhana."

"Yang dikatakan nona ini benar Boruto," Mistuki setuju dengan Sarada. matanya sebenarnya daritadi memincing curiga terhadap Kawaki.

"Sekedar informasi saja, namaku Sarada." 

Ketiga bocah yang mendengar nama Sarada pun termenung kaget. Boruto bahkan lebih tidak menyangka bahwa perempuan suka memerintah daritadi ini adalah Putri Sarada. Namun, semua itu tak berlangsung lama karena Boruto menghilangkan keterjutannya dengan kembali fokus pada permasalahn Kawaki dan berujar. 

"Tapi Sarada, dia bakal disiksa lagi kalau balik ke sana! Kita tidak bisa diam."

Sarada melipat tangan di dadanya, menatap Boruto dengan serius. "Mungkin benar, tapi kita harus bijak. Kalau kita bawa Kawaki keluar sekarang, bisa-bisa kita malah membuat masalah lebih besar. Kita harus lapor terlebih dulu."

Boruto menatap Sarada tak percaya, matanya menatap kawannya seolah berharap Sarada akan berubah pikiran. "Tapi... Sarada..."

Sarada tak bergeming, "Kawaki harus kembali ke panti asuhan sementara waktu. Bersabar dulu. Kita perlu bicara dengan beliau untuk mengurus ini."

Sarada kemudian kembali menatap Kawaki dengan pandangan yang sulit diartikan. Kawaki, yang awalnya tampak enggan, akhirnya terpaksa mengangguk pelan. "Aku nggak punya pilihan lain, ya?"

Boruto mengepalkan tangan, tidak puas dengan keputusan Sarada, tapi dia tahu tidak ada yang bisa dilakukan lagi sekarang. Mereka berdua akhirnya kembali menuju istana dengan Mistsuki yang tetap kembali ke rumahnya yang berada di luar istana. 

Saat mereka tiba di istana, suasana langsung berubah tegang. Sakura dan Hinata sudah menunggu di aula utama dengan wajah cemas.

"Sarada! Boruto! Kalian ke mana saja?!" Sakura langsung berseru, suaranya memancarkan kemarahan sekaligus kekhawatiran. Hinata, meski lebih tenang, tetap menunjukkan rasa cemas di matanya.

Boruto menggaruk kepalanya, bersiap-siap menerima omelan. Namun, sebelum ada yang bisa menjelaskan, Sarada melangkah maju. "Ibunda, ini semua salahku. Boruto cuma menemani aku. Aku yang minta dia ikut."

εκδίκηση | RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang