5

190 23 0
                                    

(Teman)


Jangan lupa ninggalin jejak!



Happy Reading!

.

.

.

.

.

Di dalam kediaman Kerajaan Uchiha, tepatnya kamar Sarada, cahaya bulan yang temaram menyinari kamar tidurnya, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di dinding. Sarada, terbaring lelap di kasurnya menuju alam mimpi setelah sang Ibu kembali ke kamarnya.

Mimpi buruk itu membawa Sarada kembali ke masa lalu yang pahit. Dia melihat ibunya, Sakura, tergeletak dilantai penuh dengan darah. Dan di sampingnya Ayahnya, Sasuke, terduduk dengan sebuah pedang dan beberapa anak panah menancap di dadanya. Sarada berdiri terpaku menatap jasad kedua orang tuanya dengan air mata yang terus berjatuhan.

Tak sampai di situ, Sarada seakan-akan mengalami kehidupan yang sama dengan kehidupannya yang lalu, hinaan yang sama, konspirasi yang sama, dan juga di penjara yang sama. Dia mengangkat kepalanya dan mendapati Kawaki dan Sumire sedang berdiri di depan menertawainya persis seperti di masa lalu menyisakan rasa sesak di hati Sarada. Setelah itu semuanya berubah menjadi hitam dan dengan samar-samar masih terdengar suara tawa dari dua orang tadi.

Sarada tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Matahari fajar belum bersinar sepenuhnya memasuki jendela kamar, sedikit mencerahkan ruangan yang tadinya gelap. Di sampingnya, ibunya, Ratu Sakura, duduk dengan ekspresi khawatir, mengompres kening Sarada yang panas.

"Beristirahatlah, Sayang," ujar Sakura dengan suara lembut sambil mengeluarkan cahaya dari tangan kanannya yang berada di atas kening Sarada.

Sarada hanya mampu menatap ibunya sebentar sebelum kembali terlelap, tertidur karena kelelahan dan bayangan-bayangan yang mengerikan.

Siangnya, keramaian menggema di halaman depan kediaman Uchiha. Raja Sasuke berdiri tegap di samping Ratu Sakura, bersiap menyambut kedatangan keluarga bangsawan Yamanaka, Marquess Yamanaka dan keluarganya, yang tiba dengan kereta kuda dari tenggara Kerajaan Uchiha.

Sasuke dan Sakura melangkah mendekat kereta kuda dengan senyuman ketika sang pemilik mulai melangkahkan kaki keluar, seorang wanita berhelai pirang turun dengan hati-hati di dampingi oleh seorang pria berhelai kontras dengannya yakni, berambut hitam gelap dengan kulit yang sedikit mendekati pucat.

Setelah itu, muncul juga seorang bocah laki-laki bersurai pirang dengan kulit pucat dari dalam kereta kuda menunduk hormat menyapa sang Raja dan Ratu. "Salam kepada Yang mulia, semoga keberkahan dan kedamaian senantiasa menyertai Anda." ujar bocah tersebut sambil meletakkan tangan kanannya di dada.

"Inojin, bagaimana kabarmu? Kau sudah besar ya" Ujar Sakura balik menyapa Inojin sambil tersenyum ramah.

"Saya baik-baik saja, Ratu," ujarnya sambil menunduk hormat.

"Tidak perlu terlalu formal seperti itu, kau bisa memanggilku Bibi Sakura," Inojin yang mendengar hal tersebut hanya mengangguk mengerti.

Sakura lanjut berbalik menyapa Ino sang Marchioness sambil berpelukan nostalgia. Sasuke juga langsung melangkah mendekati mereka dan bersapa ria dengan Sai sang Marquess sebentar dan kemudian mengantar mereka semua ke ruang makan untuk makan siang bersama.

εκδίκηση | RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang