38

4K 603 17
                                    


"DIA ADIKKU!"

Semua orang melihat ke arah seorang lelaki berambut cokelat kemerahan penampilan yang lusuh dibelakang. Lelaki itu tampak marah menatap anggota dewan keadilan yang bertanya. Dia maju ke depan mendekati meja dewan keadilan dan seketika berubah menjadi lelaki gagah dengan pakaian bangsawan lengkap dengan jubah hitamnya.

"Archduke Sandcastle!" ujar salah seorang bangsawan membuat semua orang menunduk hormat.

"Cukup!" tegas seorang yang disebut Archduke Sandcastle itu.

"Kau bertanya kepadanya darimana mengetahui resep makanan dari bangsawan bukan?" tunjuknya pada Chasania yang menunduk. Chasania merasakan takut dengan hawa mencekam dari lelaki itu, tapi dia juga merasa sedikit aura yang familiar darinya.

Para dewan keadilan mengangguk dengan ragu-ragu. Mereka takut dengan Archduke Sandcastle. Archduke Sandcastle yang terkenal kejam karena tanpa segan-segan menghukum orang tanpa pandang bulu.

"JAWAB!!" kesal Archduke melihat para dewan keadilan.

"I-iya kami bertanya pada gadis itu. Bukankah dia terlihat seperti penc-"

"Pencuri? Kau sebut adikku pencuri? Berani sekali kau!"

Archduke mengeluarkan sebuah cincin dari saku pakaiannya. Sebuah cincin yang sama persis dengan yang dimiliki Chasania dan Chyna.

"Cincin emas putih. Cincin penanda keluarga kami yang bertuliskan nama sang pemilik. Ibunya adalah adik ibuku, Arduchess sebelumnya yang meninggal setelah melahirkan ku" ucapnya menatap cincin di tangannya. Semua orang tampak menyimak perkataan Archduke Sandcastle.

'Cincin ku' batin Chasania dan Chyna

"Kemarikan cincinmu"

Chasania menuruti perkataan Archduke. Dia melepaskan cincinnya dia melihat tulisan namanya. Dia merasa ragu memberikan cincin itu karena bertuliskan nama aslinya bukan nama pemilik tubuh yang ia tempati.

Archduke mengambil cincin di tangan Chasania dan menggenggamnya sebentar dan tulisan Chasania berubah menjadi Lovela.

"Kau juga"

Archduke mendekati Chyna yang melepaskan cincinnya dan langsung memberikannya karena takut.

"Lovela dan Chyna adalah anak dari bibiku. Suami bibiku seorang penjelajah membuatnya harus ikut kemanapun suaminya pergi. Kami kehilangan kontak meskipun begitu bibiku hidup dengan baik berkat pengetahuan mengolah makanan yang dia peroleh dari penjelajahannya" ujarnya menatap sekeliling. Count Wishty tampak pucat begitupun lady Unna anaknya.

"Secara garis keturunan kedua gadis berambut merah itu adikku! Jangan sekali-kali kalian menghinanya lagi. Jika tidak. Siap-siap menerima balasannya!"

"Lanjutkan sidang!" Perintahnya kemudian berubah kembali menjadi lelaki lusuh. Semua orang tampak linglung dan tidak mengingat kejadian barusan.

Cincin-cincin itu kembali ke jari pemiliknya dalam sekejap membuat kedua gadis itu terkejut.

'kakak seperti orang-orang kehilangan ingatan mereka? Mengapa kita tidak?' tanya Chyna dipikiran Chasania.

'mantra penghilang ingatan. Kita punya cincin yang sama dengan orang itu, bisa jadi cincin ini alasan kita tidak melupakan kejadian tadi' balas Chasania membuat Chyna mengangguk.

"Sekarang waktunya tes pembuktian" ujar dewan keadilan menatap Archduke dengan takut. Archduke hanya mengangguk melihatnya. Mereka semua berpindah ke lapangan luas di belakang gedung keamanan timur. Sesudah disediakan meja keramik di sisi lapangan. Sementara dewan keamanan berada di sisi kiri dan para penonton depan sementara di kanan diisi prajurit dan anggota keamanan.

"Silahkan ambil barang yang sekiranya kalian butuhkan"

Nico dan Rico maju memberikan troli berisi bahan dan peralatan kepada Chasania.

"Terima kasih" ucap Chasania yang dijawab anggukan oleh kedua pemuda itu.

Chasania mulai fokus menata tungku kecil diatas tanah dan menyalakan api. Sementara itu lady Unna terlihat diam saja karena dia tidak membawa persiapan apapun.

"Diperbolehkan memanggil seseorang untuk membantu" ujar dewan keadilan.

Chyna langsung menghampiri Chasania. "Kakak aku akan membantu kakak. Kita bisa melakukan semua berdua seperti biasanya" ujarnya ceria.

"Berikan troli itu pada lady Unna" Chyna cemberut mendengarnya.

"Kakak menyebalkan" ucap Chyna tapi tetap menuntut perkataan Chasania.

"Silahkan lady" ujar Chyna berusaha sopan pada lady Unna. Lady Unna mengangguk dengan senyum cerianya.

"Ya ya pergilah" ujar pelayan yang menemani lady Unna mengibaskan tangannya.

Chyna kembali kepada Chasania dengan semakin menekuk wajahnya.

"Tak apa, sekarang ayok kita buat makanan enak!" ujar Chasania membuat Chyna mengangguk semangat.

Chasania membuat adonan dibantu Chyna, mereka dengan santainya membuat makanan. Sementara itu lady Unna beserta pelayanannya hanya memilih-milih bahan dengan gemetaran.

TOK!!
Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya waktu memasak pun selesai.

"Silahkan hidangkan makanannya"

Chyna mengambil piring saji besar kemudian mengantarnya ke meja dewan keadilan. Dia menunduk sedikit setelah meletakkan makanan.

"Silahkan dinikmati" ujar Chyna tersenyum. Dia kembali ke tempat Chasania berdiri.

"Lady?" tanya seorang anggota dewan keadilan memanggil lady Unna.

Pelayan lady Unna kemudian memberikan piring saji yang sama dengan Chyna letakan tadi. Tapi dengan isi yang berbeda. Dalam piring saji Chyna bawa terdapat permen buah karamel, donat dan cilok bumbu cabai hijau. Sementara itu di piring saji lady Unna hanya berisi roti kukus dengan bentuk tidak beraturan dengan kentang yang dihaluskan.

"Hanya roti dan kentang tumbuk?" ujar dewan keadilan melihat makanan yang disajikan pelayan lady Unna. Lady Unna yang mendengarnya bertambah gugup dan gemetaran. Dia sangat takut kebohongannya diketahui banyak orang.

"Dan apa ini?" tanya dewan keadilan menunjuk makanan yang disajikan Chyna.

"Permen buah karamel, donat dan cilok bumbu cabai hijau. Saya sengaja membuat bumbu cabai hijau agar tidak terlalu pedas" ucap Chasania dengan jelas. Meskipun dia sama gemetar nya tapi dia harus membuktikan bahwa dia sang pencipta makanan unik dan lezat di dunia ini. Hanya dia satu-satunya.

"Renyah manis dan asam"

"Lembut dan manis"

"Gurih, pedas. Nikmat sekali"

Para dewan keadilan berujar dengan semangat saat mencoba makanan yang Chasania buat, mereka tidak memperdulikan sekeliling karena terfokus makanan. Bahkan makanan dari Lady Unna tidak dia sentuh sedikitpun.

"Bukankah sudah jelas terlihat siapa pencipta makanan lezat yang kita perdebatkan?" tanya salah seorang wanita pendukung kedai Dua Saudari. Orang-orang mengangguk menyetujuinya. Meskipun ada sebagian yang masih tidak menerima

"BERHASIL!"

"KITA MENANG!"

"HOREEE"

Para bibi bersorak gembira dan saling ber-tos ria melihat kemenangan dua gadis berambut merah yang mereka sayangi.

"Kau gegabah sekali!" ujar seorang lelaki yang terfokus pada Chasania.

"Aku tidak tahan melihatnya dihina!" balas lelaki disampingnya.

"Untung saja kau menghilangkan ingatan mereka semua, tapi tidak dengan kedua gadis itu"

"Tak apa. Setidaknya aku berani tidak sepertimu yang pengecut!"

"Aku tidak pengecut!"

"Kau pengecut ahahah"

"Awas kau ya!" Kemudian dua orang lelaki lusuh itu menghilang membuat orang disekitarnya merasa heran.

Avoid DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang