1

15.1K 1.5K 25
                                    

Suara gemericik air mengusik ketenangan seorang gadis yang terlelap bersandar di sebuah pohon besar.

Gadis itu mencoba membuka matanya. Yang dia lihat bukanlah area kamarnya.

Tapi pemandangan sungai yang asri nan indah.

Sungai?

Gadis itu mencoba memejamkan matanya lagi. Kepalanya pusing. Mungkin akibat sakit perut yang hebat membuatnya berhalusinasi.

Atau mungkinkah ia sedang bermimpi?

Gadis itu kembali membuka mata dan menatap sekelilingnya.

Ini beneran sungai?

Ah ini mimpi.

Mana ada sungai seindah ini. Di kota nya semua sungai sudah tercemar oleh limbah.

"Chasa gak mau bangun ah disini nyaman"

Gadis itu Chasania, ia bangkit dan berjalan ke arah sungai di depannya. Ia membasuh wajahnya dengan air sungai yang menyegerakan.

"Uh aku haus, gapapa kan minum air ini. Anggap aja air akua dari sumbernya langsung"

Chasania mengambil air dengan tangannya. Rasa segar menyeruak melewati tenggorokannya.

"Ini sih Li Moniril bukan akua hehe"

Chasania terdiam memandangi pantulan wajahnya di air.

"Loh kok beda. Wajah Chasa gak cantik gini deh perasaan. Ini sih spek bidadari, beda kayak wajahku yang banyak kacang. Gak deh ini kayak princess disney yang ibunya jadi beruang. Cantik banget rambut merahnya"

Saat sedang asyik memandang pantulan wajahnya dia air. Tiba-tiba seorang gadis berlari ke arahnya.

"Kakak!"

Gadis itu tampak berhenti disamping Chasania dan mengatur nafasnya yang memburu.

"Kakak kemana saja aku cari kakak karena dari pagi kakak tidak ada dirumah. Kakak sedang apa disini. Ini sudah siang, Ayok kak kita pulang!" ujar gadis itu bersemangat.

Chasa mengerutkan keningnya bingung. Siapa gadis cerewet yang imut ini.

Bagaimana tidak, pipi yang bulat kemerahan dengan sepasang mata besar beriris biru yang jernih. Ditambah lagi rambutnya yang merah kecoklatan mirip dengan pantulan rambutnya di air tadi.

"Kamu siapa?" tanya Chasania.

"Aku adikmu kakak! Bagaimana mungkin kakak melupakanku!" seru gadis itu membulatkan matanya merasa tidak percaya.

"Aku anak tunggal dan tidak punya adik" jawab Chasania membuat gadis di depannya menunduk sedih kemudian terdengar isak tangis dari gadis itu.

"Lah kok nangis?"

"Kakak melupakanku hiks..."

Chasania meraih tubuh gadis mungil itu lalu memeluknya. Dari novel-novel yang pernah ia baca, jika ada gadis yang bersedih harus di peluk.

Hangat.

Itulah yang Chasania rasakan. Sudah lama ia tidak merasakan hangatnya pelukan, mungkin sejak neneknya meninggal dulu.

"Kakak benar melupakanku?" lirih gadis itu setelah berhenti menangis.

Chasania mendorong gadis itu dengan lembut. Kemudian menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah lucu gadis didepan nya.

Lihatlah bagaimana tidak lucu, mata bulat besarnya yang berair ditambah pipi kemerahannya yang semakin memerah dipenuhi lelehan air mata juga tidak lupa bibirnya melengkung ke bawah.

"Imut banget astaga!" seru Chasania gemas.

Chasania menghapus jejak air mata lalu mengelus pipi gadis itu serta mencubitnya pelan. Sangat lembut dan kenyal seperti kue mochi.

Gadis itu mengedipkan mata perlahan yang membuat kadar keimutannya bertambah berkali-kali lipat.

"Jadi?"

"Jadi?" beo-nya menatap Chasania dengan mengerutkan alisnya.

"Kamu siapa dan kenapa memanggilku kakak?" tanya Chasania yang menahan diri untuk tidak mencubit pipi gadis itu lagi.

"Aku Ch-

Avoid DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang